Gemerlap lampu kota Athena kembali menjadi pemandangan bagi sepasang pemuda dan pemudi yang seharian ini dihabiskan untuk naik kapal dan bersenng-senang di Mykonos. Setelah sebelumnya berhasil mendarat di bandara, kini Apy dan Ares tengah berjalan bersisian di sepanjang trotoar untuk kembali ke hotel.
"Sekarang jam 9 malam, masih mau jalan-jalan?" tawar Ares yang membuat Apy berhenti berjalan.
"Kemana?"
"Bagaimana jika ke Monastiraki?"
"Boleh," ucap Apy yang lekas membuatnya segera berbalik arah menuju tempat yang dituju.
Kehidupan malam di Monastiraki dapat dirasakan begitu Apy menjejakkan kaki di jalanan bermotif kotak-kotak itu. Di seluruh mata memandang terdapat jajaran penjul makanan bahkan benda-benda khas untuk oleh-oleh, Monastiraki memang tidak jauh beda denan Plaka, keduanya memang terkenal dengan pusat oleh-olehnya.
"Apa bintang di langit lebih menarik daripada kerlap-kerlip jajaran kios Monastiraki?" tanya Apy saat ia mendapati Ares yang terpaku pada langit.
"Bukan begitu, aku hanya sedang berpikir." jawab Ares.
"Berpikir?"
"Berpikir bagaimana caranya agar kamu bisa bahagia di malam terakhir kita berkeliling Yunani." jawab Ares.
"Oh ya? Menurutmu bagaimana?"
"Menurutku, saat ini kau sudah cukup bahagia."
Apy tertawa kecil sebelum mengatakan,
"Kau benar, bagaimanapun juga kejadian dua hari ini pasti akan selalu ku ingat kapanpun dan dimanapun aku berada."
"Ya, kenangan dua hari ini akan menjadi sejarah awal pertemuan kita. Sejarah bertemunya Ares dan Aphrodite." lanjut Ares.
Apy tersenyum seraya menghirup dalam-dalam udara malam kota Athena sebelum ia benar-benar kembali pulang.
Tidak ada aktivitas penting yang dilakukan Apy dan Ares selama di Monastiraki. Merekapun memutuskan untuk menikmati kehidupan malam di sini seraya memesan hidangan di salah satu cafe.
"Di luar saja!" seru Apy memilih untuk duduk di area outdoor cafe.
Sepertinya coklat hangat sangat cocok untuk dinikmati seraya menatap gemerlap kota serta taburan bintang di langit kota Athena. Ngomong-ngomong soal bintang, kini pandangan Apy terfokus pada langit yang sebelumnya menjadi pusat perhatian lelaki di hadapannya.
"Apa bintang dilangit lebih menarik ketimbang lelaki tampan yang duduk di hadapanmu?" celetuk Ares yang memuat Apy tersadar.
Bukannya menjawab, Apy justru terbahak.
"Ih kepedean," seru Apy kemudian.
"Nggak usah malu-malu gitu, aku tau, didalam hati kau pasti mengiyakan ucapanku tadi." ucap Ares sangat percaya diri.
Walau apa yang di ucapkan Ares benar apa adanya, namun Apy tentu saja tidak mau semudah itu mengakuinya. Gadis itu hanya mengangkat alisnya berusaha meyakinkan Ares bahwa dugaannya salah.
"Oke, kita ubah saja ke topik lain." ucap Ares pada akhirnya.
Baru saja Ares ingin membuka mulut, tiba-tiba saja sang pelayan datang membawakan pesanan mereka.
"Sas efharisto," tiga kali, sudah tiga kali dalam dua hari ini Apy mendengar kata tersebut keluar dari mulut lelaki itu. Dan Apy tidak bisa menahan senyumannya ketika mendengar hal tersebut. Bukan karena ia merasa Ares begitu konyol atau sejenisnya. Namun entah kenapa kata itu membuat Apy cukup membuatnya terkesan meski hanya kata yang kelewat sederhana.
***
Entah kenapa tiba-tiba saja pandangan Apy mulai mengabur. Meski lelah telah menderai kakinya, namun gadis itu tetap berlari menyusuri gang-gang diantara kios-kios Monastiraki. Gemerlap kota yang sebelumnya di kagum-kagumi kini berubah menyakitkan. Pancaran sinar-sinar itu seolah menusuk dadanya yang sakit hingga membuatnya di rundung rasa khawatir. Hingga pada akhirnya kedua lutut itu menyerah dan merosot mencium tanah.
