Loading...
Logo TinLit
Read Story - Got Back Together
MENU
About Us  

Saat itu Nindyta masih sekolah menengah pertama, masih baru-barunya merasakan apa itu suka kepada lawan jenis. Masih amatir dalam hubungan yang bernamakan pacaran dan masih kaku bagaimana bersikap kepada lawan jenis yang waktu itu menjadi pacarnya. Nindyta ingat betul kalau saat itu dia benar-benar merasakan apa yang orang bilang cinta pertama. Dia sangat bahagia, hari-harinya terisi penuh dengan warna warni percintaan remaja awal. Hidup serasa milik berdua, yang lain cuman numpang saja di bumi. 

Namun yang namanya cinta pertama tentu saja membuat kemungkinan cinta-cinta yang lainnya akan datang bermunculan. Dan hal itu terjadi tentu saja karena cinta pertama yang berakhir. Saat itu pula, untuk pertama kalinya Nindyta mengalami apa yang namanya patah hati. Benar-benar paket komplit, Nindyta tidak hanya merasakan apa itu cinta pertama tapi merasakan juga apa itu patah hati untuk pertama kalinya. 
Saat itu Nindyta tidak bisa berkata-kata, seseorang yang menjadi segala yang pertama untuknya pergi tanpa pamit, dia pergi begitu saja tanpa meninggalkan satu patah kata perpisahan apapun. Setidaknya beri Nindyta kepastian akan hubungan mereka ini. Jangan menggantung, antara sudah berakhir atau memang belum. Paling tidak katakan sesuatu untuk Nindyta.

" Kamu lanjut sekolah dimana?" saat itu, saat di acara perayaan kelulusan di sekolahnya Nindyta bertanya kepada Bio. Dia sudah sering menanyakan ini sejak lama, namun Bio enggan untuk menjawab, laki-laki itu selalu mengganti topik.

Dan lagi-lagi semuanya terulang kembali, Nindyta kembali tak mendapat jawaban atas pertanyaannya, laki-laki itu malah pamit pergi dan bergabung dengan teman-teman satu gengnya.

" Mau menunggu hm?" itu adalah pertanyaan terakhir dari Bio yang diajukan kepada Nindyta sebelum laki-laki itu hilang tanpa jejak. Saat itu harusnya Nindyta peka akan keadaan, harusnya dia menangkap kode yang dikirimkan oleh Bio kepadanya. Namun ketahuilah, saat itu Nindyta masih kecil, masih awam soal percintaan. Mana tau dia soal itu.

" Aku harap kamu mau menunggu." dan itulah kata-kata terakhir sebelum dia dan Bio berpisah. Nindyta tidak mengangguk atau menggeleng, dia asal masuk saja ke mobil yang sudah dibukakan pintu oleh sang supir. Namun, karna kata-kata itu pulalah Nindyta setia menjomblo, menunggu seperti orang bodoh seperti apa yang diharapkan oleh sang cinta pertamanya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags