Mungkin gadis berambut hitam dengan ID card bernama Aphrodite Diana itu adalah satu-satunya gadis yang rela berlarian di sepanjang trotoar Leof. Andrea Syngrou Avenue, Athena demi mengejar sebuah bus. Napasnya tersenggal dan keringat mulai bercucuran di pelipisnya, tapi hal itu bukanlah penghalang baginya untuk tetap berlari mengejar bus berwarna biru putih yang jaraknya sekitar 7 meter didepannya.
"Tunggu...tunggu....!!!!" teriaknya berharap sang sopir mau berhenti.
Namun usahanya tersebut nampak sia-sia, bus itu tetap melaju tenang di jalanan tidak peduli jika ada seorang yang bersusah payah mengejarnya.
"Wait...Wait...!!!" teriak seseorang yang membuat Apy menoleh kearah samping.
"Ini Yunani, tidak ada yang mengerti bahasa Indonesia." ucap sang laki-laki sambil terus berlari mengejar bus mendahului Apy yang nampak sudah pucat kehabisan tenaga.
Namun tak ada hasilnya sama sekali. Bus pun melaju cepat dan berbelok di persimpangan jalan.
"Ini Yunani, semua orang Yunani berbahasa Yunani." ucap Apy saat berhasil menyusul lelaki yang sedang mengatur napasnya itu.
"Kau benar, sopirnya orang Yunani." ucap laki-laki itu masih dengan napas tersenggal.
"Ares," ucap laki-laki itu seraya mengulurkan tangannya.
"Aphrodite, kau bisa memanggliku Apy," ucap Apy membalas uluran tangan Ares.
"Jadi, kau terlambat?" tanya Ares yang dibalas anggukan oleh Apy.
"Hei, jangan bersedih. Ketinggalan rombongan bukanlah masalah besar."
Yah, Apy membenarkan ucapan Ares. Toh ia bisa kembali ke hotel dan tetap berdiam diri disana hingga rombongan lainnya datang. Tapi itu sama saja dengan ia telah menyia-nyiakan waktu di sini. Di negeri berjuta sejarah. Mungkin dulu berkunjung di Yunani hanyalah khayalan belaka seorang Aphrodite, namun sekarang semuanya telah menjadi nyata. Apy tidak ingin ketinggalan momen apapun disini. Meskipun ia berkunjung atas alasan tour kampus, Apy tetap bisa merasakan berlibur ke Yunani. Seperti pribahasa sambil menyalam minum air, begitulah kira-kira yang menggambarkan kondisi Apy saat ini. Selain menambah ilmu, ia juga bisa menikmati liburannya. Dan berdiam diri di hotel karena ketinggalan rombongan bus bukanlah salah satu yang di inginkan Apy.
"Maksudku kita tetap bisa berkeliling Yunani bersama," ucap Ares saat tau perubahan ekspresi Apy.
Apy tidak menjawab, gadis itu sedang berpikir. Lagi-lagi ia membenarkan ucapan Ares. Harusnya ia bisa tetap berjalan-jalan mengelilingi Athena meskipun tidak bersama rombongan. Tapi berkeliling di negeri orang bersama seorang lelaki yang baru sekitar 1 menit lalu dikenalnya bukanlah pilihan yang bijak. Apy hanya mengenal Ares sebatas nama dan kesamaan asal negara. Selain itu, Apy tidak tahu menahu tentang Ares.
Tapi, kembali ke kenyataan saat ini membuat Apy menganggukkan kepala menerima ajakan Ares. Bagaimanapun, Ares adalah orang Indonesia yang berasal dari satu ronbongannya. Setidaknya Ares adalah satu-satunya orang dapat ia percayai.
"Jadi, kita akan kemana dulu?"
"Jadwal kunjungan hari ini, Kuil Parthenon, Museum Arkeolog dan Plaka." ucap Apy seraya membaca tulisan pada notebook miliknya.
"Kau ingin menyamakan tujuan kita dengan jadwal itu?" tanya Ares yang diangguki Apy.
"Siapa tau kita bisa menyusul rombongan dan bergabung dengan mereka," ucap Apy.
"Baiklah, terserah kau saja." ucap Ares dan segera mencari bus kota dengan tujuan yang sama. Apy pun hanya bisa mengikuti apa yang dilakukan Ares.
"Jadi, kau adalah mahasiswa yang sedang tour kampus?" tanya Ares sesaat setelah mereka duduk di bangku salah satu bus kota.
"Hmm, kau juga?" tanya Apy.
"Tidak, aku sedang berlibur."
"Berlibur?" ulang Apy.
"Ya, aku sudah skripsi sekitar 3 bulan yang lalu. Aku menunggu wisuda."
"Wow, itu artinya kau lebih tua 1 tahun dariku."
"Oh ya? "
Percakapanpun berlanjut dengan topik perkuliahan lalu topik sejarah, seolah tidak lengkap rasanya jika tidak membahas sejarah di ibu kota yang terkenal dengan berbagai mitologi seperti Athena.
Tak terasa bus pun sampai di tempat tujuan. Apy turun dari bus seraya menunggu Ares yang membayar ongkos bus.