"Ares?" ucap Apy lirih.
Baru beberapa menit yang lalu mereka duduk memesan makan di cafe. Namun sekarang, lelaki itu telah menghilang, lenyap termakan gelapnya malam.
Berbagai kata penyesalan terucap di dalam hatinya bagai jarum yang satu persatu menacap di hatinya. Andai tadi kami tidak berpisah, andai aku tidak meminta es krim, andai aku mau menemani Ares mengantri es krim, andai aku tidak menunggunya di tempat yang jauh dari kedai es krim. Terlambat, tidak ada lagi yang bisa ia lakukan selain duduk termangu merasakan keramaian kota yang seolah berubah hening. Pikirannya kembali melayang pada kejadian beberapa saat lalu.
"Karena ini malam yang manis, jadi aku ingin sesuatu yang manis." ucap Apy.
"Seperti?"
"Es krim?" ucap Apy seraya menunjuk kedai es krim dengan telunjuknya.
"Apa itu di butuhkan? Kurasa jalan-jalan di sini bersamamu terasa cukup manis." ucap Ares menggodanya.
"Ares..!!"
"Baiklah, kau tunggu saja di sini. Aku akan mengantri." seru Ares sebelum melangkahkan kakinya ke arah kedai eskrim sejauh 100 m didepannya.
Seraya menunggu, Apy mengedarkan pandangannya menyapu ke seluruh area. Semakin malam, tempat ini kian ramai. Banyak orang berlalu-lalang terutama turis-turis asing. Beberapa nampak duduk manis menikmati hidangan cafe dan resto dan beberapa diantaranya memilih untuk membeli oleh-oleh. Tak jarang pula pasangan yang sengaja mengabadikan foto bersama di jalanan ini.
Lalu, pandangan Apy terpaku pada sesosok anak kecil yang sepertinya baru belajar berjalan. Dengan langkah mungil yang riang ia mencoba berjalan kesana kemari dengan tawa yang memperlihatkan gigi depannya yang berjumlah satu. Anak itu terus berjalan. Lebih tepatnya berjalan kearah jalan raya. Senyum manis langsung luntur dari wajah Apy saat ia tidak mendapati seorang pun yang mengawasi gadis kecil tersebut. Dengan setengah berlari, Apy pun segera menghampiri gadis itu dan menggapainya agar tidak sampai berlari ke arah jalan raya.
"Oh my...... Thank you so much." ucap Seseorang di belakang Apy.
"This is your daughter?" tanya Apy seraya menggandeng gadis mungil di sampingnya.
"Yes, Of course. I'm so careless." ucap perempuan berambut pirang itu.
"Be carefull next time." ucap Apy kemudian.
Setelah insiden itu Apy segera kembali ke posisi sebelumnya. Saat sebelum duduk, Apy mengarahkan pandangannya ke arah antrian kedai es krim tempat Ares memesan es krim. Mata Apy bahkan berkedip berkali-kali untuk memastikan apa yang dilihatnya. Dengan langkah cepat ia segera menuju kearah kedai tersebut. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh area sekitar. Apy merasakan ada sesuatu yang menghantamnya. Dan ia baru sadar jika ia telah ke hilangan Ares.
Air mata itu akhirnya menetes membasahi pipi Apy. Sekali lagi ia medarkan pandangannya berharap menemukan lelaki gondrong itu. Namun nihil. Tidak ada lelaki berambut gondrong itu di sana. Tidak ada lelaki bercelana jeans sobek-sobek itu disana. Tidak ada Ares di sana. Yang ada hanyalah ucapannya yang masih setia terpatri dalam pikiran. Sebuah ungkapan yang membuat hatinya kian sakit bila memikirkannya.
Saat itu, saat setelah menghabiskan waktu di cafe, Apy dan Ares memutuskan untuk kembali berkeliling. Saat itulah Ares mengatakan,
"Kamu tau, Mahatma Gandhi pernah mengatakan 'where there is love, there is life' jika memang bagitu aku ingin mengbah sedikit kalimatnya." ucap Ares saat itu.
"Bagiku kalimat yang cocok adalah 'where there is you, there is my happiness'." tambah Ares seraya berjalan cepat mendahului Apy.
Dan sekali lagi, Apy kembali meneteskan bulir air yang tidak bersalah itu.