Read More >>"> How Precious You're in My Life (Kelas 8 Semester 2) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - How Precious You're in My Life
MENU
About Us  

Di semester 1 menuju semester 2, kamu putus dengan Nafiyya. Sempat sendiri selama 3 bulan. Dari 2 tahun aku menyukaimu, baru kali ini aku merasakan kamu sedang sendiri. Setelah 3 bulan, kamu jadian dengan Afril, anak kelas VIII-9. Kamu kelas VIII-1, sedangkan Afril kelas VIII-9, pacarannya di mana? Di VIII-6. Kelasku. Terima kasih loh J. Terima kasih sudah membantu membersihkan mata setiap istirahat pagi. Sumpah, dari sekian masalah yang aku hadapi denganmu, aku baru menangis ketika kamu jadian dengan Afril. Sebelum-sebelumnya aku tidak pernah menangis, serius deh. For the first time I’m crying over a boy like you. Huft, sangat sia-sia air mataku. Kesucian air mataku yang tak pernah menangis karena cowok akhirnya luluh.

          Kamu dan Afril berpacaran tidak lama, aku lupa berapa bulan, mungkin 3 atau 4 bulan, tetapi Afril kedapatan saat kamu ulang tahun. Lagi-lagi kalian berpacaran di depan kelasku. HUUH! Kalian bersenang-senang di luar sana, sedangkan aku menyayat-nyayat hati di dalam sini. Rasanya ingin aku siram pakai es teh agar kalian bubar, HAHA. Aku melihat dari celah pintu yang terbuka, Afril membawakan sepotong kue untukmu, lalu ia menyuapimu dengan penuh kemesraan. Sialll!!! Mengapa aku harus melihat ini? Siapa yang sengaja membuka celah pintu itu? Akan kumarahi dia!

          Aku makin memantapkan hatiku untuk move on ke Aca saja karena hanya dia satu-satunya yang aku suka selain kamu. Aca, cowok manis yang kalo dilihat jadi diabetes. Sangat manis dilihat, sangat busuk dirasa, HEHE. Seharusnya ketika awal-awal seperti ini, aku masih membagus-baguskan namanya karena dulu aku selalu menyebut namanya dalam doaku. Namun, tak ada lagi sisi bagusnya yang ingin aku tulis sekarang, maaf. Aca menyukai seorang adik kelas yang tak kalah cantik, yaitu Devi. Devi adalah cewek yang menurutku almost perfect, flawless, dan dia punya inner beauty. Cantik luar dalam. Sampai sekarang, tak ada sedikit pun namanya yang tercoreng di benakku. Semuanya bagus. Ya, bila si Aca memang menyukai dia, aku bisa apa? Devi juga anak cheers. Huhu, harus waspada kamu mengambilnya juga.

          Tiba-tiba dapat kabar kalau Devi menolak Aca. Bahagia, namun juga sedih. Bahagia karena Aca gak punya pacar, tetapi sedih juga karena Aca pasti sedih. Hmm... sebenarnya sangat banyak kenangan yang seharusnya aku tulis tentang si Aca. Sayangnya, aku menulis ini ketika sudah lulus SMA, jadi tak ada kata Aca dalam kamus kehidupanku. Sudah, cukup masa suram ketika SMP saja dengannya. Tak lama setelah Aca ditolak, tiba-tiba kamu putus dengan Afril. Lalu aku melihat Twitermu yang sering mention-an sama Devi. Ya, aku tau Twitterku diblok, tetapi kamu kira sudah sampai situ? Ya enggaklah. Teman-temanku kan banyak yang follow kamu, HAHA. Alamat, kamu pasti jadian dengan Devi.

          Benar saja. Kamu benar-benar jadian dengan Devi. Aku tau ketika sedang di acara ulang tahun Salina. Kami sedang duduk di J.co. Tiba-tiba salah satu temanku, aku lupa siapa, dia menunjukkan bio di Twittermu. Aku melihat tulisan “A24”, yang pertama ada di pikiranku adalah... balikan dengan Afi? Waktu awal kelas 7 juga nulisnya A24, tetapi di bio Afi tidak ada. Lalu salah satu temanku bilang kalau kamu jadian dengan Devi. A adalah abjad terakhir dari nama Devi dan 24 adalah tanggal jadian kalian. 24 Januari 2014. Aku merasa berbeda. Sedih, pasti. Sakit, pasti. Namun, ada ketenangan dalam diriku. Setidaknya, kamu berpacaran dengan cewek yang baik. Firasatku sedikit lebih tenang dengannya, meskipun ujung-ujungnya nangis juga.

          Aku ingat, ketika pulang sekolah hujan deras dan murid-murid sebagian belum pulang, aku masih di lantai 3. Lalu aku melihatmu sedang berpacaran dengan Devi di seberang sana. Pertama kali aku melihat kalian berpacaran. Lalu aku merekam kalian dari balik jendela dalam kelas. Entah, kalian sadar atau tidak karena video rekamannya hanya berdurasi 8 detik dan bahkan tidak jelas bentuknya, haha. Sampai sekarang masih ada. Kamu bertanya untuk apa aku menyimpan itu semua? Untuk kenang-kenangan. Sewaktu-waktu aku sudah move on (aminnnn), aku ingat kalau aku pernah sesayang ini dengan seseorang. Aku juga melihat Aca sedang menatap arah yang sama denganku, menatap kalian yang sedang bermesraan di kala hujan. Hujan di luar, basah di pipi. Entah saat itu aku merasakan sakit yang 2x lipat. Melihat orang yang aku sayang sedang bermesraan dan melihat orang yang aku sayang sedang melihat orang yang dia sayang sedang bermesraan. Memang sulit.

          Baru kali ini, aku menyukai seseorang dan banyak sekali orang yang tau. Rata-rata teman sekelasku tau semua. Namun, karena aku pikir kami adalah keluarga, ya aku tidak sedikit pun curiga pada mereka. Ini hanya untuk dibuat asik-asikan saja. Bahkan, keluargaku tau. Mmm... I mean hanya sepupu-sepupuku yang usianya tak berbeda jauh denganku, tetapi di akhir, semua keluargaku tau. Nanti. Aku mempunyai 5 saudara yang dekat denganku, yaitu Azari, Praja, Api, Ami, dan Dana. Semuanya cowok, kecuali Azari. Azari adalah sepupuku yang paling dekat denganku. Kami sering berpergian berdua dan menginap di tempat nenek, ya itu rumah dia juga sih. Oh iya, rumah Azari satu gang dengan Ryu, ia teman kecilnya Ryu. Rumahnya juga dekat dengan komplek di mana Aca tinggal. Dulu aku dan Azari sering jajan di warung depan rumah Aca dan sok-sokan meneriakkan nama Aca lalu kabur. Sering juga aku tersenyum dan berdiam diri di depan rumah Aca sambil tertawa-tawa. Namun, aku memberhentikan semua tindakan konyol itu ketika aku tau ada CCTV di rumah Aca yang pastinya menangkap tindakan konyolku, HAHA.

Aku cerita banyak hal tentang kamu dan Aca, memperlihatkan foto kalian padanya. Sampai akhirnya, ia memiliki adik yang baru lahir. Adiknya laki-laki, berbeda 11 tahun dengan dia dan berbeda 14 tahun denganku.

          “Namanya siapa, Zar?”

          “Gue mau namain Aras. Udah bilang sama ayah sama bunda dan mereka setuju.”

          “ARAS?! WHY? Itu nama dia (kamu).” tolakku sangat tidak setuju.

Itu artinya, setiap aku memanggil namanya, pasti akan teringat kamu. Bagaimana bisa move on?

          “Iya tau. Lo sering cerita dan kasih unjuk foto dia dan gue jadi terinspirasi namain adek gue kayak nama dia.”

          “Biar apa?!”

          “Biar ganteng. Kayak Araz.”

SHIT! Aku tak bisa berbicara apa-apa lagi karena ayah dan bundanya sudah setuju dengan nama itu. Apa itu artinya aku memanggil namamu setiap aku memanggilnya? Walaupun S dan Z berbeda, tetapi jika dipanggil akan terdengar sama. Just... oh my God. Banyak sekali nama yang bagus, mengapa dia mengambil namamu dan dengan alasan supaya ganteng like you. Aku tersiksa sekali setiap memanggil nama adiknya. Sampai sekarang.

          Kelas 8 itu sebenarnya masa-masa yang terindah karena aku bisa sesering tiu memandangmu dari dekat, mendengar suaramu, melihat gerak-gerikmu. Aku tidak peduli siapa yang memilikimu sekarang, asal aku bisa terus seperti ini. Sampai kamu jadi anak basis yang mempunyai nama di angkatan. Semakin lama, aku semakin curiga dengan perubahanmu yang drastis. Aku tau, kelas 7 kamu hanya diam di kelas, ya mungkin karena aku tak pernah melihatmu di luar kelas, sangat jarang. Lalu kelas 8 kamu berubah secepat kilat. Main dengan anak-anak angkatan, cabut pelajaran, atribut mulai tidak lengkap. Ada apa? Bukan urusanku, memang.

Aku punya satu teman cowok di kelas, namanya Rudi. Rudi ikut masuk ke dalam geng basis angkatan, namanya KX. Itu juga geng yang diikuti olehmu. Tadinya aku tak percaya wajah sepolos Rudi ikut-ikutan geng angkatan. Namun, Pipin yang suka dengan Rudi memberitahu pada kami semua tentangnya. Kebiasaanku adalah meledek mereka berdua yang sedang dekat. Tiba-tiba, atas kecerobohanku, Rudi mengetahui kalau aku suka denganmu dan Aca. Apa boleh buat, ya aku iyakan saja. Lagi pula, memang sudah banyak yang tau kan? Tetapi Rudi berbeda. Tidak seperti semua teman yang begitu sudah tau ditinggal begitu saja, Rudi malah sering memberitahuku tentang kamu dan Aca, tanpa aku minta. Maka sejak dari itu, ia seperti mata-mataku terhadap kalian berdua. Apa saja yang kalian lakukan di luar sekolah. Karena kedekatanku dengan Rudi, Pipin sempat menjauhiku. Padahal menurutku aku dan Rudi hanya chat tentangmu dan Aca. Namun, ia masih saja marah padaku karena Rudi jadi berubah padanya.

Makin lama, aku semakin tau apa saja yang kalian lakukan di luar sekolah. Namun, Rudi berpesan bahwa aku dan dia tidak boleh terlihat dekat karena nanti teman-temannya akan curiga. Aku menurutinya, bahkan sampai sekarang lulus SMA pun kami tidak pernah dekat secara langsung, tetapi selalu chatting, tentang kamu pastinya. Tak ada yang bisa aku lakukan selain menangis dan berdoa. Why? Why you did this? Masih banyak cara untuk mendapatkan kebahagiaan.... Ketika kelas 8, aku belum tau mengapa kamu berubah, tetapi aku hanya tau apa yang melatarbelakangi Aca menjadi seperti itu.

Saat kelas 8 memang lebih banyak waktu luang. Selain membuat cerita, aku pernah membuat akun Ask.fm tentang remaja. Pertama karena aku gabut, kedua karena aku ingin mencurahkan sekaligus membantu teman-teman lain yang juga sedang bimbang. Tadinya itu hanya main-main, namun keterusan sampai sekarang. Akunnya sudah mencapai hampir 16.000 likes dan lebih dari 3000 jawaban. Entah mengapa, jiwa sosialku sangat berkembang di sana. Aku menasihati dan juga dinasihati lewat jawabanku sendiri. Kamu adalah alasan utamaku sehingga aku dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Kamu adalah sumbernya. Maka dari itu, terima kasih.

Kala itu, sedang booming mainan Let’s Get Rich atau disingkat LGR. Mainannya seperti monopoli yang diciptakan oleh Line. Aku sangat sering bermain itu bersama teman-teman atau jika tidak ada teman aku bermain dengan orang lain. Kuotaku cepat habis gara-gara main itu, haha. Lalu, aku ingat waktu pertama kali aku ingin main dengan Ami, sepupuku. Tiba-tiba aku melihat namamu sedang on LGR juga. Aku iseng mengundangmu dan tidak mengundang Ami terlebih dahulu, haha. Tiba-tiba kamu menerima undangan Get Rich dariku! WOW! Aku langsung teriak-teriak seperti orang gila saat itu! Kakakku yang sedang tidur langsung terbangun HAHA. Lalu kita bermain LGR seperti biasa. Setiap ada peristiwa di LGR, pasti kamu menggunakan emoticon. Aku selalu screenshot ketika kamu memakai emot, meskipun hanya di Get Rich. Namun, aku tak pernah membalas atau menggunakan emot. Gak berani, hehe. Aku lupa kita berapa kali bermain. Yang aku ingat, aku pernah menang sekali di tourism dengan skor yang paling tinggi dari kemenangan yang lain. Lalu aku memiliki ambisi untuk menyusul skormu yang ada di ranking teman dan aku berhasil! Meskipun hanya beda skor 600, setidaknya aku pernah ada di atasmu! YEY! Ada satu kejadian yang sebenarnya aku masih ragu, apakah ini nyata atau tidak karena sedikit tidak mungkin, yha. Saat aku berjalan di kantin yang sepi, tiba-tiba aku melihatmu di ujung sana. Dengan sigap, aku langsung menggenggam tangan temanku erat lalu berpindah posisi agar tidak lewat di sebelahmu. Ketika aku dan temanku melewatimu, tiba-tiba kamu mengeluarkan kata-kata sambil melihat ke arahku. Apa kamu berbicara padaku?

“Yah, kemaren kalah.”

Kemarin memang kita main, sih. Kamu berbicara padaku? EH? Seriously? Aku harus jawab gak ya?

          “Itu, Mi.” bisik temanku padaku menandakan kamu memang berbicara padaku karena tak ada lagi orang lewat di sini.

          “Haha. Gak papa, kemarennya lagi gue menang.” Menahan salting sekuat mungkin dan tidak menatap matamu sama sekali.

          “Tapi gua udah 4x menang ye. Nanti main lagi.”

          “Iya.”

...? Itu bener kamu? Bener kamu? Atau halusinasi aku saja? Tetapi apapun itu...

          “WOOHHOOOOOO!!! ARAZ NGOMONG SAMA GUE WOY!” teriakku pada teman yang di sampingku di tengah-tengah perjalanan menuju kelas yang sepi.

          “Iya, Mi. Iya.”

Let’s Get Rich adalah permainan favoritku sejak saat itu. Meskipun aku tidak memainkannya lagi, tetapi aku takkan menghapusnya. Permainan ini menyimpan banyak kenangan, hehe. Hanya itu yang membuatku berkomunikasi lagi denganmu setelah hampir 2 tahun. Hanya itu juga yang membuatku ada obrolan denganmu. Kamu juga pernah mengajakku bermain LGR, tetapi bodohnya aku menolak karena lagi les. Ya, gak bodoh juga sih karena itu kan sedang belajar, haha. Yang pasti, menyesal iya. Dulu ngajak LGR, sekarang ngajak LDR, HEHE. LDWR deh. Long Distance Without Relationship.

Aku juga mempunyai memo di ponselku. Ketika membuat scrapbook (kelas 9), aku memasukkan sedikit dari memoku ke dalam scrapbook. Sekarang aku tak berani memasukkan memo ke sini karena terlalu barbar, terlalu banyak binatang tak bersalah yang kusebutkan, HAHA. “Hargain kek.” Habis bagaimana, hanya di situ tempatku melontarkan kekesalan dan kesedihan selama ini. Isi dari memo itu adalah penyesalan. Semuanya berisi penyesalan. Menyesal mengapa aku bisa menyukaimu, menyesal mengapa kamu ganteng, menyesal mengapa aku bertemu denganmu. Pokoknya semuanya penyesalan, bahkan yang tak masuk akal pun aku sesali. Tentang kamu yang tak pernah menghargai perasaanku. Selalu mengecewakan, membuat sedih, membuat kesal, dan membuatku menangis. Aku terus menyalahkanmu tanpa sadar sebenarnya diriku juga salah.

Ya memang terkadang kamu juga sengaja membuatku seperti ini. Menyapa teman-temanku, tetapi tidak menyapaku. Tak masalah. Hanya, itu terlalu ketara kalau kamu meledekku. Lalu merangkul cewek yang sedang di sebelahmu saat kamu melihat aku sedang berjalan di belakangmu. Apalagi? Memegang tangan Devi ketika aku lewat lalu melepasnya kembali setelah aku lewat. Memang sengaja atau bagaimana? Hehe.

Setiap aku berjalan di sampingmu, aku seperti orang mabuk yang bisa terbang. Maka dari itu, setiap aku melihatmu, aku harus berpegangan erat dengan teman yang ada di sebelahku. Itu merupakan sebuah keharusan. Saking eratnya, tangan temanku sampai merah, terkadang menyeplak kukuku. Maka dari itu, ketika ada kamu, semua menghindar dariku dan membuatku semakin salah tingkah. Ingin berlari, tetapi ada yang menahan. Ingin berhenti, tetapi ada yang mendorong. Aku benci melewatimu. Aku jadi susah sendiri. Padahal kamu jalan biasa seperti tanpa dosa. Di sini, aku yang kebakaran jenggot.

Bicara soal salting, itu adalah masa-masa termemalukan dalam hidupku yang tak pernah aku lupakan. Sekolah tak memperbolehkan kita makan di kelas, jadi jika istirahat, semua murid pergi ke bawah lalu pintu tangga dikunci. Sejak awal kelas 8, aku, Kania, Tata, Pipin, Hana, dan Salina mempunyai base camp di depan UKS. Tepatnya di sudut kiri sekolahan yang berbentuk persegi. Aku tak pernah membawa bekal karena aku kurang suka dibawai bekal. Nasinya sudah dingin, lauknya sudah alot, ditambah aku teledor, suka menaruh tempat makan di sembarang tempat dan lupa dibawa kembali. Jadi, aku, Kania, dan Tata selalu jajan di kantin, sedangkan Pipin, Hana, dan Salina membawa bekal. Makanan favorit kami adalah soto. Soto di kantin sangat enak dan murah! Sehabis membeli soto, kami kembali ke base camp. Ketika soto sudah hampir habis tinggal kuahnya, tiba-tiba kamu berjalan melewati kami yang sedang duduk santai menyantap soto. Kania yang sedang berdiri membelakangimu berbisik padaku dengan suara yang cukup keras.

“Emi! Emi! Ada Araz!” bisiknya dengan suara keras tepat ketika kamu melintas di belakangnya.

Lalu kamu menoleh pada Kania dan padaku dengan tatapan bingung.

Aku menahan amarahku sejenak sampai kamu lewat.

          “OON! DIA ADA DI BELAKANG LO! IH!”Aku resah dan salting sendiri sampai-sampai mangkuk soto yang ada di depanku ketendang dan tumpah.

          “Yah, Emi. Tumpah kan.”

          “AAH! Elap! Rok gue kena!” ujarku masih keadaan salting.

Tiba-tiba kamu kembali melintas di depan kami dan melihat kuah soto berceceran di lantai dan di rokku. Lalu kamu berjalan sambil tersenyum menahan tawa.

          “WOYY! GUE MALU!!”

Semua yang ada di situ malah ikut tertawa.

          Waktu sedang pelajaran tata busana juga. Kami sedang praktik membuat sesuatu dari kain flanel. Sebenarnya sudah masuk waktu bahasa Inggris, sudah lumayan lama sekitar 10 menitan. Guru bahasa Inggrisnya juga sudah masuk kelas dan mulai menulis materi. Tiba-tiba, kamu masuk kelas menghampiri guru bahasa Inggris. Anak kelasan seketika pada sakit, sok-sokan batuk dan mendeham.

          “Ehm.”

          “Ehm, Raz.”

          “Ehm.”

Duh. Aku harus mencari kesibukan!

          “Na, tadi jarum mana, Na?” Aku melihat-lihat tempat pensilku dan kolong meja.

          “Jarum? Jarum buat apa?”

          “Ih, kita kan mau jait!”

Lalu kamu keluar kelas.

          “Ini kan udah masuk bahasa Inggris, Mi.”

Perasaanku lega.

          “Hehe, iya, tau. Abis tadi tiba-tiba Araz masuk, makanya aku cari kesibukan sendiri.”

          “Oalah, kamu salting?” tanyanya dengan suara agak keras.

Tika yang di belakangku mendengar perkataan Isna.

          “Oh, barusan Emi—“

          “SHTTT! Berisik!” tegurku kesal karena mulutnya yang terlalu comel.

Huh, itu kejadian yang lucu karena setelah itu aku membuat gambar tentang betapa bodohnya aku yang mencari jarum saat pelajaran bahasa Inggris. Sampai sekarang aku masih menyimpan potongan gambarnya yang selalu membuat gelak tawa di kala aku melihatnya.

          Setiap istirahat kedua juga semua harus di lantai 1. Sholat berjamaah, ada shift 1 dan shift 2. Biasanya shift 1 adalah cowok-cowok dan beberapa cewek, sedangkan shift 2 itu cewek semua. Kalau kami sedang rajin, kami ikut golongan pertama, tetapi kalau mager, biasanya golongan kedua. Nah, aku selalu meminta untuk golongan pertama agar bisa melihatmu. Tak jarang juga aku tidak melihatmu, entah mungkin aku yang terlalu di belakang atau kamu yang terlalu di depan. Selesai sholat, kami memakai sepatu di lorong-lorong masjid sebelum kantin. Ketika aku sedang memakai sepatu, tiba-tiba kamu lewat bersama teman-temanmu dan membuatku salah fokus. Lalu ketika aku berdiri dan berjalan menuju kantin, kakiku terasa tidak enak. Ketika aku lihat, ternyata aku terbalik memakai sepatu! HAHA. Sepatu kanan aku pakai di kiri, begitu juga sebaliknya. Araz, aku benar-benar tidak mengerti mengapa aku sebodoh ini padahal kamu hanya lewat di depanku. Bahkan kamu juga tidak menyadari ada aku di sana. Lagi-lagi aku ditertawakan oleh teman-temanku.

          Ketika itu juga, ini sih sebenarnya saat kelas 9, tetapi topiknya sedang salting, jadi aku taruh di sini saja. Ketika pagi-pagi datang ke sekolah, aku naik tangga ke lantai 2 karena semua kelas 9 ada di lantai 2. Nah, di setiap pertengahan tangga itu selalu ada kaca. Tiba-tiba aku melihat pantulanmu di belakangku. Sontak aku langsung menoleh ke belakang, ternyata benar kamu di belakangku. Saking salting-nya, tiba-tiba aku malah naik ke lantai 3! HAHA. Pantas saja, kenapa lantainya tinggi banget sampe keliatan bendera merah putih. Aku segera turun buru-buru dan masuk ke kelas sambil tertawa sendiri. Di pikiranmu aku ngapain ya? “Ngapain coba dia ke lantai 3?” WKWK. Hih, memalukan.

          Kejadian saat kelas 9 juga. Kelas Araz ada di sudut kanan, sebelahnya adalah kelas Aca. Aku berjalan seorang diri melewati kelas Aca, ternyata dia sedang berdiri di depan kelasnya. Akupun menunduk sambil berjalan terus. Seingatku, jalannya berbelok, tidak lurus. Firasatku mulai tak enak. Lalu ketika aku mengangkat kepala dan melihat ke depan, TERNYATA AKU SUDAH DI KORIDOR KELASMU! Tak ada jalan lagi selain menuju kelasmu. Lalu aku melihatmu sedang di balkon bersama teman-teman kelasmu yang sedang menatap ke arahku. EMIRA BODOH! Terus aku harus apa? Pura-pura masuk kelasnya? Memanggil siapa? Atau aku langsung berbalik dan mengakui jika aku salah jalan? WOY, why are you so dumb, Mi! Ah gila sih. Akhirnya aku pura-pura masuk kelasmu dan bertanya di mana Lita, kebetulan Lita sekelas denganmu ketika kelas 9. Lita pun menghampiriku.

          “Eh, tumben banget anjir lo ke kelas gue. Ada apa?”

Ia bingung karena aku tak pernah ke kelasmu, apalagi sendirian. Aku tak ingin dibilang cari perhatian karena bolak-balik ke kelasmu.

          “Sebenernya tadi gue menghindar dari Aca, tapi malah keterusan. Ada Araz lagi di depan. Terus gue malu. Ya udah sok-sokan nyari lo aja.” ujarku malu.

          “HAHAHAHHA! BEGO!” Ia malah menertawakanku dengan sangat keras.

          “Lit, please banget anterin ke depan. Please. Jangan biarin gue mati berdiri gara-gara malu.” Wajahku memelas.

          “HAHA! Iya-iya. Kasian banget temen gue.”

Akhirnya ia mau mengantarkanku sampai depan kelas 96, HAHA. Sungguh memalukan diriku ini. Jika tak ada Lita, entah aku harus beralasan apa lagi.

          Yang satu ini bukan soal salting sih, tetapi mungkin asik jika dibicarakan. Setiap Hari Jumat 2 minggu sekali, kelas 9 turun ke masjid sekolah untuk yasinan. Di masjid, kami tidak hanya yasinan, tetapi juga berdoa, membaca asmaul husna, dan mendengarkan ceramah panjang dari kepala sekolah. Karena kelasku 99, aku mendapat barisan di paling pojok dekat tembok, jadi bisa bersandar. Terkadang, kamu juga tertarik untuk menjadi anak 99 agar bisa bersandar di tembok, haha. Ketika pembacaan asmaul husna, terdapat namamu yang ada di sana. Jadi, setiap pembacaan asmaul husna pada bagian namamu, semua teman-temanku menoleh ke arahku, HAHA. Sampai sekarang, aku masih merasakan seperti itu, padahal sudah tidak ada teman-temanku yang menoleh padaku lagi ketika namamu disebut dalam asmaul husna.

          Masih sangat banyak kejadian salting yang berujung memalukan. Mungkin kamu sudah tau lengkapnya di dalam scrapbook karena aku sendiri lupa scan bagian itu dan aku tidak punya datanya aku pernah menulis apa saja di sana, huhu. Pernah juga sama tukang bilung. Aku buru-buru meminta kembalian karena sudah dijemput. Tiba-tiba kamu keluar dari gerbang dan berjalan ke arah samping gerbang. Mataku tak bisa bergerak darimu sampai-sampai aku dimarahin abang-abangnya karena tadi minta buru-buru, tetapi sekarang malah didiamkan begitu saja.

          “Yah! Dek! Jatoh kan!”

Ternyata uang yang mau aku ambil jatuh ke wajan abangnya.

          “Yah, abang, maaf! Yah gimana dong, Bang!” Aku ikut panik dan tidak enak dengan abangnya.

          “Ya udah nih ambil yang baru.” Ia memberikanku seribuan dan mengambil dua koin lima ratusan yang jatuh ke dalam wajan.

Haduh, kesaltinganku membuat orang lain jadi susah, maaf ya, Bang. Araz harus tanggung jawab.

          Belum lagi, setiap kamu lewat di depanku, aku harus memegang ponsel. Pura-pura tidak lihat dan sibuk sendiri dengan ponsel. Padahal aku hanya membolak-balik menu sampai kamu lewat. Setelah kamu lewat, baru aku melihatmu sambil tersenyum. Tak jarang, teman-temanku iseng. Mengambil ponselku dan tidak memberikanya, atau lebih parah meneriakkan “Jaim woo, jaim” HAHA. Dasar teman-teman laknat. Ada satu kejadian yang tak mungkin kulupakan. Aku sedang duduk bersandar di tembok koridor 97. Ketika kamu lewat bersama teman-temanmu, aku bermain ponsel seperti biasa. Setelah kamu lewat, aku tersenyum dari balik tembok untuk melihatmu yang sudah jauh. Namun, aku salah. Ketika aku  menampakkan diri dari balik tembok sambil tersenyum ke arahmu, ternyata kamu balik badan dan melihat tingkah konyolku dengan wajah layaknya kepiting rebus tersenyum menatapmu dan membongkar semua kebiasaanku yang selalu seperti ini. Semenjak kejadian itu, aku tak pernah melihatmu lagi walaupun kamu sudah lewat jauh karena aku trauma atas kejadian ini, HAHA.

Move on dari salting, sekarang saatnya class meeting kelas 8. Aku selalu menunggu momen ini, momen yang hanya aku rasakan 2x dalam 3 tahun karena kelas 9 tidak ada lagi class meeting untuk angkatanku, paling hanya sebagai pelengkap. Lagi-lagi, kamu bermain futsal. Ini yang paling aku nanti-nantikan. Sekarang bajumu sudah berubah. Berwarna hitam dan bernomor punggung 16. Lambang dari eskul futsal sekolah kita. Pastinya tak lupa juga aku merekam aksimu bermain futsal. Entahlah, jika aku jadi Devi, pasti aku sangat bersyukur memiliki pacar sepertimu. Kalau aku jadi kamu, aku lebih bersyukur mempunyai pacar seperti Devi. Kalian berdua cocok, jangan putus ya!

Padahal aku hanya menonton dari lantai 3, tetapi deg-deganya sangat terasa di bawah. Langkahmu menggiring bola, keseriusanmu melihat bola, perintah teman-temanmu untuk menjaga bola, semua aku perhatikan. Sampai-sampai, aku merekam hanya sebentar, aku tak ingin merusak momen indahku untuk memperhatikanmu yang mungkin takkan pernah terjadi lagi. Jika saja bisa terulang, aku akan membawa kamera lalu duduk di lapangan dan merekammu dari awal sampai habis karena jika sudah seperti ini, aku mau lihat dari mana lagi? Hanya potongan-potongan video lah yang aku lihat untuk mengenangmu, namun aku menyia-nyiakannya. Aku egois karena saat itu aku hanya menikmatimu secara langsung. Aku tidak berpikir bagaimana diriku di masa depan akan melihat kenang-kenangan tentangmu. Itu karena aku pikir ketika sudah lulus, pasti aku sudah move on. Kenyataannya? Lulus apa? Lulus SMP? Lulus SMA? Atau lulus kuliah? Haha.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 1
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
Altitude : 2.958 AMSL
667      450     0     
Short Story
Seseorang pernah berkata padanya bahwa ketinggian adalah tempat terbaik untuk jatuh cinta. Namun, berhati-hatilah. Ketinggian juga suka bercanda.
Just a Cosmological Things
776      432     2     
Romance
Tentang mereka yang bersahabat, tentang dia yang jatuh hati pada sahabatnya sendiri, dan tentang dia yang patah hati karena sahabatnya. "Karena jatuh cinta tidak hanya butuh aku dan kamu. Semesta harus ikut mendukung"- Caramello tyra. "But, it just a cosmological things" - Reno Dhimas White.
Jikan no Masuku: Hogosha
3282      1202     2     
Mystery
Jikan no Masuku: Hogosha (The Mask of Time: The Guardian) Pada awalnya Yuua hanya berniat kalau dirinya datang ke sebuah sekolah asrama untuk menyembuhkan diri atas penawaran sepupunya, Shin. Dia tidak tahu alasan lain si sepupu walau dirinya sedikit curiga di awal. Meski begitu ia ingin menunjukkan pada Shin, bahwa dirinya bisa lebih berani untuk bersosialisasi dan bertemu banyak orang kede...
TENTANG WAKTU
1804      747     6     
Romance
Elrama adalah bintang paling terang di jagat raya, yang selalu memancarkan sinarnya yang gemilang tanpa perlu susah payah berusaha. Elrama tidak pernah tahu betapa sulitnya bagi Rima untuk mengeluarkan cahayanya sendiri, untuk menjadi bintang yang sepadan dengan Elrama hingga bisa berpendar bersama-sama.
Alex : He's Mine
2014      704     6     
Romance
Kisah pemuda tampan, cerdas, goodboy, disiplin bertemu dengan adik kelas, tepatnya siswi baru yang pecicilan, manja, pemaksa, cerdas, dan cantik.
Premium
Secret Love Story (Complete)
11121      1547     2     
Romance
Setiap gadis berharap kisah cinta yang romantis Dimana seorang pangeran tampan datang dalam hidupnya Dan membuatnya jatuh cinta seketika Berharap bahwa dirinya akan menjadi seperti cinderella Yang akan hidup bahagia bersama dengan pangerannya Itu kisah cinta yang terlalu sempurna Pernah aku menginginkannya Namun sesuatu yang seperti itu jauh dari jangkauanku Bukan karena t...
Chester Bennington: From Zero to Hero
531      354     0     
Short Story
Aku Chester Charles Bennington. Aku adalah pentolan grup band metal yang terkenal seantero dunia, Linkin Park dan juga penulis lagu. Ternyata perjuanganku hingga sukses tak seindah karierku saat ini. Banyak hal pahit yang kualami. Tak tanggung-tanggung aku pernah terjun ke barang haram! Penasaran dengan ceritaku? Baca saja kisahku!
Hatimu jinak-jinak merpati
526      345     0     
Short Story
Cerita ini mengisahkan tentang catatan seorang gadis yang terlalu berharap pada seorang pemuda yang selalu memberi kejutan padanya. Saat si gadis berharap lebih ternyata ...
the invisible prince
1510      807     7     
Short Story
menjadi manusia memang hal yang paling didambakan bagi setiap makhluk . Itupun yang aku rasakan, sama seperti manusia serigala yang dapat berevolusi menjadi warewolf, vampir yang tiba-tiba bisa hidup dengan manusia, dan baru-baru ini masih hangat dibicarakan adalah manusia harimau .Lalu apa lagi ? adakah makhluk lain selain mereka ? Lantas aku ini disebut apa ?
Salju yang Memeluk Awan [PUBLISHING IN PROCESS]
12197      1916     4     
Romance
Cinta pertamaku bertepuk sebelah tangan. Di saat aku hampir menyerah, laki-laki itu datang ke dalam kehidupanku. Laki-laki itu memberikan warna di hari-hariku yang monokromatik. Warna merah, kuning, hijau, dan bahkan hitam. Ya, hitam. Karena ternyata laki-laki itu menyimpan rahasia yang kelam. Sebegitu kelamnya hingga merubah nasib banyak orang.