Loading...
Logo TinLit
Read Story - Venus & Mars
MENU
About Us  

Pagi ini Apy disibukkan dengan menata kopernya. Menurut jadwal, rombongan akan berangkat menuju bandara pada pukul 10.00. Itu artinya sekitar 30 menit dari sekarang. Semalam Apy tidak bisa tidur, ia masih memikirkan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Ares. Mengapa Ares bisa menghilang begitu saja? Malam itu pikiran Apy dipenuhi oleh berbagai macam hipotesa mengenai Ares. Hanya ada dua pilihan, Ares sengaja meninggalkannya atau ia tersesat hingga tidak menemukan Apy. 

Sesampainya di hotel semalam, Apy segera menuju ruang pembina rombongan dan segera menanyakan kehadiran Ares. Namun percuma, pembina rombongan hanya mengatakan jika semua anggota rombongan saat ini pasti sudah berada di kamar masing-masing. Alhasil Apy pun nekat bertanya dimana letak kamar Ares. Namun diluar dugaan, sang pembina mengatakan bahwa tidak ada anggota rombongan yang bernama Ares. Apy segera memutar otaknya. Itu benar, Apy bahkan tidak tau nama lengkap Ares. Akhirnya Apy pun terpaksa kembali ke kamarnya dengan rasa penyesalan yang besar. Seandainya tadi mereka tidak berpisah, seandainya Apy mau menemani Ares membeli es krim, seandainya Apy tidak menunggu di tempat yang jauh dari kios es krim tempat Ares membeli. Terlalu banyak kata seandainya di dalam benak Apy, membuatnya sulit tertidur. Dan seingatnya, Apy tiba-tiba terbangun 45 menit sebelum take off. Ia pun harus segera mempersiapkan diri untuk segera kembali pulang ke Indonesia.

Bus pun melaju dengan tenang menuju bandara. Tatapan kosong Apy terpaku pada jalanan di luar jendela, Kembali mengingat sisa-sia kenangannya di tanah Yunani ini.

"Aphrodite Diana?" panggil pembina rombongan.

"Hadir." seru Apy.

Saat ini ia dan semua rombongan telah berada di bandara dan sedang melakukan sesi pengabsenan. Sejak tadi pula Apy mendengarkan dengan teliti nama-nama yang di sebutkan oleh sang pembina. Berharap ada nama Ares di sana. Namun hasilnya nihil. Tidak ada nama Ares disana. Lagi-lagi segala pertanyaan hanya bisa berputar di benaknya tanpa ada jawaban yang pasti.

Di sepanjang perjalanan pulang, Apy nampak kehilangan semangat. Berpisah secara tiba-tiba dengan seseorang yang menemaninya selama 12 jam di hari ketinggalan bus dan 12 jam dihari kedua, membuat hati Apy dihampiri oleh rasa khawatir.

Begitupula setibanya ia di rumah tercinta. Saat semua keluarganya berantusias untuk mendengar cerita Apy, Apy justru menjawab sekenanya berusaha akar percakapan tersebit cepat berakhir. Apy tidak tahu jika kehilangan Ares sangat mempengaruhinya.

"Udah deh, dia itu pria dewasa yang bisa jaga diri. Ngapain sih kamu ngurusin dia?" ucap Talita kala itu di cafe dekat kampus.

"Tapi Aku nggak bisa tenang, Ta," 

"Udah ya Apy, jangan berlarut-larut dengan laki-laki yang nggak jelas. Yang ada malah bikin kepala makin pusing." tambah Elena.

Apy menyeruput pelan secangkir kopi pesanannya sebelum menghela napas lelah dengan beban pikirannya yang dipenuhi Ares. Ingin sekali ia bertemu Ares agar hatinya mendapat kelegaan. Namun Apy sama sekali tidak mendapat informasi apapun tentangnya. Kenangan 2 hari di Yunani bagaikan mimpi indah yang kebetulan hadir di dalam mimpi Apy.

"Oh ya, kalian tau? Aku diterima kerja sebagai asisten personalia. Aku mendapat surat panggilannya kemarin." seru Talita dengan raut wajah bahagia.

"Wah, selamat ya, Ta." ucap Elena yang juga nampak antusias sampai-sampai keduanya berpelukan karena saking bahagianya.

Apy sendiri memandang keduanya dengan wajah hampa. Rasanya kurang tepat jika ia tertawa selepas itu saat ia sedang kehilangan seseorang.