Setelah percakapannya di dalam bus tadi, kini Apy sedikit banyak mengetahui sosok seperti apa Ares. Seperti yang ia katakan, Ares adalah satah satu mahasiswa di kampus Apy yang saat ini sedang menunggu sesi wisuda. Kebetulan keduanya mengambil jurusan yang sama yakni sejarah. Meski begitu, Apy tidak pernah sekalipun melihat Ares di kampus. Lelaki itu bilang bahwa ia selalu datang saat jam dimulai dan langsung pulang saat jam berakhir. Menurutnya kampus adalah tempat terjenuh setelah sekolah. Entah kenapa Apy merasa Ares adalah tipe lelaki yang menyukai kebebasan dan tidak suka di tuntut. Terbukti saat ia mengatakan,
"I will do anything what I want before something tied me until I can't breath,"
"Maksudmu sesuatu seperti...pernikahan?" ucap Apy agak ragu.
"Maybe."
Namun di samping itu, Ares adalah sosok yang ulet dan tekun. Ares mengatakan bahwa saat masih duduk di bangku kuliah ia sempat di kirim untuk mengikuti proyek penelitian di daerah Peru untuk meneliti bangunan Manchu Picchu bekas beradaban Inca. Apy benar-benar tidak bisa mengelak jika Ares adalah seorang sejarawan.
"Hei!!" teriak Ares yang segera menyadarkan Apy akan lamunannya. Apy pun segera mengikuti Ares.
Dihadapannya saat ini tidak lebih dari bukit dengan tanah yang gersang. Apy terus melangkahkan kakinya mengikuti Ares yang terus berjalan kearah puncaknya.
Saat sampai di puncak, rasa pegal yang tadinya melanda Apy langsung hilang seketika. Di sini, di hadapannya saat ini, Apy dapat melihat bangunan kokoh nan besar dengan pilar-pilar berarsitektur doria dengan hiasan friz yang berjajar mengelilingi kuil. Inilah kuil Parthenon yang berdiri agung di puncak bukit Acropolis, Athena. Kuil yang menggambarkan kejayaan Dewi Athena. Sang Dewi Kebijaksanaan.
Karena letaknya yang berada di atas bukit, dari kuil ini, Apy bisa memandang seluruh penjuru kota Athena dari ketinggian. Langit biru cerah dengan beberapa gumpalan awan, serta angin semilir yang berhembus seolah mempermanis suasana.
Cuaca panas nampaknya bukan penghalang bagi Apy untuk tetap mengambil gambar di sekeliling kuil. Wajah cantik itu hanya dilindungi dengan topi merah bertuliskan Indonesia yang didapatnya sebagai salah satu tanda pengenal rombongan.
"Kenapa aku sama sekali tidak menemukan rombongan kita?" tanya Apy saat Ares datang membawakan minuman kepada Apy.
"Mungkin mereka mengubah jadwal?" jawab Ares dengan nada tenang seolah itu hal biasa.
Apy menghela napas berat sebelum meneguk setengah botol air mineral pemberian Ares.
"Kau tau? Di pedimen segitiga bagian depan kuli ini dahulunya terukir adegan persaingan antara dewi Athena dan dewa Poseidon sebagai dewa utama di kota Athena. Sedangkan di pedimen belakang, terdapat pahatan yang menggambarkan kelahiran dewi Athena dari kepala dewa Zeus. Sayangnya, sebagian besar pedimen itu kini sudah rusak, dan bagian yang masih tersisa kini disimpan di museum." jelas Ares seraya menatap kagum bangunan di hadapannya.
"2 tahun lalu, di antara puing-ping kuil Parthenon ini juga hubunganku dengan seseorang rutuh begitu saja." ucap Ares nyaris tak terdengar. Ada nada kepahitan dari nada bicaranya. Matanya pun sedikit berkaca seolah ada yang menarikknya kembali ke masa lalunya yang kelam.
"Hei! Bukankah kita datang kemari untuk menikmati liburan?" hibur Apy saar melihat laki-laki gondrong disampingnya yang kian murung.
"Ayolah Ares!!! Jangan mendramatisir suasana," Apy mulai menarik tangan Ares untuk mengajaknya kembali berkeliling.
Baru beberapa langkah, Apy sudah kehilangan keseimbangan karena tanahnya yang memang tidak rata. Sontak saja Ares menolong Apy dan membuat keduanya nyaris berpelukan. Kedua mata hitam legam itu saling bertatap mengunci satu sama lain.
Seketika itu dunia Apy nampak berhenti. Kecanggungan pun menyergap dada Apy hingga membuatnya nyaris kehilangan napas. Buru-buru Apy kembali berdiri keposisi semula.
Apy merapikan bajunya dan langsung melanjutkan perjalanan.
"Hei!! Kau bahkan tidak berterima kasih pada seseorang yang sudah menolongmu?" teriak Ares terlebih dengan nada kegelian.
"Makasih," Ucap Apy yang langsung berbalik.
"Hey, are you blushing?" tanya Ares masih dengan senyum yang sama.
"No, I'm not," jawab Apy cepat, berusaha menekan rasa malunya.
"Yes, you are." teriak Ares seraya menyusul Apy dari belakang.