Dia selalu duduk disana, di tempat yang sama, waktu yang sama, ekspresi menunggu yang sama. terkadang dia akan duduk sambil memejamkan mata dengan posisi duduk tegapnya. kadang dia hanya meniup poni layaknya anak kecil yang membunuh waktu demi mainan kesayangannya.
"Apa yang kau lakukan disini ?" Wanita muda dengan seragam minimarket dan lingkaran hitam dibawah mata menegur pria muda yang langsung menoleh penuh rasa gembira saat mendengar suara rendah sang wanita.
"Aku menunggumu." Jawab Kang In yang matanya langsung berbinar seolah tengah melihat majikannya.
"Kau hanya menunggu makananmu." Dengus Zii dengan suara pelan namun terdengar jelas ditelinga Kang In yang tajam.
"Hari ini akan hujan. Kau membawa payung kan ?" Tutur Kang In yang tiba-tiba menolehkan pandangan ke langit saat merasakan hembusan angin tipis membelai wajah tampannya.
"Kalau begitu aku akan segera pulang agar tidak kehujanan." Sahut Zii datar mulai melangkahkan kaki dengan terburu-buru meninggalkan Kang In yang segera menyusul langkah Zii dengan kaki panjangnya.
"Kenapa kau masih mengikutiku ?" Tanya Zii yang lebih terdengar seperti gerutuan. Ia mempercepat langkah sampai merasa napasnya sedikit sesak supaya dapat melarikan diri dari Kang In namun usahanya terus gagal.
"Bukankah sudah ku katakan aku sedang menunggumu ? Tentu saja aku akan menemanimu pulang. Ah~ hari ini kau akan mendapatkan paket cantik dari seseorang. Apapun yang terjadi kau harus menerimanya." Kang In menjawab dengan wajah ceria. Senyum lebar yang menunjukan runcing gigi taringnya pun menambah kesan tampan dan berkarisma berkali lipat yang dapat meruntuhkan hati gadis manapun. Tak terkecuali Zii meski sikapnya sama sekali tak menunjukan hal demikian.
"Apapun yang terjadi katamu ? Dari pada paket yang kau katakan aku lebih penasaran pada apapun yang terjadi mu itu." Sambil mengatakan hal demikian, Zii menghentikan langkahnya dibawah halte bus dan duduk di kursi tunggu dengan sedikit kesal.
"Zii, kenapa kau tak melepas seragam kerjamu hari ini ?" Kang In yang menyadari hal itu bertanya dengan santai seolah tak melakukan sebuah dosa sedikitpun. Ditanya demikian Zii hanya melirik pakaiannya lalu mendengus kesal sambil mulai melepaskan kancing baju dengan terburu-buru.
"Sial ! Aku lupa mrngganti pakaianku karena tua bangka itu terus memperhatikanku."
"Kau mau membukanya disini ?!" Kang In menaikan suaranya, sementara Zii masih mengabaikan pria disampingnya sambil bergegas mengganti pakaiannya dengan yang ada di dalam tas mengingat kondisi sekeliling mereka yang sepi.
"Waaahh~ kau yakin kalau kau ini perempuan ? Bagaimana bisa kau melepaskan pakaianmu di depan seorang pria ?" Tutur Kang In menggelengkan kepala beberapa kali sambil berdecak.
"Setidaknya kau bukan seorang manusia. Kau sendiri yang mengatakan jika tak ada yang menarik dariku selain darahku bukan ?" Zii menjawab dengan nada suara sarkatis. Ia menoleh Kang In sebentar lalu kembali diam menatap jalanan yang benar mulai basah karena rintik hujan.
"Ah sial benar-benar hujan !" Gerutu Zii saat tak mendengar jawaban dari Kang In dan merasa ditatap cukup lekat oleh pria disampingnya.
Kang In memang bukan seorang manusia. Ia adalah vampir tak murni yang terlahir dari seorang vampir setengah manusia yang menikah dengan seorang vampir murni tampan dan mempesona beratus-ratus tahun lalu. Banyak hal yang terjadi sehingga membuat populasi vampir diseluruh dunia hampir terancam punah. Tidak seperti manusia yang bisa sering melahirkan keturunan dalam tenggat beberapa tahun. Vampir sangat sulit mendapatkan seorang keturunan. Kedua orangtua Kang In pun harus menunggu 250 tahun sebelum bisa memilki Kang In. Ditambah rasa takut manusia pada kaum vampir membuat kaum vampir semakin berkurang setelah aksi keji manusia yang membunuh mereka.
"Hei ! Apa kau mau permen ?" Zii bertanya dengan nada tak enak sambil menyodorkan beberapa permen dengan berbagai rasa.
"Karena kau memaksa aku akan memakannya." Kang In yang terlihat begitu senang namun mencoba menahan diri langsung mengambil semua permen yang ditawarkan Zii padanya. Tanpa rasa malu ia memakan satu permen rasa susu dan memasukan sisanya ke dalam saku jaket yang ia kenakan.
"Hei Zii... bukankah disini sepi ? Tak bisakah aku mendapatkan makanan ku untuk minggu ini ? Tubuh ku sudah mulai sakit semua." Kang In yang awalnya hanya melirik kecil Zii dengan tak berani kini menggungkapkan isi hatinya setelah tak dapat menahan diri lagi saat melihat leher putih Zii yang menyeruakan aroma manis darah ke hidung Kang In hingga membuatnya pusing.
"Bukankah kau tadi bilang hanya ingin menungguku ?" Ejek Zii membuat wajah Kang In memerah. Cukup aneh untuk makhluk yang dikatakan tak memiliki darah bukan ?
"Anu..." Kang In menggaruk canggung pipinya dengan telunjuk dilanjut tawa canggung keluar dari bibir manisnya. Bibir yang merah bak delima matang siap untuk dipetik.
Zii melirik kanan kiri. Menyadari hujan lebat yang menguyur saat ini tentu saja tidak akan ada orang yang lewat. Ia melirik Kang In sekali lagi. Mendengus lemah saat melihat ekspresi memelas Kang In yang tersiksa karena rasa lapar yang tak bisa digantikan hanya dengan sebuah permen susu.
"Kau boleh makan. Tapi hanya lewat ini." Zii berucap dengan sedikit malu sambil mendekatkan tangannya yang merinding akibat cuaca dingin kearah Kang In seolah tengah menyodorkan makanan mahal.
"Leher ! Kau tau bukan jika darah yang keluar tak akan sederas dileher ? Lagipula darah ditanganmu kurang enak karena kau banyak bergerak ! Aku ingin darah yang masih hangat dan segar... Ku mohon !" Kang In menjauhkan tangan Zii dari wajahnya. Bertingkah layaknya anak kecil sambil menunjuk-nunjuk leher Zii.
Melihat tingkah dan ucapan Kang In yang tak memperdulikan perasaan Zii membuat gadis ini langsung menjitak kepala Kang In sekuat tenaga.
"Aku sudah berkali-kali menjelaskan padamu jika seseorang melihat mereka akan berfikir buruk tentang apa yang kita lakukan ! Aku juga merasa aneh tiap kali kau menghisapnya dari leherku tahu !!!" Ucap Zii penuh amarah menahan suaranya agar tak berteriak.
"Tapi kau tak pernah mengeluh tiap kali aku makan dari lehermu saat kau masih kecil ! Kenapa kau jadi seperti ini sejak kau mulai masuk SMA hah ?! Menyebalkan ! Aku hanya ingin makanan ku !" Kang In yang merasa diperlakukan tidak adil langsung berteriak mengungkapkan perasaannya tanpa peduli wajah Zii yang kembali memerah.
"Dasar bodoh ! Tahu apa kau tentang manusia terlebih seorang gadis hah !" Bentak Zii kesal langsung membuat mata Kang In membola, ia menundukan kepala sambil terkekeh getir.
"Kau benar. Aku sama sekali tak tahu apa-apa mengenai kalian. Maafkan aku."
"B-bukan begitu maksud ku. Hah ! Menyebalkan ! Baiklah kau boleh menghisap darahku dari lengan ku. Bukankah darahnya sedikit lebih banyak dibandingkan tanganku ?" Zii yang pada akhirnya kalah hanya dapat menggulung lengan bajunya sedikit tinggi agar Kang In bisa lebih mudah menghisap darahnya.
Zii menatap Kang In yang mulai menusukan taring ke lengannya. Ada sensasi geli namun juga perih tiap kali Kang In menyedot darah miliknya. Hal ini membuatnya mengingat saat pertama kali mereka bertemu.
Dulu saat Zii masih berada dikelas 5 sekolah dasar, Zii melihat Kang In pingsan di pemakaman umum tempat ayah Zii dimakamkan. Karena terpana akan ketampanan Kang In, gadis ini membiarkan Kang In untuk meminum sedikit darahnya. Sejak itu, mereka sering bertemu dimakam tersebut secara diam-diam. Zii baru mempercayai ucapan Kang In yang menyatakan jika dirinya seorang vampir saat mulai masuk SMA. Karena meski waktu berlalu, Kang In tetap berwajah seperti Kang In saat pertama kali bertemu dengannya.
Banyak hal yang Kang In ceritakan tentang spesiesnya. Tentang mereka yang hampir sama seperti manusia namun hanya berbeda jenis makanan serta tenggat umurnya, tentang mereka yang terkadang juga diberikan anugerah untuk bakat tertentu. Melihat masa depan, membaca fikiran, atau melihat kesialan milik orang lain dan membaca cuaca seperti dirinya.
Untuk kasus khusus, Kang In yang sudah hidup hampir 1000 tahun memiliki dua anugerah yaitu cuaca dan tentu saja melihat nasib buruk seseorang. Itulah kenapa, tiap kali Kang In mengatakan sesuatu yang berhubungan dengan ku. Aku lebih penasaran apa yang terjadi dibanding apa yang ada diakhir. Karena pria ini tak pernah sekalipun mencoba menghentikan kesialan orang lain tersebut.
"Hentikan ! Busnya sudah datang !" Ujar Zii memukul kepala Kang In untuk segera melepaskan gigigtannya.
"Ah~ bagaimana kalau kita pulang naik taksi saja. Aku merasa tak ingin naik bus hari ini." Ujar Kang In menghela napas setelah melepaskan lengan Zii dan menoleh kearah bus yang baru saja berhenti dihadapan keduanya.
"Bicara apa kau ini saat uang saja tak punya. Cepat naik !" Tutur Zii menarik lengan baju Kang In cepat masuk ke dalam bus.
"Kang In. Coba katakan padaku, apa kau menyesal terlahir sebagai yaa kau tahu..." bisik Zii yang tiba-tiba merasa sedikit penasaran.
"Tidak. Jujur saja selain sulit untuk bersembunyi dan mencari makanan. Aku merasa bersyukur menjadi seperti diriku sekarang. Kau tahu, maksudku butuh waktu ribuan tahun sebelum wajah tampanku berubah menjadi om-om. Aku juga menyukai ketajaman semua indera yang ku miliki. Aku hanya sedikit sedih karena akan sulit bagiku memiliki banyak anak. Karena jujur saja aku memiliki cita-cita untuk memiliki 20 anak." Jelas Kang In panjang lebar tersenyum lebar mengelus dagu tanpa bulunya.
"Tapi jika menjadi manusia. Kau bisa mencicipi banyak jenis makanan enak. Seperti nasi padang atau nasi goreng kimchi." Cerocos Zii yang entah mengapa lebih terlihat banyak bicara hari ini.
"Kalau begitu. Aku tak mungkin bisa bertemu denganmu seperti hari ini. Membayangkannya saja membuatku merasa sedikit kesepian." Sahut Kang In yang berpura-pura sedih namun pada akhirnya tertawa juga.
"Menyebalkan ! Ah kalau begitu beritahu aku. Kenapa aku tak berubah menjadi vampir meski kau sudah sering sekali menggigitku ?"
"Kau fikir segampang itu ? Memang benar beberapa manusia bisa berubah menjadi vampir seperti kasus ibuku. Tapi ada tahap panjang yang harus dilalui dan tahap itu terasa begitu menyakitkan. Aku harus melepaskan racunku pada tubuhmu untuk dasarnya."
"Ah~ kau tahu kupu-kupu kan ? Kira-kira seperti itulah proses panjang yang harus kau lalui untuk menjadi monster seperti kami." Sambung Kang In menjelaskan betapa rumitnya hidup makhluk seperti dirinya.
"Jangan katakan jika dirimu itu monster. Kau tahu, tak ada monster yang secantik kupu-kupu." Tutur Zii yang mulai mengantuk karena terlalu lelah.
"Istirahatlah." Bisik Kang In lembut ditelingan Zii. Membuat gadis ini mempercayakan dirinya pada Kang In dengan perasaan aman.
"Yaaa... kenapa laju bus ini jadi tak karuan ?" Ucap salah satu orang yang juga naik bus yang sama dengan mereka berdua.
"So-sopirnya !!!! Bangun !!! Hei ! Kenapa kau tidur sambil mengemudi ! Hentikan mobilnya ! Siapapun ! Tolong lakukan sesuatu !!!" Orang-orang yang ada di dalam bus mulai panik dan berteriak-teriak kencang sementara hanya Zii yang masih tetap terjaga dalam tidur dan Kang In yang hanya membuang napas berat.
"Tidaaakkk !!!!" Semua berteriak kencang saat dari depan sebuah tronton bermuatan berat hampir menabrak bus. Seseorang yang paling dekat dengan posisi sopir segera mendekat dan memutar habis setir mobil namun sudah terlambat. Tabrakan yang membuat bus mereka terguling beberapa kalipun tak dapat dihindari.
****
Zii membuka matanya dengan perlahan. Ia hampir tak dapat melihat apa-apa. Hidungnya mencium aroma anyir, bau bensin dan bau bau lain seperti plastik terbakar. Ia menyentuh dahinya yang begitu sakit.ada darah dari luka yang terbuka disana. Dadanya terasa begitu nyeri. Ia melirik dan meraba pelan disana sambil terus terbatuk karena asap tebal disekelilingnya. Sebuah kaca berukuran cukup besar menancap di dadanya. Mengoyak hampir ke organ bagian dalam tubuhnya. Jika terus begini ia akan mati karena kehabisan darah.
"Ah... menyebalkan !" Ucapnya kesulitan dan hanya bisa mengeluarkan suara berbisik.
"Zii..." Kang In yang terlihat baik-baik saja berjongkok disamping tubuh lemah Zii. Gadis ini hanya tersenyum kecil terlihat begitu kesal namun juga merasa lega.
"Apa aku sudah mendapatkan hadiahku sekarang ? Aku benar-benar tidak merasa senang." Tanya Zii perlahan masih sambil terbatuk hingga mengeluarkan darah dari mulutnya. Sementara air matanya mengucur deras menahan perih yang dia rasakan.
"Tidak. Masih belum." Tutur Kang In tersenyum pilu melihat Zii yang untuk pertama kalinya terlihat begitu kesakitan. Perlahan Kang In mendekatkan wajahnya pada Zii. Mencium bibir Zii lembut sambil menarik cepat pecahan kaca yang ada di dadanya.
"Aaaaggghhhh !!!" Jerit Zii merasakan sakit seolah nyawanya sedang dicabut oleh seorang grim reaper.
"Aku tahu kau sangat membenciku. Tapi aku mohon maafkan aku. Ini satu-satunya cara untuk menyelamatkanmu. Ku harap kau akan bertahan." Lembut Kang In mengelus rambut basah oleh darah Zii. Lalu dengan perlahan ia menggigit leher dan urat nadi Zii kali ini bukan untuk meminum darah melainkan menyebarkan racun yang selama ini hampir tak pernah ia sebarkan ke manusia mana pun.
"Aaaggghhh !!!" Untuk kesekian kalinya Zii mngerang kesakitan merasakan rasa terbakar yang menjalar keseluruh tubuhnya.
"Aku selalu ingin menjadikanmu abadi bersama ku. Lama sebelum kau berubah menjadi wanita cantik seperti sekarang. Tapi aku tak bisa melakukannya karena rasa sakit yang akan kau rasakan ini. Tapi aku tak bisa menghindar lagi sekarang. Aku tadi menjelaskan seberapa panjang waktu yang dibutuhkan untuk menjadi seorang vampir kan ? Setidaknya kau harus tertidur selama seratus tahun dengan asupan darah yang harus terus mengisi dirimu. Selama itu aku akan terus bersamamu. Jadi kali ini, kau benar-benar bisa beristirahat dengan aman. Aku akan menunggumu terbangun. Aku tahu kau akan bangun. Saranghae."
The end
Cute monster maksudnya rapmonster BTS? hehe. im army btw