Setelah beberapa lama, akhirnya Apy kembali mendapat kesadarannya. Ia menarik kepalanya dari bahu Ares dan mengusap pelan wajahnya. Apy menolehkan wajah kearah luar jendela dan melihat langit yang sudah gelap matahari dan awan-awan kini telah digantikan oleh bintang-bintang dan bulan.
"Apa kita sudah sampai?" tanya Apy kepada Ares.
"Mungkin sekitar 5 menit lagi." jawab Ares.
"Maaf, mungkin aku membuatmu tidak nyaman." ucap Apy yang dirasa perlu ia katakan. Setidaknya ia harus berakting bahwa ia tidak tau jika Ares sendiri yang menidurkan kepala Apy di bahunya.
"Tidak masalah." jawab Ares.
Plaka, adalah salah satu kota tua yang berada di Athena, Yunani. Di sini, Jarak antar rumah lumayan sempit, bahkan mungkin lebih cocok disebut gang, karena hanya bisa dilewati satu mobil. Namun, kota ini adalah kota yang sangat cocok untuk berburu makanan sekaligus souvenir khas Yunani. Banyak kios-kios atau cafe yang berjajar di sekitar sini.
"Kau lapar?" tanya Ares setibanya di Plaka.
"Untuk saat ini belum. Aku ingin berkeliling dulu." jawab Apy dengan mata berbinar menatap kelap-kelip lampu kota.
Alhasil, Apy pun berkeliling melihat-lihat bangunan dengan gaya eropa kuno namun tetap terlihat modern itu, hingga ia memilih untuk mampir ke beberapa kios untuk membeli sejumlah oleh-oleh.
"Menurutmu, apa aku harus membeli pistachio atau yogurt?"
"Secukupnya uangmu saja." jawab Ares asal.
Sejak tadi Apy nampak berputar-putar dari satu rak ke rak yang lain. Memilih ini dan memilih itu. Sedangkan Ares, dengan penampilan berandalnya itu sungguh tidak cocok berada di tempat seperti ini. Jadilah ia hanya mengikuti kemanapun Apy pergi dan menjawab pertanyaan Apy dengan jawaban yang membuat gadis itu cepat-cepat keluar dari kios tersebut.
"Menurutmu aku harus beli yang warna merah atau biru?" tanya Apy lagi saat ia tengah memilih pita rambut.
"Untuk siapa?"
"Untukku,"
"Kau tidak memakai itu juga sudah cantik. Cepatlah! Aku tunggu di luar." jawab Ares antara ia sudah kehabisan kesabaran untuk menemani Apy belanja atau ia malu karena sudah mengungkapkan hal yang membuat Apy merona.
"Apa dia baru saja memujiku?" gumam Apy terlebih untuk dirinya sendiri.
Apy pun segera berjalan menuju kasir untuk membayar apa yang dibelinya. Gadis itu tak berhenti tersenyum hingga membuat pramuniaga di depannya memasang wajah tersenyum yang di paksakan, antara takut dan berusaha melayani pelanggan dengan baik.
"Malam itu aku juga bersamanya disini." ucap Ares saat mereka baru saja keluar dari toko souvenir.
"Kau masih mencintainya?" entah kenapa kata-kata itu keluar dari mulut Apy. Terlebih lagi kata-kata itu keluar dengan hambar. Apy bahkan sudah kehilangan senyumnya.
"Love never demands, love always gives. Love always suffers,..." ucap Ares.
"Without ever wailing, without ever grudging." sahut Apy lirih.
Ares menganggukkan kepalanya.
"Kau tau kutipan itu?" tanya Ares.
"Tentu, mahasiswa sejarah mana yang tidak mengenal Mahatma Gadhi." jawab Apy yang membuat Ares kembali menganggukkan kepalanya.
"Meski aku sudah tidak mencintainya, tapi kenangan itu rasanya masih membekas." ucap Ares.
Ada rasa lega yang menjalar dihati Apy saat ia mendengar ucapan Ares.
"Begitu juga denganmu. Meski kita hanya menghabiskan waktu selama 12 jam, aku yakin kenangan ini akan tetap membekas bahkan sampai selamanya." lanjut Ares.
Apy menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Ares barusan.
"Hei! Ada sesuatu di rambut mu." seru Ares.
"Ada apa?" tanya apy meraba-raba rambutnya.
"Sepertinya ada sesuatu yang ciri-cirinya warna putih kekuningan, lengket dan bau...." ucap Ares dengan ekspresi jijik yang dibuat-buat.
"Serius Ares!" ucap Apy hampir membentak. Bukannya menjawab, Ares justru tertawa hingga memegangi perutnya.
"Sepertinya ada sesuatu di Syntagma Square yang ingin memberimu oleh-oleh." Ucap Ares masih dengan tawanya.
Karena kesal, akhirnya Apy mengambil ponselnya dan memfoto bagian atas kepalanya untuk mencari tau sesuatu yang sedang di tertawakan Ares.
"Astaga!!" seru Apy saat tau apa yang ada di kepalanya. Ares semakin terpingkal melihat wajah masam Apy.
"Kau sangat lucu dengan wajah seperti itu." ucap Ares di sela-sela tawanya.
Oke, Ares benar yang berada di atas kepala Apy adalah oleh-oleh yang diberikan oleh burung dara di Syntagma Square. Sepertinya burung dara disana harus di peringatkan agar tidak buang kotoran sembarangan.
Apy pun memilih berjalan terburu-buru menuju kamar mandi terdekat. Bahkan sampai sekarang ia tidak bisa mendeskripsikan secara jelas bagaimana sosok seorang Ares. Seperti yang ia bilang, Ares adalah sosok yang berubah-ubah. Seperti yang ia katakan sebelumnya, terkadang Ares nampak menyeramkan, kadang juga nampak dewasa, dan terkadang ia nampak sangat menyebalkan.
Setelah membersihkan kotoran di rambutnya, Apy dan Ares pun melanjutkan perjalanan untuk mengunjungi monumen Lysikrates yang terletak di tengah kota Plaka.
Monumen Lysikrates adalah monumen yang didirikan oleh choregos Lysicrates, yakni pelindung pertunjukan musik di Theater of Dionysus, monumen itu ditujukan untuk memperingati pemberian hadiah pertamanya ke salah satu pertunjukan yang ia sponsori. Choregos adalah sponsor yang membayar dan mengawasi pelatihan tarian-chorus yang dramatis.
Tidak ada yang spesial disana. Apy dan Ares hanya melihat-lihat dan berfoto ria sebelum mereka memutuskan untuk menjajakan kaki menuju rumah makan di sekitar.
Menikmati moussaka dengan di temani segelas coffe frape ala yunani beserta pemandangan khas kota plaka lengkap dengan langit malam bertabur bintang. Sungguh suasana yang pas. Belum lagi ada Ares di sampingnya. Kini keduanya memutuskan untuk duduk di salah satu cafe di Plaka untuk menikmati makan malam.
"Sayang sekali, hari ini akan berakhir sampai disini." ucap Ares saat ia selesai makan.
Apy memelankan kunyahannya dan menatap Ares yang juga menatapnya.
"Meski kau adalah gadis yang kukenal sekitar 12 jam yang lalu, tapi kau tidak buruk untuk diajak bepergian." lanjut Ares.
"Kau juga,"
"Dan entah kenapa aku bisa tahan dan merasa nyama denganmu, aku terkadang merasa risih saat ada seorang gadis yang tak kukenal berada di sekitaku."
"Aku juga,"
"Hei!! Jawab dengan benar!" ucap Ares mulai kesal atas jawaban Apy.
"Aku sudah menjawab dengan benar."
Yang dikatakan Apymemang begitu adanya. Ia pikir hanya dialah yang merasa seperti itu. Tapi Ares juga. Jadi pertanyaan yang saat ini berputar dipikiran Apy adalah, apa yang akan terjadi jika ada seorang perempuan dan lelaki yang merasa nyaman satu sama lain.
"Aku sendiri tidak tau kita bisa bertemu lagi atau tidak. Sudah lama rasanya aku tidak pernah bepergian dengan gadis yang membuatku nyaman. Kalau begitu, apa kau mau bepergian lagi besok bersamaku?Mungkin besok kita bisa pergi ke Mykonos jika kau mau," tawar Ares
Apy hanya diam menimang-nimang bagaimana ia akan menjawabnya. Besok adalah hari terakhir Apy di Yunani. Dan ia tidak mau tertinggal rombongan lagi. Hal itu membuatnya menyimpang saperti hari ini. Apy bahkan tidak bertemu dengan rombongannya barang sekalipun. Meskipun rute yang ia lalui sama seperti yang telah di jadwalkan. Sejujurnya Apy sendiri tidak mau ketinggalan rute seperti sekarang lagi.
"Jadi, tadi kau jadi membeli pita merah atau biru?" tanya Ares yang membuat Apy mengucap syukur karena Ares mengalihkan pembicaraan.
"Aku membeli dua-duanya." jawab Apy terlampau ceria mengingat betapa indahnya pita yang dibelinya tadi.
"Tapi aku serius, meski kau tidak memakainya, kau tetap terlihat cantik."
Ucapan Ares membuat Apy kembali bertanya di dalam hatinya. Apakah ini sebuah pujian?