Elias, Hotaru, Ibrahim, dan Yuan terbangun dari tidur mereka di pagi hari yang cerah. Mereka mengawali hari mereka dengan cara yang berbeda-beda. Elias mandi pagi, Hotaru memasak sarapan bersama Yuan, dan Ibrahim beribadah.
Selepas itu, mereka berkumpul di meja makan seperti biasa. Lalu mereka sarapan bersama.
"Kak Yuan, apa kita akan berpatroli layaknya polisi?" tanya Elias.
"Yah, begitulah. Patroli juga merupakan tugas seorang pahlawan."
"Lalu, apa kita semua akan berpasangan?" tanya Hotaru pada Yuan.
"Tentu. Freyland ada tiga provinsi, yakni Asvon, Zachax, dan Affuria. Kita akan berada di Asvon bersama Arvonso dan Reyzax. Sedangkan Axuru akan membenahi perangkat komputer di markas baru kita."
"Lalu, aku berpasangan dengan siapa?" kata Ibrahim yang masih mengunyah makanan di mulutnya.
"Hmm.. Entahlah. Yang mengurus hal ini adalah Arvonso."
"Oh, begitu."
Yuan lalu menghubungi Arvonso dan menanyakan perihal pasangan patroli.
<Halo? Arvonso?>
Arvonso yang sedang sedikit sibuk masih tetap mencoba untuk berbicara dengan Yuan.
<Iya, ada apa?>
<Begini, soal pasangan dalam patroli.>
<Oh, nanti akan kuberitahu. Sekarang aku sedang sibuk>
<Begitu, ya. Maaf mengganggu>
Yuan pun menutup telepon itu. Baru beberapa menit ia menutup telepon dengan Arvonso, ponselnya sudah berbunyi lagi.
Eh? Katanya sibuk, tapi masih sempat-sempatnya kirim berkas, pikir Yuan. Yuan pun membuka berkas yang telah dikirim Arvonso.
Berkas itu berisi tentang pembagian kelompok patroli. Yuan yang telah membacanya, lalu memberitahu pada saudara-saudaranya.
"Hei, pasangan kalian sudah ditentukan."
Elias, Hotaru, dan Ibrahim pun mendengarkan Yuan dengan seksama.
"Ibrahim dengan Reyzax di wilayah bagian timur Asvon, Aku dengan Arvonso di bagian selatan, dan Elias dengan Hotaru di bagian utara."
"Asvon sendiri merupakan kota besar di Freyland. Karena itu, wilayah ini lebih rentan terhadap kejahatan," tulis Arvonso pada berkas yang telah ia kirim. Yuan pun juga membaca tulisan itu untuk lebih memotivasi adik-adiknya.
"Patroli akan dimulai jam 9. Setengah jam lagi," jelas Yuan
Setelah Ibrahim menghubungi Reyzax, Ibrahim pun segera bergegas pergi ke markas. Disana, Reyzax telah menunggu Ibrahim.
"Tapi, apa kita akan berpatroli dengan pakaian biasa? Orang-orang nanti akan mengetahui kita," tanya Elias sambil mempersiapkan sebuah topi dan masker.
"Yah, sebisa mungkin kita juga harus dikenal masyarakat. Tak perlu menyamar, Elias."
"Ya sudahlah," jawab Elias.
"Oke, kakak duluan. Takutnya si Arvonso menungguku terlalu lama," pamitnya pada adik-adiknya.
Elias lalu mengembalikan topi dan masker yang ia bawa. Elias juga mengganti pakaiannya yang serba hitam. Ia pun mengenakan kaos biru dengan jaket berkerah berwarna abu-abu yang ia kenakan saat pertama kali ia terdampar di dunia ini.
"Hey, Hotaru. Kau tidak ganti baju?"
"Ya, tentu aku ganti. Tunggu sebentar, ya!"
Hotaru pun pergi ke kamarnya. Sedangkan Elias menunggu Hotaru di sofa yang terletak di ruang tamu.
"Aku selesai. Ayo kita berangkat," ucap Hotaru sambil memegang kunci rumah.
"Hotaru, kenapa kau memakai rok dan stocking seperti itu? Padahal kau memakai jaket dengan hoodie."
"Memangnya salah?" tanya Hotaru kebingungan.
"Yah, menurutku kau sangat ketinggalan zaman. Hihihi," jawan Elias sambil tertawa kecil.
"Ehh? Iya, kah? Baiknya bagaimana, Elias?"
"Hmm.. Kau lepas saja stocking-mu. Dan kau ganti rok pendekmu dengan rok yang lebih panjang dari itu."
"Ya, sudah. Aku ganti dulu."
"Oh, iya. Kalau bisa warna roknya jangan sama dengan warna jaketmu."
"Iya."
Hotaru pun pergi ke kamarnya. Setelah beberapa lama ia berada di kamarnya, ia pun keluar dari kamarnya dan menghampiri Elias.
"Begini bagaimana, Elias?" tanya Hotaru sambil berpose layaknya model terkenal.
"Wah, kalau begitu kan bagus. Kau terlihat cantik, sih."
Hotaru pun tersipu malu mendengar jawaban Elias. Lalu, Hotaru dan Elias pun pergi.
Mereka berjalan berdampingan layaknya teman akrab. Tak ada rasa canggung yang menyelimuti mereka berdua.
"Eh, Elias. Kenapa kau sangat paham penampilan perempuan? Jangan-jangan, kau sudah punya pacar?" tanya Hotaru penuh curiga.
"Bukan begitu. Aku punya seorang adik perempuan yang usianya lebih muda 1 tahun denganku. Dia cantik dan modis, sering sekali dia pergi keluar dengan teman dan pacarnya. Maka dari itu, aku tahu gaya berpakaian seorang gadis."
Setelah mendengar hal itu, Hotaru pun terdiam sejenak.
"Apa kau belum berpacaran, Hotaru?" tanya Elias.
"Kenapa kau tanya hal seperti itu?" ucap Hotaru yang malah balik bertanya pada Elias.
"Berarti belum, kan?"
"Be-belum."
Hotaru memalingkan wajahnya. Dia sangat malu mengatakan hal seperti itu.
"Aku juga belum pernah pacaran, kok. Hehehe."
Elias tanpa ragu mengatakan hal itu, bahkan dia mengatakannya sambil tertawa.
"Yah, kalau kamu sih aku nggak heran. Dasar Elias kutu buku," ejek Hotaru sambil menjulurkan lidahnya.
"Padahal kau juga masih belum pernah pacaran. Ah sudahlah," ucap Elias yang mencoba mengakhiri pembicaraan memuakkan itu.
Hotaru dan Elias pun berkeliling di daerah yang telah ditentukan.
"Area ini area pemukiman biasa, walau tidak terlalu jauh dengan area perkotaan," ucap Hotaru.
"Iya. Sepi, yah. Kenapa juga kita harus kesini," keluh Elias.
"Justru malah sepi begini, penjahat malah leluasa. Bagaimana sih, Elias," ketus Hotaru sambil menyindir Elias.
"Kalau itu aku juga tahu. Kau ini mengejekku terus."
"Hihihi. Makanya kau balas ejek dong."
"Tidak, ah. Nanti aku jadi sama sepertimu."
Mereka berjalan sambil terus mengawasi keadaan sekitar. Setelah memastikan bahwa daerah pemukiman aman, mereka menuju area pertokoan.
Negara Freyland dan dua negara lainnya tidak mengenal provinsi. Mereka langsung membagi daerahnya dengan kota, lalu kebawah lagi ada kabupaten, kemudian kecamatan, dan kelurahan. Kelurahan merupakan satuan terkecil dalam pemerintahan daerah.
Elias dan Hotaru telah mengawasi hampir seluruh Kabupaten Voxiza, daerah bagian utara kota Asvon.
"Sejauh ini, daerahnya aman-aman saja," kata Elias sambil menyeka keringat di dahinya.
"Iya, kurang satu kawasan di Kelurahan Minoja. Setelah itu tugas kita selesai."
"Ayo kita selesaikan. Lalu kita kembali ke rumah kita di Xerova."
Elias melangkah lebih cepat karena ia bersemangat untuk segera kembali ke rumahnya yang berada di Xerova, daerah bagian timur kota Asvon yang merupakan pusat kota Asvon.
Hotaru pun mempercepat langkahnya agar tidak ketinggalan.
Setelah melangkah agak jauh, mereka pun memasuki kelurahan Minoja.
Sepi sekali, pikir Elias. Elias mencoba memperhatikan daerah sekitar. Daerah yang merupakan tempat hiburan dimana ada casino dan tempat prostitusi.
"Seharusnya tempat seperti ini, tidak sesepi ini," ucap Hotaru yang merasa ganjil dengan keadaan Minoja.
Disaat mereka berdua terus berjalan untuk mengamati daerah itu, tiba-tiba sekelompok orang dengan badan yang besar dan kuat mengepung mereka.
"Si-siapa kalian!" tanya Elias pada orang-orang itu. Hotaru saat itu tidak bisa berkata apa-apa karena dia ketakutan.
"Hei, kalian tidak tahu kami? Kami ini dari Mafia Freyland, BODOH!!" bentak salah satu orang dengan jaket kulit hitam.
"Kalian mau apa? Jangan main-main!"
"Tentu saja menangkap orang sok pahlawan seperti kalian dan menjual kalian pada pimpinan!"
Bagaimana ini bisa terjadi, pikir Hotaru. Dia sangat takut sehingga dia menggenggam tangan Elias dengan erat.
nice story
Comment on chapter Dunia yang Berbeda