Loading...
Logo TinLit
Read Story - Code: Scarlet
MENU
About Us  

Setelah menitipkan tas ke tempat penitipan barang, Ichimiya terus mengikuti Kyou dengan keadaan waspada. Saat ini dia sedang tidak membawa senjata apapun.  Pistol yang dibawanya dari rumah berada di dalam tas. Dan juga belati yang biasa dia bawa hari ini dia tinggalkan di kamar.

Memang pemuda itu tidak terlihat ingin mencelakainnya. Tapi jika Kyou adalah bagian dari mereka yang menjadi ancaman untuknya, ada kemungkinan pemuda itu mencoba untuk melukai Ichimiya jika ada kesempatan.

Sejauh ini mereka hanya mendatangi arena permainan juga pergi ke berbagai toko. Kyou lebih menikmati acara kencan ini dari pada Ichimiya.

Bye-bye.” Kembali Kyou melambaikan tangan pada gadis-gadis yang lewat.

Jika diperhatikan, Kyou  terlihat hanya bermain-main. Pemuda tinggi dengan rambut hitam itu selalu membuat senyum lebar di wajahnya. Dia selalu tampak ceria juga baik kepada siapa saja.

“Apa kau sudah selesai?” Tanya Ichimiya karena dia tampak bosan.

“Ayo kita ke sana,” tunjuk Kyou. Jari telunjuknya mengarah pada sebuah bangunan besar. Sebuah Istana yang dijadikan museum lukisan.

“Ini yang terakhir,” tegas Ichimiya. Ichimiya menurut saja ke mana pemuda itu pergi. Karena perjanjian yang mereka buat sebelumnya sehingga berakhir dengan kencan ini.

Dari luar memang terlihat begitu besar dan megah. Tingginya hampir menyamai bianglala di sebelahnya. Namun bangunan ini hanya dibuka sampai lantai 2.

“Wanita tadi,” ucap Ichimiya memulai. “Dia temanmu kan?”

“Benar. Hari ini kami sedang memantau area sini. Ah maaf, sebenarnya tidak ada perintah dari bos kami untuk mengikutimu,” jelas Kyou sambil memperhatikan sebuah lukisan. Keningnya berkerut dan tangannya berada di dagu.

“Bos? Apa kalian sebuah organisasi?”

“Hmm, bisa dibilang begitu. Para anak percobaan yang melawan kalian, mereka adalah bidak kami.” Kembali mereka berkeliling. “Ngomong-ngomong, bos kami itu juga seorang anak percobaan lho. Yah bisa dikatakan ini sebuah organisasi yang terbentuk dari anak-anak Distrik 1.”

“Apa tujuan kalian?” Ichimiya terus mencoba mengorek informasi.

“Apa ya? Entahlah,” kembali Kyou tersenyum. Kali ini senyum nakal dan seperti bercanda.

“Lalu kenapa kau mendekatiku?”

“Karena aku penasaran denganmu Mi-chan. Oh, benar juga. Hari ini ada acara spesial di sini. Ayo kita pergi ke atap.”

Ada sebuah pintu yang bertuliskan ‘Dilarang Masuk’. Namun Kyou juga Ichimiya tidak menghiraukannya. Mereka melewati tali pembatas dan naik ke lantai atas. Ada sebuah tangga naik dan gelap.

“Apa yang kalian lakukan pada anak-anak percobaan itu?” kembali pertanyaan dilontarkan oleh Ichimiya. Kyou berjalan di depannya.

“Kami membunuhnya.” Ichimiya tertinggal karena langkahnya terhenti begitu mendengar ucapan Kyou. Pemuda itu ikut berhenti dan melirik ke belakang. “Tergantung juga. Jika mereka berguna mungkin bos akan menggunakannya. Jika tidak tinggal kami habisi saja.”

Tangan Ichimiya meremas roknya. “Siapa sebenarnya bos kalian?” Kembali mereka bergerak ke atas. Kali ini Ichimiya yang berjalan di depan.

Zero. Kami memanggilnya begitu.”

Pintu berdecit ketika Ichimiya membukanya. Angin menghempasnya dengan kuat membuatnya sedikit terpejam. Mereka berada di pucak menara. Seperti balkon tempat tuan puteri terkurung jika dalam cerita. Di hadapan mereka saat ini terlihat jelas bianglala yang berputar perlahan. Di tengah bianglala itu ada sebuah jam digital besar yang menunjukkan pukul 23:47. Ichimiya tidak tau jika sudah selarut ini.

“Ah, di sini indah sekali.” Kyou mendekati pinggir balkon. Dia memanjat dinding pengaman itu dan berdiri di atasnya. Tangannya berada di dahi, sambil menyisir semua area taman hiburan ini dia tersenyum senang. “Lihat itu. Kecil sekali,” tunjuknya. Saat Kyou melihat Ichimiya di belakangnya, senyum itu memudar. “Kelihatannya memang hanya aku yang menikmati kencan ini.”

Ichimiya bersandar ke dinding dekat pintu. Tangannya terlipat di depan dada. Dalam diam dia menatap Kyou.  “Apa tujuanmu?”

“Sudah aku bilang, aku penasaran denganmu.”

“Kau memberikan informasi ini dengan begitu saja. Kalian pasti punya rencana lain kan?”

“Tidak. Aku tidak memberitahu mereka jika kita saling membuat kontak. Semua ini karena keinginanku sendiri.”

“Kau pasti membohongiku.”

“Terserah kau saja.” Mereka berdua terdiam. “Apa ini saja yang ingin kau tau? Jika tidak ada lagi pertanyaan kau boleh pulang. Hari ini terasa menyenangkan.” Kyou kembali tersenyum. Tangannya melambai pada Ichimiya ketika gadis itu benar-benar sudah selesai dengannya.

Begitu pintu tertutup, suasana berubah hening. Hanya suara desir angin juga orang-orang yang masih berkeliaran di bawah. Kyou masih dalam posisinya berdiri di dinding pengaman. Tangannya merogoh saku celana dan mengeluarkan ponsel. Begitu dinyalakan layar ponselnya menunjukkan pukul 11:54 PM. Sama seperti jam di bianglala itu.

Beberapa detik kemudian sebuah keributan terdengar di bawah sana. Lampu-lampu yang menyala di kejauhan tiba-tiba mati. Dalam kegelapan tersebut terlihat kilatan cahaya berwarna biru. Bergerak cepat. Seperti kilatan biru itu meninggalkan jejak setelah dia melewati jalan itu. Mata Kyou bergerak cepat mengikuti kilatan tersebut.

Tanpa diduga, pintu di belakangnya berdecit kembali. Ichimiya membuka pintu itu sambil menenteng tas miliknya. Tangannya sibuk mencari sesuatu di dalam tas itu. Sambil berjalan mendekati Kyou, Ichimiya mengeadah. Dalam sekali lompatan dirinya berhasil naik ke dinding pengaman. Begitu menemukan apa yang dicarinya, gadis itu melemparkan tasnya ke belakang.

“Kau tau apa yang aku katakan tadi?” Kyou masih memperhatikan layar ponselnya. Setelah itu dia mengarahkannya ke bianglala di depannya. Clik! Dia mengambil gambar dengan kamera di ponselnya. Pukul 11:58 PM. “Kalau begitu bagaimana jika tinggal sebentar lagi. Aku tadi bilang kan, hari ini hari spesial jadi-” ucapannya terhenti begitu menoleh pada Ichimiya yang berdiri di sampingnya.

“Kyou,” kata Ichimiya. Dia kini mengarahkan sebuah pistol dan membidik tepat di kepala pemuda itu. Jari telunjuknya siap untuk menekan pelatuk kapanpun dan melubangi wajah tak berdosa di hadapannya. “Apa aku bisa mempercayaimu?” lanjut Ichimiya. Tatapannya tertuju pada Kyou yang terlihat tenang. 

“Mi-chan, kau memang menarik.”

Seperti yang diucapkan Kyou, hari ini memang ada yang spesial di taman hiburan ini. Karena saat pergantian hari atau tepatnya saat pukul 00:00, akan ada peluncuran kembang api. Dan tepat ketika Kyou kembali menunjukkan senyumnya, suara dentuman kembang api itu memecah langit malam yang gelap. Merubahnya menjadi gemerlap langit warna-warni. Dalam suasana tersebut mereka berdua masih tak bergerak hingga Kyou, entah apa yang dia tertawakan namun hal itu tidak membuat Ichimiya menurunkan pistolnya.

“Maaf. Aku melupakan sesuatu. Hah..” ucapnya setelah kembali tenang. Tangannya menyibakkan rambut poni yang menutupi mata kirinya. Sesaat sebelum dia membuka matanya Kyou kembali mengatakan sesuatu, “Apa kau tau, orang-orang memanggilku dengan sebutan Pria Pemecah Kenangan.” Begitu mata itu terbuka, Ichimiya bisa melihat sesuatu yang berbeda pada diri Kyou. “Mi-chan, apa kau tidak penasaran dengan ingatan masa lalumu?”

***

Ao sedang duduk di tangga saat mendapati Ichimiya pulang. Dalam gelap ruangan itu Ao bisa melihat alroji di tangannya sudah menunjukkan pergantian hari. Bahkan sampai Ichimiya melepaskan sepatunya, gadis itu tidak menyadari kehadiran Ao di situ.

“Ichi,” panggil Ao pelan. Gadis itu terperajat saat mendapati Ao bergerak mendekatinya.

“Ao.. Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Ichimiya. Suaranya sedikit bergetar.

“Dari mana saja kau?” Ao langsung bertanya.

“Aku hanya,” Ichimiya tertunduk. Dia merasa lelah saat ini. “Maaf,” ucapnya kemudian. Dia membuang muka.

Ao hanya bisa menghela napas. “Istirahatlah. Karena besok hari libur, kau akan mendapat misi.”

“Baik,” angguk Ichimiya. Dia berjalan menuju kamarnya di lantai dua. Tetapi saat di tengah anak tangga dia berhenti. “Ao, besok aku ingin mengunjungi anak-anak percobaan itu lagi.”

“Ada apa-” Ao tidak jadi menyeselaikan ucapannya. “Aku akan meminta izin pada Aki-san,” ucapnya.

“Terima kasih.”

“Selamat malam, Ichi.”

Sebisa mungkin Ao menahannya. Dia tidak ingin Ichimiya merasa tidak nyaman. Terlihat jelas jika Ichimiya sedang kacau dan butuh waktu untuk sendiri. Walau Ao ingin bertanya banyak hal padanya. Akan lebih baik jika gadis itu menceritakan semua yang terjadi padanya secara langsung.

***

Matahari akan terbit beberapa jam lagi. Namun Ichimiya sama sekali belum memejamkan matanya sejak memasuki kamar. Dia malah termenung di depan meja belajarnya. Sembari memperhatikan belati miliknya di atas meja, Ichimiya mulai terbayang banyak hal. Kata-kata Kyou terus terbayang di dalam benaknya.

“Apa kau tidak penasaran dengan ingatan masa lalumu?”

Tentu saja dirinya ingin ingatan itu kembali. Tetapi, entah mengapa hanya sebagian dalam dirinya yang menginginkannya. Terlebih saat dia mengingat jika dirinya adalah subject percobaan. Mengingat semua anak dari Distrik 1 dalam keadaan menyedihkan setiap kali dia menangkap mereka, Ichimiya selalu bertanya. Apakah dirinya dulu juga seperti itu? Apa yang akan terjadi jika dia mengingat semuanya?

Entah kenapa semua yang diucapkan oleh Kyou terdengar meyakinkan bagi Ichimiya. Benarkah dia bisa mempercayai orang yang seharusnya menjadi musuh itu? Memikirkan semua yang diucapkan Kyou membuat waktu cepat berlalu. Sinar matahari pagi masuk melewati celah jendela balkonnya. Alarm yang biasa berbunyi membangunkannya akan berdering beberapa detik lagi.

“Sekarang bukan waktunya untuk memikirkan hal itu,” gumam Ichimiya pada diri sendiri. Gadis itu beranjak dari meja belajarnya dan menekan tombol pada alarm-nya. Dia segera bersiap karena misi telah menunggunya.

***

Ao menunggunya di depan pagar rumah. Sambil melihat data tentang misi hari ini, Ao berpikir untuk menanyakan tentang kemarin malam pada Ichimiya. Saat sarapan pagi tadi, Ichimiya sudah terlihat lebih baik.

Begitu mendengar suara pintu depan terbuka dan mendapati Ichimiya keluar dengan tas samping mini di pinggangnya, Ao segera membetulkan posisi tubuhnya.

“Sudah siap?”

“Hemb. Ayo.” Gadis itu berjalan mendahului. Ayo mengekor di belakangnya sambil terus memperhatikan.

“Ichi, tentang permintaanmu kemarin malam. Aki-san bilang oke,” ucap Ao. Pemuda itu memasukkan kedua tangannya ke saku blazer yang dia kenakan, selama berjalan di belakang Ichimiya dia terus melihat rambut panjang gadis itu.

“Terima kasih. Aku akan pergi ke sana sebelum menjalankan misi,” jawab Ichimiya tanpa menoleh.

Ao terdiam, pandangannya masih terfokus ke rambut Ichimiya yang bergerak bebas karena angin. Entah sejak kapan tepatnya, Ao menyukai rambut Ichimiya. Bahkan saat masih di Distrik 3 Ao-lah yang selalu merawat rambut itu.

“Ichi, kemarin pergi ke mana kau sampai pulang larut malam begitu?” akhirnya Ao menanyakan hal itu.

Ichimiya menoleh. Tangannya menunjuk ke kejauhan. “Ke sana. Taman bermain itu.” Ao ikut menoleh ke arah yang ditunjuk. “Kemarin aku menemani Rin—ah dia salah seorang temanku di sekolah. Kemarin kami ingin pergi ke toko perhiasan, tapi malah hanya berputar-putar,” jelas Ichimiya. Dia sedikit tertawa.

“Sampai kelewat tengah malam?” Tanya Ao kembali. Tatapannya mencurigai.

Ichimiya tau itu aneh. “Benar. Karena kemarin ada acara spesial. Ada kembang api di pergantian hari. Jadi kami melihatnya.” Sambil menatap Ao, Ichimiya tersenyum simpul. Aku tidak sepenuhnya berbohong, ucapnya dalam hati.

Ao menghela napas panjang, “Jangan ulangi lagi. Aku khawatir padamu.” Pemuda itu menepuk-nepuk pelan ujung kepala Ichimiya. Gadis itu hanya tersenyum dan mengangguk pelan.

Ichimiya masih belum sepenuhnya kembali ke dirinya yang biasa. Ao tau ada yang disembunyikannya. Namun dia tidak ingin bertanya lebih banyak lagi. Yang dia pikirkan sekarang adalah misi yang sedang menunggu mereka. Aku harap hari ini semua berjalan baik, doanya dalam hati. Ao tidak ingin misi hari ini berakhir seperti waktu itu.

***

Ichimiya bisa meilhat anak-anak bermain dengan ceria di sebuah ruangan yang luas. Mereka semua yang awalnya tidak mengenal satu sama lain kini bisa akrab dan tertawa tanpa beban. Dari cermin dua arah itu, Ichimiya sudah memandangi mereka selama lebih sepuluh menit.

Dia tau misi mereka akan segera dimulai. Dirinya juga sudah mendapatkan izin sebelumnya. Namun Ichimiya tidak bisa melangkah lebih jauh lagi saat sampai di dekat ruang percobaan. Khususnya ruangan untuk anak-anak percobaan yang mereka tangkap.

Masih jelas teringat bagaimana Ichimiya menangkap mereka satu persatu. Selalu dalam kondisi yang sama, mereka ketakutan dan dalam keadaan memperihatinkan. Ichimiya bersyukur sekarang mereka dalam kondisi yang lebih baik.

“Apa yang aku lakukan di sini?” guman Ichimiya pada diri sendiri. Dia tertunduk di depan pintu ruangan itu. Tangannya yang memegang knop pintu seperti tak punya kekuatan untuk membukanya.

“Apa yang kau lakukan?” Seseorang berdiri sambil menyilangkan kedua tangan ke depan dada.

“Azura…” ucap Ichimiya lirih. Azura beralih bersadar ke tembok. Dia melihat Ichimiya dengan heran.

“Saat sudah menemui mereka, apa yang akan kau tanyakan?” Seperti sudah tau maksud Ichimiya berdiri di situ, Azura langsung melontarkan pertanyaan itu.

“Aku…” Muncul keraguan dalam diri Ichimiya.

Azura juga anak percobaan seperti Ichimiya. Namun dia tidak kehilangan ingatannya dan bisa menggunakan kekuatannya dengan bebas. Azura adalah anak percobaan pertama yang Ichimiya kenal.

“Azura… Kau ingatkan… tentang dirimu sebelum dibawa ke Distrik 3?”

Mimik wajah Azura berubah. “Jadi kau ingin tau tentang masa lalumu ya?” Dari tatapan Azura itu, ada kesedihan. “Kau tau, aku iri padamu karena kau kehilangan ingatan di tempat itu. Tapi di sisi lain kadang aku juga merasa kasihan.”  Ichimiya tau jika sebaiknya dia tidak bertanya lebih.

Saat Ichimiya ingin mengetahui tentang masa lalunya, mungkin anak-anak yang lain tidak ingin ingatan masa lalu itu ada. Mungkin seperti Azura saat ini. Karena itu, Ichimiya mengurungkan niatnya. Dia pergi  menjauh dari ruang percobaan meninggalkan Azura yang masih terdiam di sana.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (11)
  • HananArrahman

    Idenya sudah bagus. Tapi penyampaiannya masih terlalu bertele2. Coba kamu sederhanakan lagi kalimat2nya. Jangan alih2 membuat detail kamu terjebak pengulangan kalimat dan jadi klise. Salam.

    Comment on chapter Mission 1
Similar Tags
Aku Biru dan Kamu Abu
818      479     2     
Romance
Pertemuanku dengan Abu seperti takdir. Kehadiran lelaki bersifat hangat itu benar-benar memberikan pengaruh yang besar dalam hidupku. Dia adalah teman curhat yang baik. Dia juga suka sekali membuat pipiku bersemu merah. Namun, kenapa aku tidak boleh mencintainya? Bukannya Abu juga mencintai Biru?
Untuk Reina
25831      3963     30     
Romance
Reina Fillosa dicap sebagai pembawa sial atas kematian orang-orang terdekatnya. Kejadian tak sengaja di toilet sekolah mempertemukan Reina dengan Riga. Seseorang yang meyakinkan Reina bahwa gadis itu bukan pembawa sial. Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada Riga?
TRIANGLE
342      225     1     
Romance
Semua berawal dari rasa dendam yang menyebabkan cella ingin menjadi pacarnya. Rasa muak dengan semua kata-katanya. Rasa penasaran dengan seseorang yang bernama Jordan Alexandria. "Apakah sesuatu yang berawal karena paksaan akan berakhir dengan sebuah kekecewaan? Bisakah sella membuatnya menjadi sebuah kebahagiaan?" - Marcella Lintang Aureliantika T R I A N G L E a s t o r ...
in Silence
472      337     1     
Romance
Mika memang bukanlah murid SMA biasa pada umumnya. Dulu dia termasuk dalam jajaran murid terpopuler di sekolahnya dan mempunyai geng yang cukup dipandang. Tapi, sekarang keadaan berputar balik, dia menjadi acuh tak acuh. Dirinya pun dijauhi oleh teman seangkatannya karena dia dicap sebagai 'anak aneh'. Satu per satu teman dekatnya menarik diri menjauh. Hingga suatu hari, ada harapan dimana dia bi...
Ghea
476      314     1     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...
Me & Molla
557      331     2     
Short Story
Fan's Girl Fanatik. Itulah kesan yang melekat pada ku. Tak peduli dengan hal lainnya selain sang oppa. Tak peduli boss akan berkata apa, tak peduli orang marah padanya, dan satu lagi tak peduli meski kawan- kawannya melihatnya seperti orang tak waras. Yah biarkan saja orang bilang apa tentangku,
The Trinity
361      266     1     
Short Story
Hiding under the US Goverment, lies a group of 3 soldiers, the Trinity was formed because these soldiers are not ordinary soldiers, they have the strength of a thousand man, bravery of a tiger, and as fearless as a lion, the Trinity was a group to stop crime and heavy group criminal, the group consist of Ela, Sledge, and Capitao, the Trinity’s main goal was to stop the criminal group known as t...
Warisan Kekasih
1063      701     0     
Romance
Tiga hari sebelum pertunangannya berlangsung, kekasih Aurora memutuskan membatalkan karena tidak bisa mengikuti keyakinan Aurora. Naufal kekasih sahabat Aurora mewariskan kekasihnya kepadanya karena hubungan mereka tidak direstui sebab Naufal bukan seorang Abdinegara atau PNS. Apakah pertunangan Aurora dan Naufal berakhir pada pernikahan atau seperti banyak dicerita fiksi berakhir menjadi pertu...
Farewell Melody
274      188     2     
Romance
Kisah Ini bukan tentang menemukan ataupun ditemukan. Melainkan tentang kehilangan dan perpisahan paling menyakitkan. Berjalan di ambang kehancuran, tanpa sandaran dan juga panutan. Untuk yang tidak sanggup mengalami kepatahan yang menyedihkan, maka aku sarankan untuk pergi dan tinggalkan. Tapi bagi para pemilik hati yang penuh persiapan untuk bertahan, maka selamat datang di roller coaster kehidu...
A - Z
3066      1043     2     
Fan Fiction
Asila seorang gadis bermata coklat berjalan menyusuri lorong sekolah dengan membawa tas ransel hijau tosca dan buku di tangan nya. Tiba tiba di belokkan lorong ada yang menabraknya. "Awws. Jalan tuh pake mata dong!" ucap Asila dengan nada kesalnya masih mengambil buku buku yang dibawa nya tergeletak di lantai "Dimana mana jalan tuh jalan pakai kaki" jawab si penabrak da...