RULE 2 – Memori yang terekam di alam bawah sadarmulah yang akan menentukan bagaimana pola permainan akan berlangsung.
Aroma kopi robusta seakan memenuhi ruang kerja -yang juga kamar pribadinya- Trex. Ia menyeruput pelan kopi yang masih panas itu sambil menikmati pemandangan kota lewat kaca besar di belakang meja kerjanya. Duduk santai di kursi kesayangan yang juga merangkap sebagai kursi kerjanya itu. Sangat nyaman rasanya menikmati pagi itu dengan tenang.
“BRAK”
“Aduuuh duuuh panas panas!” secangkir kopi panas yang trex pegang terlepas dari genggamannya dan jatuh ke pangkuan. “Hadoooooh aseeetku!!!! siapa sih yang masuk tiba-tiba?! Ga suka banget kayanya melihatku santai sedikit saja!”
Trex bangkit dari kursinya seraya membalikkan badan melihat siapa yang membuka pintu ruangannya dengan keras. Dilihatnya reina sedang berdiri sambil menyilangkan tangan di depan dadanya. Menatap trex dengan pandangan seakan ingin membunuh seseorang.
“REIN? OH pleaseeeee lah. Ini masih pagi loh! Jam berapa ini rein???” protes trex. Ia berjalan ke sudut ruangan mengambil handuk kecil dari dalam lemari yang lebih terlihat seperti dinding tersebut, karena lemari tersebut di desain dan diwarnai senada dengan dinding. Trex mengelap celananya yang basah menggunakan handuk yang ia ambil tersebut. “Mau apa kau sepagi ini ke kantor sih?!”
“Apa lab dapat digunakan saat ini?” tanya rein sambil mendekati Trex.
Trex menoleh, melihat rein yang sudah berdiri tepat di samping kanannya. “Kalau hanya untuk digunakan sih bisa, tapi jika kau ingin melakukan percobaan dengan anggota tim yang lain, ya ga bisa.”
Trex kembali berkutat dengan handuk dan celana basahnya.
“Tolong kau aktifkan sistem percobaan ke 17, kode H.” Pinta Reina yang seketika dibalas tatapan tajam dari Trex.
“WHAT? Kita belum siap untuk itu Rein! Masih banyak yang harus diperbaiki dari sistem kemarin. Jangan gila kau!”
“Lakukan saja apa yang kubilang. Aku sudah memperbaiki semuanya. Deadline semakin dekat, para pemegang saham mulai khawatir projek ini gagal.”
Trex terdiam. Ia sadar benar jika projek ini gagal, pemegang saham akan menarik seluruh dana yang telah diberikan untuk projek pembuatan game tersebut dan ini akan menjadi sebuah kemunduran bagi perusahaan ZDC. Bahkan bisa saja mereka juga menarik saham mereka dari perusahaan ini. ZDC memang bukanlah perusahaan yang sempurna, beberapa kali ZDC juga mengalami kerugian dan kegagalan, tapi kegagalan-kegagalan tersebut hanya terjadi pada jumlah keuntungan dari penjualan produk-produk keluaran ZDC karena kurang laku dipasaran, bukan kegagalan yang di dapat karena tidak bisa menyelesaikan projek game yang telah digagas.
“Kau yakin?” Reina membalas pertanyaan Trex tersebut dengan sebuah anggukan pelan. “ngomong-ngomong, kau ga tidur semalaman ya walau pulang ke rumah?”
“Trex!”
` “Iya iya...” Trex berjalan keluar ruangan diikuti reina di belakangnya. Mereka bergegas pergi ke lantai 23 menggunakan lift menuju laboraturium. Beberapa saat kemudian sampailah mereka di ruangan berselimut cat warna putih yang bertuliskan lab 101 di pintu masuknya. Ruangan itu penuh dengan jejeran meja bersensor dan kapsul kaca seukuran manusia.
“kau sudah memasukkan datanya ke dalam sistem?” tanya Trex yang telah berdiri di depan salah satu meja bersensor paling besar disitu.
“Tentu saja.”
Trex mendekatkan gelang karet yang ia gunakan ke pendeteksi sensor di meja, lalu sebuah hologram berbentuk layar yang cukup besar muncul di hadapannya Trex, seakan menjadi pemisah antara trex dengan reina yang memang sedang berdiri di sebrangnya meja. Trex mulai mengetikkan kode-kode perintah di hologram tersebut hingga muncul sebuah loading bar. Tak perlu menunggu lama, loading bar tersebutpun menunjukkan angka 100%.
“data sudah masuk ke dalam sistem dan terkoneksi. Aku tanya sekali lagi padamu, kau yakin akan melakukan ini? Ini percobaan baru dan kau langsung ingin melakukan kode H? Jika kiehl tahu..”
“Kiehl tidak tahu.” Potong reina. “Aku sudah menghitung semuanya, dan kesalahan sudah terminimalisir dengan baik. Celah memang masih ada, tapi aku yakin kau dan dimas pasti bisa mengatasinya. Lakukan saja percobaan ini.”
Trex terdiam, mencoba meyakinkan diri bahwa tidak akan ada masalah dalam percobaan ini.
“Trex?” tanya reina, mencoba menyadarkan Trex dari lamunannya. Trex melihat ikon berbentuk tombol on/off di sisi kiri layar, walaupun dengan perasaan ragu, akhirnya ia menekan tombol tersebut. Tiba-tiba saja salah satu kapsul bertuliskan 101-Alpha terbuka, melihat kapsul tersebut terbuka, reina pun berjalan mendekatinya dan akhirnya masuk ke dalam kapsul tersebut.
Begitu reina masuk ke dalam kapsul dan memposisikan dirinya dengan berbaring terlentang, pintu kapsul tersebut secara otomatis menutup dan beberapa kabel sensor keluar dari balik bantalan kepala, lalu menempel di sisi kanan dan kiri dahinya reina. Reina mulai memejamkan mata.
Trex mulai menghidupkan seluruh alat yang memonitor tubuhnya Reina, ia juga dapat melihat wajah reina dari layar lewat live video yang disiarkan secara real time dari dalam tabung itu sendiri. Trex kembali mengetikkan sesuatu yang membuat reina jatuh semakin dalam ke alam bawah sadarnya, lalu muncul sebuah tulisan di layar.
“Bienvenido ti' le báaxalo' weenel. Le clave, le a nen óol.”
Trex melongo melihat tulisan di layar. “Kata-kata awalnya dia ganti? Ya lord. Jangan bilang seluruh data dia rubah juga.” Ujarnya pada diri sendiri.
“Reina?!”
“Matilah aku.” Gumam Trex pelan.
“TREX! Apa-apaan kau?! Matikan itu semua!” perintah kiehl dengan kasar. Trex membalikkan badan dan merentangkan kedua tangannya, seolah-olah mencoba menghalangi Kiehl agar tidak menekan ikon apapun yang ada di layar hologram.
“Aku tidak bisa. Reina sudah terkoneksi dan masuk dalam level pertama. Kau tidak bisa mematikan koneksi dari sini, ini percobaan pertama dari perbaikan data sebelumnya. Kita tidak tahu efek apa yang terjadi jika kita yang memutuskan koneksi.”
Kiehl menggebrak meja dengan kencang sebagai pelampiasan amarahnya. “Bagaimana jika sesuatu terjadi pada reina?! Kau mau tanggung jawab huh?”
Trex terdiam cukup lama sambil menjatuhkan pandangannya ke lantai. Ia tahu bahwa tindakannya salah, akan tetapi ia juga bingung bagaimana menolak keinginannya reina, terlebih selain sahabat, reina juga merupakan atasannya trex.
“Jangan diam saja kau trex!” Kau harus mengehentikan ini semua!” Langkah kiehl semakin maju, mendekat tepat di hadapannya Trex. Ia memandang Trex dengan marah.
“Aku tetap tidak bisa mematikannya.” Jawab Trex dengan tegasnya.
“Kau...” Kiehl mulai geram dengan jawaban yang terlontar dari mulutnya Trex.
“Jangan bertengkar.” Trex dan Kiehl seketika terdiam dan langsung menoleh ke arah sumber suara. Betapa terkejutnya mereka melihat Reina sedang duduk di kapsul yang tengah terbuka dan diam-diam memperhatikan mereka dari jauh.
Melihat Reina baik-baik saja, kiehl menghampiri reina dengan cepat. Ia menghentikan langkahnya tepat di depannya reina dan memandangnya dengan kesal. “Kau gila hah?!”
“Aku memang gila, tapi aku baik-baik saja kan?” reina tersenyum membalas tatapan kesal yang dilontarkan Kiehl.
Kiehl mendengus kesal. “Untungnya kau baik-baik saja! Tapi bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi padamu huh?!”
Reina masih menyunggingkan senyumnya pada Kiehl. “tapi tidak ada yang terjadi padaku kan?”
Reina melangkahkan kakinya melewati kiehl, berjalan menghampiri Trex yang masih terdiam membatu, melongo melihat reina yang telah sadarkan diri secepat itu bahkan ia malah tersenyum bahagia menghadapi kiehl. “Trex? Kau baik-baik saja?”
“WOHOOOOOOO KAU BERHASIL REIN!!!” Teriak trex dengan kencang dan gembira sambil mengangkat kedua tangannya. Menandakan bahwa dirinya sangat bahagia melihat hasil percobaan yang sempat tidak ia setujui itu.
“So, bagaimana hasil analisis datanya?” tanya rein.
Trex tersenyum lebar. “hampir seluruh kesalahan yang ada di percobaan sebelumnya sudah tidak ada di percobaan kali ini. Untuk percobaan sesingkat tadi sih bagus rein, tapi aku tidak tahu jika percobaan kali ini dilaksanakan sesuai prosedur, karena untuk waktu percobaan tadi tidak sesuai prosedur, sebab kau belum masuk ke permainan kan?”
Reina memutar bola matanya dari kiri lalu ke kanan. “Aku sudah masuk sebenarnya, tapi sayup-sayup aku mendengar suara kalian.” Tepat di kata terakhir, reina menoleh ke Kiehl yang masih berdiri di samping kapsul alpha 101. Dari wajahnya terlihat ia masih kesal dengan Reina.
“Lalu bagaimana caranya kau bangun?” tanya trex.
Reina kembali menoleh menghadap trex. “Aku bunuh diri, permainan otomatis selesai dan akupun otomatis terbangun. Kau lupa mengenai peraturan permainan ini?”
“Oh iya! Aku lupa hehe.”
“Apa sih yang tidak kau lupakan trex.” Cetus Kiehl dari kejauhan. Trex mengangkat tangan kanan sambil menunjukkan jari tengahnya pada Kiehl sebagai bentuk jawaban perkataannya Kiehl tersebut.
“Kalian sudahlaaah.” Keluh Rein melihat kelakuan dua sahabatnya itu. “Trex, hubungi seluruh tim, secepatnya lakukan percobaan sesuai prosedur, aku mau laporan mengenai kode H secepatnya juga diserahkan padaku setelah percobaan selesai.”
“Oke.. tapi aku mau mandi dan ganti baju dulu ya. Gara-garamu ini rein, celanaku basah dan terkena noda kopi, aku terlihat seperti habis kencing di celana! Untung saja asetku baik-baik saja!” Trex pergi keluar laboraturium tanpa menunggu jawaban apa yang akan Rein lontarkan padanya. Rein hanya tersenyum geli mendengar ucapannya Trex tersebut. Kejadian kopi panas yang tumpah tadi memang cukup lucu dan sempat membuat rein sakit perut karena menahan tawa.
“Kau tertawa?” Rein menoleh ke samping kirinya. Kieh memandangnya dengan heran.
“Tidak.” Jawab Rein sambil berlalu meninggalkan kiehl di dalam laboraturium.