"Memangnya itu pekerjaan seperti apa?" tanya Apy yang membuat Talita segera kembali keposisinya semula.

"Jadi, personalia itu tugasnya mendata pekerja yang bekerja di perusahaan tersebut dan biasanya juga ikut serta saat ada perekrutan pekerja baru. Ya pokoknya mereka itu yang mengelola SDM yang ada di suatu perusahaan. Gitu." jalas Talita dengan mata berbinar.

"Lalu, bagaimana dengan asisten personalia?" sahut Elena yang meras kurang puas dengan jawaban Talita.

"Itu artinya aku yang akan membatu pekerjaan personalia. Setidaknya aku tetap berkemungkinan untuk menjadi seorang personalia atau bahkan jadi HRD suatu hari nanti." jawab Talita penuh harap.

Talita dan Elena memang bukanlah teman satu jurusan Apy. Tapi mereka bertiga telah bersahabat sejak SMP yang berlanjut hingga kuliah. Walau mereka memiliki kepentingan masing-masing, setidaknya Apy bersyukur ia mendapat teman seperti mereka yang sudah menemaninya menjalani masa remajanya ini.

"Sejujurnya, sampai detik ini aku masih tidak mengerti apa enaknya menjadi seorang personalia yang selalu mengamati progres atau regres tiap pekerja. Bukan begitu?" celetuk Apy yang segera diangguki Elena dengan antusias.

"Tentu saja hal semacam itu sangat di butuhkan oleh suatu perusahaan untuk tau kondisi pekerjanya. Dan...."

"Entahlah, tapi bagiku dengan membaca data itu, setidaknya aku berkemungkinan bisa menemukan laki-laki idamanku dari data yang sudah tersaji. Misalnya aku ingin cari yang tampan, aku bisa melihat fotonya. Jika mencari yang pandai, aku bisa melihat riwayat kerja dan prestasi kerjanya." ucap Talita yang membuat Apy dan Elena segera melahap Cheescake yang tersaji dihadapannya mengabaikan Talita yang nampaknya sedang berfantasi liar.

Baru dua kali suapan, ingatan akan Ares kembali menghinggap dipikiran Apy. Segala kejadian di Yunani dari saat ia mengejar bus karena tertinggal sampai saat dirinya berteriak di tengah jalanan Monastiraki menyebut nama Ares, semuanya kembali berputar layaknya kaset yng menayangkan cuplikan-cuplikan sebuah kejadian. Dan Apy percaya jika beban ini hanya akan terangkat saat ia dapat bertemu laki-laki yang hilang tanpa jejak itu.

Lamunan Apy langsung terpecah ketika melihat sedan hitam yang berhenti tepat di depan cafe. Kaca mobil terbuka memperlihatkan seorang pria paruh baya dengan kemeja biru bergaris itu.

"Aku duluan ya!" ucap Apy buru-buru berpamitan.

"Papa punya kabar bagus," semprot Papa Apy dikala ia baru saja menutup pintu mobil. 

"Papa sudah menemukan laki-laki yang cocok untuk mu." ucap Hendra, Papa Apy.

"Apy masih kuliah." jawab Apy datar.

"Kalian hanya akan berkenalan, pernikahan bisa dilakukan saat kamu sudah lulus."

"Apy belum ingin menjalin hubungan apapun."

"Kamu pasti suka, dia tampan, pandai dan pekerjaannya sudah mapan."

Apy memilih diam tidak menanggapi ucapan Papanya. Jujur saja Apy sedikit kaget saat Papanya tiba-tiba membahas mengenai pasangan. Karena selama ini Papa Apy hampir tidak pernah membahasnya. Tapi pada kenyataannya, keterdiaman Papa membuahkan sebuah hasil. Mungkin selama ini Papanya diam-diam sedang menyeleksi para laki-laki yang cocok untuk Apy tanpa Apy sadari. Itulah sekiranya hipotesa yang bisa dicetuskan Apy, karena setahu Apy Papanya itu terlalu overprotectif padanya. Namun, didalam hati Apy tetap berdoa agar ia dapat menemukan pujaan hati yang benar-benar mencintainya sendiri .

Tanpa dikendalikan, pikiran Apy tiba -tiba teringat kembali pada Ares. Pada rambut gondrongnya, hidung mancungnya, dan semua kenangan singkat bersamanya. Sore ini, dari balik kaca mobil sedan hitam, langit melihat seorang gadis yang menatapnya dengan pipi bersemu merah.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags