Loading...
Logo TinLit
Read Story - Venus & Mars
MENU
About Us  

Tidak terasa sudah genap 2 bulan Apy menjalani hari dengan pikiran mengenai kehilangan Ares yang masih mengikutinya kemanapun ia pergi. Apy benar-benar tidak mengerti kenapa laki-laki itu memberikan efek sedemikian rupa hingga membuat hidupnya tidak tenang. Meski begitu, bagaimanapun juga kehidupan akan tetap berjalan walau ada duka yang tertinggal.

"Perkenalkan, ini namanya Aldi. Dia ini kerjanya sebagai dokter di rumah sakit Delima." ucap Papa Apy.

"Aldi."

"Aphrodite." balas Apy seraya menjabat tangan lelaki dihadapannya.  

"Ya sudah, kalian ngobrol-ngobrol dulu aja. Papa mau ke dalam dulu."

Alhasil, kini Apy harus duduk berdua di ruang tamu rumahnya bersama laki-laki yang memperkenalkan diri sebagai Aldi.

"Jadi, kamu masih kuliah?" tanya Aldi.

"Iya."

"Jurusan apa?"

"Sejarah."

"Oh, Pasti asyik ya."

"Begitulah"

"Ngomong-ngomong kamu kurang tidur? Itu kantung mata kamu agak menghitam, terus kenapa kamu kelihatan kurus sekali, kamu harusnya........"

Apy menghembuskan napasnya sebelum kembali pada laptop dihadapannya. Kejadian tadi malam membuat Apy sedikit sebal. Saat ini pun, bayangan kata-kata yang diucapkan Aldi masih terngiang-ngiang di pikirannya hingga membuatnya tidak fokus mengerjakan tugas kuliahnya. Aldi sungguh lelaki yang lancang unguk ukuran seseorang yang baru kenalan. Apy benar-benar merasa terganggu.

Helaan napas kasar membuat Apy mengalihkan perhatiannya kepada gadis dihadapannya.

"Kenapa, Ta?" tanya Apy melihat Talita yang menaruh setumpuk buku diatas meja.

"Ini buat bahan latihan sebelum aku benar-benar bekerja." jawab Talita.

"Asisten staf HRD?"

"Yup, bagaimanapun juga aku harus secepatnya naik pangkat setelah bekerja di sana. Hitung-hitung nambah penghasilan keluarga."

"Jujur ya, Ta. Sebenernya aku nggak pernah dengar tentang asisten staf HRD. Yang ada tuh staf HRD sama Manager HRD yang ada." sahut Elena yang tiba-tiba muncul dari balik salah satu rak perpustakaan.

"Hehe, iya sih. Intinya aku bakal ngejalani yang namanya percobaan sebelum nantinya aku bener-bener diangkat jadi pegawai, gitu." jelas Talita yang kemudian membuat Apy dan Elena memutar bola matanya.

Suasana pun kembali hening. Apy tangah fokus pada layar laptopnya, Talita dengan buku-bukunya dan Elena yang entah kenapa sedang senyum-senyum sendiri seraya menatap layar ponselnya.

"Oh ya, Apy. Lo nggak mau cari kerjaan?" ucap Elena memecah keheningan.

Apy menghentikan aktivitas mengetiknya dan menatap Elena seraya mengangkat alis.

"Minggu depan aku mulai kerja di kedai kopi di perempatan sana. Masih ada dua lowongan yang masih terbuka. Siapa tau kamu mau." jelas Elena.

"Oh ya, kabarnya Sabtu ini akan ada wisuda kan ya?" sahut Talita tiba-tiba.

"Yah, hitung-hitung buat nambah uang saku. Kan lumayan, lagian cari kerja sekarang kan lebih susah. Nanti kalo ada lowongan lain yang lebih menarik kamu bisa pindah." ucap Elena mengabaikan Talita.

Kali ini fokus Apy terbagi menjadi dua. Yang satu Elena dengan tawaran pekerjaannya dan Talita dengan kabar terbarunya. Namun otak Apy segera saja bereaksi dan mengulang nama Ares berulang-ulang.

"Wisuda? Angkatan setahun diatas kita?" tanya Apy nampak antusias.

"Iya" jawab Talita menganggukkan kepalanya.

"Dimana? Jam berapa?"

"Di gedung Aula Utama jam 09.00" 

Ada rasa senang membuncah saat Apy mendengar kabar itu. Kabar tentang apa yang selama ini dicari-carinya akhirnya menemukan titik terang. Seseorang yang sedikit menggoyahkan hatinya itu akhirnya akan ditemukan. Seseorang yang selama hampir dua bulng ini tidak mau pergi dari pikiran serta hatinya. Didalam hati, Apy bersorak tak sabar menunggu hari Sabtu.

Apy tiba-tiba langsung sadar dari lamunannya ketika ia mendengar helaan napas yang keluar dari mulut Elena. Sepertinya sahabatnya yang satu itu kesal karena telah diabaikan.

"Oke, oke. Aku akan memikirkannya dulu mengenai bekerja di kafe." jawab Apy masih dengan rasa bahagiannya. Elena pun menganggukkan kepalanya paham.

Jika sudah begini, rasanya Apy enggan untuk tidak tersenyum. Ditolehkannya wajah bahagia itu kearah jendela kaca perpustakaan yang langsung menghadap gedung Aula Utama. Benar kata Talita, sepertinya besok akan ada wisuda di sana. Terbukti dengan apa yang dilihat Apy, beberapa orang nampak sibuk memasang banner pada pintu masuk, menata meja-meja penerimaan tamu, belum lagi beberapa orang hilir mudik untuk geladi bersih?

"Ta?"

"Ya?"

"Apa sekarang sedang ada gladi bersih untuk wisuda besok?" 

"Entahlah, mungkin hanya beberapa orang saja yang kesana untuk mengecek beberapa perlengkapan. Untuk geladi bersih, aku kurang tau. Tapi mungkin ada beberapa calon wisudawan yang kesana untuk melihat-lihat persiapannya." Jawab Talita.

"Aku duluan ya!" pamit Apy segera membereskan peralatannya dan meninggalkan kedua sahabatnya yang  menatapnya seolah berkata 'kenapa buru-buru?'

Langkah lebar tidak sabaran itu segera menuju kearah gedung yang sedari tadi menjadi pusat perhatiannya. Mata berbinar penuh harap dengan bibir yang mengembangkan senyum penuh tekad membuatnya setengah berlari agar cepat sampai. Tepat di depan pintu masuk, Apy menghentikan langkahnya. Ia kemudian berbalik dan memutuskan untuk duduk di anak tangga diteras Aula. Matanya tak henti beredar kesegala penjuru arah dan mengamati tiap orang yang berlalu lalang berharap ada lelaki berambut gondrong diantaranya. 

"Kamu calon wisudawan? Kenapa tidak langsung masuk untuk geladi bersih?" tanya seseorang membuat Apy segera menolehkan wajah.

"Eh? Bukan, aku bukan wisudawan. Ngomong-ngomong tadi kamu bilang geladi bersih?" tanya Apy yang sontak berdiri.

"Ya, sore ini ada geladi bersih. Ada yang bisaku bantu?" ucap perempuan berkuncir itu.

"Eh, aku sedamg mencari seseorang," ucap Apy berharap agar perempuan dihadapannya itu mengenal seseorang yang di carinya.

"Dia jurusan sejarah yang sekitar 2 bulan yang lalu ikut tour kampus ke Yunani. Dia laki-laki, rambutnya gondrong dan penampilannya agak berandal. Namanya Ares." jelas Apy.

"Wah, kebetulan aku juga sejarah. Tapi aku tidak kenal dengan seseorang bernama Ares,"

"Eh, dia juga bilang dia pernah mengikuti penelitian ke Manchu Pichu." tambah Apy.

"Manchu Pichu? Setahuku hanya lelaki bernama Ray yang mengikuti penelitian itu bersama beberapa dosen." jawab perempuan itu.

"Oh, makasih." Apy menghela napas dan kembali duduk menanti.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Langit sudah mulai menggelap. Belum lagi awan-awan hitam yang nampak berarak merapat. Dan benar saja, hujan pun seketika mengguyur kota. Apy segera bangkit dari duduknya dan berteduh di depan pintu masuk Aula. Dari sini Apy dapat mendengar acara geladi bersih yang tengah berlangsung didalam sana. Meski orang yang dicarinya tidak menampakkan diri. Namun Apy akan bertekad, esok ia akan menemuinya lagi. Saat hari wisuda. Untuk saat ini, Apy hanya perlu menahan rasa khawatir dan rasa yang selama ini baru disadarinya. Gadis itu menekan dadanya berusaha menahan rasa rindu yang meletup-letup dihatinya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags