Read More >>"> High Quality Jomblo (BAGIAN DELAPAN : Cuma Ngajak Makan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - High Quality Jomblo
MENU 0
About Us  

I love you more than I love rain.
And I love rain so much.

-Vallenia Ayunda-

-----

SAAT itu adalah hari senin. Seragam kedinasan khas guru sudah dikenakan oleh Laut. Juga sebuah novel yang kini ada dalam genggamannya. Lelaki itu seharusnya sudah siap untuk berangkat ke sekolah, memberikan novel itu untuk yang pernah dia janjikan lalu semuanya selesai. Setelah Laut tahu, bahwa Ayunda adalah adik Dante.

Tapi justru perihal itu yang menjadi masalah untuk Laut. Seolah Laut ingin menahan novel ini di rumah, mengatakan pada Ayunda bahwa novelnya belum datang karena kendala. Namun, air wajah kecewa Ayunda pasti akan membuat hatinya teriris-iris. Untuk kedua kalinya, Laut takut mengecewakan gadis, apakah dia jatuh cinta?

Jadi, keputusan Laut sekarang adalah meletakkan novel itu ke dalam tasnya. Sambil menyisir rambutnya ke atas dengan jemari, Laut lantas tersenyum, “Udah ganteng baru ngajar. Biar muridnya terpesona." Lalu terkekeh, “Nggak perlu semua, bikin pusing. Cukup Ayunda."

Sebenarnya Laut tidak tahu sejak kapan tahu nama gadis itu. Tapi mungkin ingatan Laut yang cukup tajam itu mampu mengingat nama Ayunda saat di toko bunga. 

"Laut, sarapan yuk."

Laut tidak menoleh saat mendengar suara wanita setengah baya itu. Namun tubuhnya bereaksi, menjadi kaku. Tanpa sadar dua tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih.

"Laut nggak lapar."

"Sarapan itu penting, Laut."

Laut terkekeh sinis. Ia geli dengan kalimat yang baru saja meluncur dari bibir wanita itu, “Sejak kapan Mama peduli sama Laut?"

Setelah menggendong tasnya, ia memilih keluar dari rumah. Masuk ke dalam mobilnya, lantas segera membelah jalanan ibu kota yang tetap macat. Di dalam sana Laut memukul stir mobilnya, ia marah, namun bibirnya terkunci. Ia ingin menangis, tapi air matanya kering.

Laut membuang pandangan ke arah jendela. Tak ada apa pun di sana yang menarik perhatian. Hanya ada kendaraan yang mengantri untuk segera sampai pada tujuan, serta penat yang tak pernah tersampaikan.

***

GADIS itu menjatuhkan kepalanya di atas kedua tangan yang dia lipat. Matanya menatap lurus tepat ke arah papan tulis dengan malas. Dia melihat Bu Evy, guru matematika kelas sebelasnya sekarang dengan tatapan nSatyasa.

Kenapa bukan Pak Laut sih?

Sesaat Ayunda teringat akan satu hal. Memang Laut hanya mengajar jurusan Teknik serta pariwisata saja. Begitu kata Senior paskibra dulu yang Ayunda ingat. Jadi, kemungkinan diajar oleh Pak Laut jelas 0,001%. 

Kalau Pak Laut jodoh Ayunda, boleh ya, kelas 12 diajar Pak Laut.

"Ya sudah, begitu dulu ya anak-anak. Kalian istirahat dulu, kalian laper kan pasti?" Bu Evy kembali bersuara. Tapi perkataan kali ini membuat kelas menggema. Suara penuh kelegaan terdengar dari murid-murid 11 Akuntansi 3 yang sudah mulai kelaparan.

"Jelas dong Bu, laperrr nggak ketulungan." Jawab Dilla antusias, tapi tertawa setelahnya karena semua anak 11 Akuntansi 1 menertawakannya. Bahkan ada yang melempar kertas ke arah gadis itu.

"Perut karet! Malu-maluin deh, punya temen kayak Dilla!"

"Buang aja dari Akuntansi 1!"

Bu Evy tersenyum tulus, tapi ada kilat kecil di matanya, “Saya juga laper soalnya."

Satu kelas tertawa lagi. Dan Dilla menunjukkan wajah penuh kemenangan. Nggak cuma dia sendiri yang punya perut karet, Bu Evy dengan jelas dan terang-terangan bilang lapar.

"Selamat siang anak-anak." Salam Bu Evy sebelum pada akhirnya meninggalkan kelas dan pergi.

"Selamat siang, Bu.."

Istirahat kali itu, Ayunda sudah ditunggu oleh Zara dan Wulan di depan kelas 11 Akuntansi 4, yaitu kelas milik Vela. Keduanya sama-sama sibuk memainkan ponselnya. Sampai mereka tak sadar, Ayunda sudah di sana.

"Vela belum keluar?"

Pertanyaan itu keluar dari mulut Ayunda. Wulan melirik sekilas ke arah gadis itu, “Lo nggak lihat siapa gurunya?"

"Siapa?"

"Gebetan lo. Biasa kalau dia yang ngajar." 

Detik itu, jantung Ayunda berdebar dengan cepat, bahkan gadis itu salah tingkah hanya dengan mendengar nama Laut. Perlahan, mata itu melirik ke dalam. Benar, Laut yang ada di dalam sana. Menyebalkan bukan, kenapa tidak mengajar di kelas Ayunda saja? "Kok kelas Vela sama Pak Laut sih?"

Wulan mengembuskan napas lega, seperti baru saja melepaskan beban, "Untung kita sama Bu Evy. Lucu, baik, nggak tegang. Lihat deh tu Vela yang biasanya udah pucet, tambah tegang kan? Eh gue foto Vela dulu deh. Awas minggir!"

Wulan mendorong Ayunda hingga keseimbangan tubuh gadis itu hampir hilang. Ayunda berdecak melihat aksi Wulan yang mulai menyebalkan itu. Sementara Zara, dia menggelengkan kepala melihat kelakuan dua sahabatnya itu. 

Ayunda melihat lagi kelas milik Vela. Matanya jatuh dan menatap pria berkacamata itu. Pada saat itu juga, Laut menoleh ke arah Ayunda hingga kopinya bertemu dengan iris coklat gadis itu. 

Refleks, Ayunda menunduk. Dia menggerak-gerakkan bibirnya agar tidak membentuk sebuah senyuman. Sekaligus menyembunyikan rona merah yang bermunculan di pipi itu. Berdebar lagi.

"Kok temen kamu sudah keluar?" Terdengar suara Laut berguman di dalam kelas itu, “Emang sudah bel?"

"Sudah dari tadi, Pak." anak Akuntansi 4 menjawab serempak. Gitu ya, kalau guru salah dan disalahin, berani membela dirinya pasti keroyokan. Apalagi, kalau gurunya seganteng Pak Laut. Ralat! Segalak Pak Laut.

"Kok nggak bilang kalian."

"Pak Laut keasikan ngajar sih." 

Ayunda menoleh. Dia melihat Wulan, gadis itu terkikik sendiri sambil melihat ponselnya, menekan-nekan layar ponsel itu dengan penuh semangat "Muka lo Vel jelek banget nggak ada bagus-bagusnya."

***

"GAYA lo makan pakai sumpit segala, biasanya juga pakai tangan." 

Ayunda menoleh ke arah Wulan, “Lo ngomong sama gue?"

"Bukan. Sama setan"

Jadi inget Pak Laut malem itu kan

Ayunda tersenyum kecil, membuat Vela dan Zara bergidik ngeri. Habis ngomongin setan, masa pipi Ayunda jadi merah tomat? 

"Lo sehat nggak sih, Ay?" 

Ayunda mendongak, “Iyalah. Kalau gue nggak sehat, gue nggak mungkin ada di SMK Kejora. Tapi, di Rumah Sakit Jiwa." 

Mereka semua sama-sama ber-oh ria. Benar juga apa yang diucapkan oleh Ayunda. Tapi melihat tingkah Ayunda yang senyum-senyum sendiri memang aneh.

"Ayunda," Gadis yang dipanggil Ayunda menoleh ke sumber suara. Dia mendapati seorang laki-laki berdiri di sana. Laki-laki yang membuat tiga teman Ayunda menjadi kaku sekaligus senyum-senyum sendiri karena kedatangannya. Antara bingung dan senang melihat hubungan di antara Ayunda dan laki-laki itu sampai laki-laki itu menghampiri Ayunda, membuat kecurigaan ketiganya semakin bertambah. 

Menurut mereka, Ayunda dan Laut ada apa-apanya memang. Apalagi, keduanya menjadi orang berbeda di saat yang bersamaan. Ayunda yang pendiam menjadi manja dan cerwet. Juga Laut, yang galak bisa menjadi manis dan penuh perhatian. 

Tapi, kenyataannya bukan hanya tiga teman Ayunda saja. Bahkan semua siswa dan siswi yang ada di sana juga melihat aksi itu. Guru ganteng yang suka memberi siswanya ribuan soal remidi menghampiri salah satu murid biasa, dengan senyuman yang jarang dia tunjukkan. Walau pun, ada beberapa yang cuek. Paling juga urusan pelajaran. 

"Iya, Pak?" 

"Novelnya."  Ayunda hanya melirik novel itu. Ada getaran kecil di tangan Laut. Getaran yang terlihat nyata dan bukan buatan. Getaran alami. Membuat Ayunda mendongak terlebih dahulu memastikan wajah Laut baik-baik saja.

Jakun Laut bergerak naik-turun. Lelaki itu tak menatapnya. Tapi hal itu justru terlihat cool di mata Ayunda. Cowok banget.  

Namun, sedetik setelahnya Ayunda tersenyum dengan sangat lebar, senyuman yang membuat perut Laut terasa meSarast karena seperti ada sesuatu yang mengusik di dalam sana. Binar mata itu tulus. Ya, Laut tahu. Laut bisa membedakan mana senyum tulus dan tidak. Namun setahu Laut, jika seseorang tersenyum tulus, ada garis di mata orang itu.

Dilihat lagi Ayunda, gadis itu masih membaca blurb di belakang novel. Dan matanya langsung menatap Laut tanpa menunggu Laut siap. Dua mata yang saling berserobok membuat jantung Laut berdebar. 

"Pak Laut telat, tau." Ayunda cemberut, “Terus saya nuker uang. Tapi nggak papa deh. Yang penting novel ini jadi milik Ayunda."

Menggemaskan, Laut mengusap puncak rambut Ayunda. Lalu nengambil duduk tepat di samping gadis itu. Menatap satu persatu teman Ayunda, “Boleh gabung, kan? Saya juga mau makan."

Wulan yang awalnya duduk di samping Ayunda langsung pindah di hadapan Ayunda. Yaitu memilih berdesak-desakan dengan Vela dan Zara, “Silahkan, Pak." Dan mengedipkan mata yang langsung disetujui oleh kedua temannya, “Kami duluan ya, Pak. Mau cari contekan. Titip sahabat kita, ya? 

"Oh, pasti dijagain."

"Jagain hatinya juga?"

"Ah.. Boleh juga."

Setelah mengatakan itu, ketiganya cengengesan sendiri. Mereka bertiga langsung beriringan menuju kelas, meninggalkan Ayunda bersama keraguan yang nyata. Di satu sisi, Ayunda canggung makan bersama dengan Laut. Si sisi lainnya, perut Ayunda lapar tak tertahankan.

“Santai aja kali, kan saya cuma ngajak makan bareng. Bukan ngajak nikah.”

“Eh?”

How do you feel about this chapter?

0 0 4 0 1 0
Submit A Comment
Comments (17)
  • Watermelon16543

    Greget parah 😘

    Comment on chapter BAGIAN SATU : Kamu, Aku, Kita Berbeda.
  • Ayuni912P

    @PauloCleopatra2339 Karena Author kweren! :D

    Comment on chapter END
  • Ayuni912P

    @Cantikalucu ya tapi kenyataan Pak Laut nggak sebaik Laudito Nugroho

    Comment on chapter END
  • Ayuni912P

    @DolphinLuluk Biarin abis Pak Laut jahat. Katanya Guru tapi gak patut digugu dan ditiru

    Comment on chapter END
  • PauloCleopatra2339

    Karakter Ayunda kenapa bisa unyu? Pak Laut juga emesss

    Comment on chapter BAGIAN SATU : Kamu, Aku, Kita Berbeda.
  • Cantikalucu

    Suka banget pasangan ini. Kalau nyata pasti gemesin ya???

    Comment on chapter SEMBILAN BELAS : Tulip Kuning
  • DolphinLuluk

    Emang ya si Ayunda, sopan santunnya kalau sama Laut suka ngawur. Itu gurumu Ayyyyy :D Gemazz

    Comment on chapter BAGIAN DUA : High Quality Jomblo
  • Ayuni912P

    @FANAMORGANA makasih lho haha

    Comment on chapter TIGA PULUH : Ayunda dan Ayah
  • Ayuni912P

    @Kia_kun katanya cinta itu harus diperjuangkan. Itu cara Rani memperjuangkan cintanya.

    Comment on chapter TIGA PULUH : Ayunda dan Ayah
  • Kia_kun

    Rani s egois....

    Ckckck....

    Ngak sadar sama apa yang udah dilakuin eh malah nambah rugi orang lain

    Comment on chapter TIGA PULUH DUA : Berpisah Itu Mudah
Similar Tags
Stay With Me
173      145     0     
Romance
Namanya Vania, Vania Durstell tepatnya. Ia hidup bersama keluarga yang berkecukupan, sangat berkecukupan. Vania, dia sorang siswi sekolah akhir di SMA Cakra, namun sangat disayangkan, Vania sangat suka dengan yang berbau Bk dan hukumuman, jika siswa lain menjauhinya maka, ia akan mendekat. Vania, dia memiliki seribu misteri dalam hidupnya, memiliki lika-liku hidup yang tak akan tertebak. Awal...
Melawan Tuhan
2593      993     2     
Inspirational
Tenang tidak senang Senang tidak tenang Tenang senang Jadi tegang Tegang, jadi perang Namaku Raja, tapi nasibku tak seperti Raja dalam nyata. Hanya bisa bermimpi dalam keramaian kota. Hingga diriku mengerti arti cinta. Cinta yang mengajarkanku untuk tetap bisa bertahan dalam kerasnya hidup. Tanpa sedikit pun menolak cahaya yang mulai redup. Cinta datang tanpa apa apa Bukan datang...
Telat Peka
1257      572     3     
Humor
"Mungkin butuh gue pergi dulu, baru lo bisa PEKA!" . . . * * * . Bukan salahnya mencintai seseorang yang terlambat menerima kode dan berakhir dengan pukulan bertubi pada tulang kering orang tersebut. . Ada cara menyayangi yang sederhana . Namun, ada juga cara menyakiti yang amat lebih sederhana . Bagi Kara, Azkar adalah Buminya. Seseorang yang ingin dia jaga dan berikan keha...
Senja Kedua
3329      1270     2     
Romance
Seperti senja, kau hanya mampu dinikmati dari jauh. Disimpan di dalam roll kamera dan diabadikan di dalam bingkai merah tua. Namun, saat aku memiliki kesempatan kedua untuk memiliki senja itu, apakah aku akan tetap hanya menimatinya dari jauh atau harus kurengkuh?
Cinta Tak Terduga
4735      1433     8     
Romance
Setelah pertemuan pertama mereka yang berawal dari tugas ujian praktek mata pelajaran Bahasa Indonesia di bulan Maret, Ayudia dapat mendengar suara pertama Tiyo, dan menatap mata indah miliknya. Dia adalah lelaki yang berhasil membuat Ayudia terkagum-kagum hanya dengan waktu yang singkat, dan setelah itupun pertemanan mereka berjalan dengan baik. Lama kelamaan setelah banyak menghabiskan waktu...
Truth Or Dare
8182      1490     3     
Fan Fiction
Semua bermula dari sebuah permainan, jadi tidak ada salahnya jika berakhir seperti permainan. Termasuk sebuah perasaan. Jika sejak awal Yoongi tidak memainkan permainan itu, hingga saat ini sudah pasti ia tidak menyakiti perasaan seorang gadis, terlebih saat gadis itu telah mengetahui kebenarannya. Jika kebanyakan orang yang memainkan permainan ini pasti akan menjalani hubungan yang diawali de...
ARTURA
292      236     1     
Romance
Artura, teka-teki terhebat yang mampu membuatku berfikir tentangnya setiap saat.
My Teenager’s Diary
343      215     2     
Short Story
Kata orang, masa muda itu masa yang indah. Masa muda juga menempati masa terindah di benak orang, contohnya ketika kita berani memimpikan sesuatu yang belum tentu terjadi atau mungkin tidak terjadi. Ini adalah sedikit kisah masa mudaku, kisah yang akan terkenang sebagai bagian perjalanan hidupku.
My Big Bos : Mr. Han Joe
604      359     2     
Romance
Siapa sih yang tidak mau memiliki seorang Bos tampan? Apalagi jika wajahnya mirip artis Korea. Itu pula yang dirasakan Fraya ketika diterima di sebuah perusahaan franchise masakan Korea. Dia begitu antusias ingin segera bekerja di perusahaan itu. Membayangkannya saja sudah membuat pipi Fraya memerah. Namun, apa yang terjadi berbeda jauh dengan bayangannya selama ini. Bekerja dengan Mr. Ha...
Kisah yang Tak Patah
14203      2245     5     
Romance
Kisah cinta pertama yang telah usai. Sebuah cerita untuk mengenang pada suatu waktu yang menghadirkan aku dan kamu. Meski cinta tidak selalu berakhir luka, nyatanya aku terluka. Meski bahagia tak selalu ada usai sedih melanda, memang nyatanya untuk bahagia itu sulit meski sekedar berpura-pura. Bagaimanapun kisah yang ada memang akan selalu ada dan takkan pernah patah meski kadang hati sedikit ...