Aliansi Pahlawan Freyland pun benar-benar dibentuk. Organisasi ini diketuai oleh Yuan. Dan didanai oleh Qiura.
Pada hari pendaftaran, hanya sedikit orang yang diterima. Jumlahnya hanya 4 orang. Orang itu merupakan penduduk asli yang berasal dari Asvon dan Zachax. Orang itu juga mendaftar dengan kemampuan mereka masing-masing.
Seperti Axuru Vennerd, pria berumur 18 tahun. Axuru adalah seorang hacker yang hampir dipenjara karena berhasil membobol kode kartu kredit seseorang dan membelanjakannya walau hanya 60 Shard. Dia bebas karena dia sendiri membayar kerugian sang korban.
Lalu ada juga Reyzax Unnidanc, pria berumur 33 tahun. Reyzax merupakan mantan pembunuh bayaran yang menggunakan senapan runduk dalam setiap aksinya. Dia selalu lolos dari hukuman penjara karena kepandaiannya dalam bernegosiasi dan meloloskan diri dari polisi.
Axuru dan Reyzax adalah warga Asvon.
Selain mereka berdua, ada juga Aleza Friana dan Nedami Friana. Mereka berdua adalah saudari kembar perempuan yang berumur 17 tahun. Mereka berasal dari Zachax. Aleza dan Nedami sangat ahli menjadi seorang mata-mata.
Reyzax, Axuru, Aleza, dan Nedami pun bertemu dengan Yuan.
"Salam kenal semuanya. Nama saya Lim Xat Yuan. Saya adalah ketua dari aliansi ini. Mohon memperkenalkan diri masing-masing," ucap Yuan.
Mereka pun memperkenalkan diri mereka. Kemudian Yuan menyuruh mereka untuk menceritakan tentang keahlian yang mereka miliki. Mereka berempat pun menjelaskannya dengan rinci.
"Kalian sangat berbakat, ya. Selamat datang di APF. Sebagai pahlawan, kita akan menolong seseorang. Pahlawan tidak butuh upah, namun kami akan tetap memberi apresiasi atas pertolongan yang kalian berikan," jelas Yuan.
Axuru dan yang lainnya pun mendengarkan penjelasan Yuan dengan baik.
"Kalian akan bertemu dengan semua anggota APF besok pagi. Usahakan besok mengikuti rapat," ucap Yuan.
Setelah itu, mereka semua pun pulang. Dan pada keesokan harinya, mereka berempat mengikuti rapat APF.
"Sepertinya semua anggota sudah berkumpul. Mari kita saling memperkenalkan diri," kata Arvonso, yang memimpin rapat itu.
Pertama-tama, Axuru memperkenalkan dirinya dan menunjukkan keahliannya. Dia menggunakan laptopnya lalu menyusup ke sistem keamanan gedung APF sehingga dia mendapatkan akses ke semua rekaman CCTV di gedung itu.
Semuanya sangat kagum. Setelah itu, Reyzax memperkenalkan diri dan meletakkan senapan runduk asli buatan Freyland yang bernama Anxium Y-89. Kemudian dia menceritakan pengalamannya.
Aleza dan Nedami pun memperkenalkan diri mereka beserta keahlian mereka.
Setelah itu, Elias pun memperkenalkan dirinya. Dia juga menunjukkan kemampuan yang dimilikinya. Elias pun meninju dinding yang ada di ruangan itu, dan dinding itu pun retak.
"Hei, hei. Kita ini menyewa gedung tahu. Kau ini malah macam-macam," bentak Arvonso.
"Maaf."
Kemudian, Hotaru yang memperkenalkan dirinya. Dia juga menggambar sebuah pohon sakura, dan pohon itu muncul di dalam ruangan itu.
"Lagi-lagi. Kenapa juga kau menumbuhkan pohon disini?" protes Arvonso.
"Maaf, aku bisa menghilangkannya kok."
Hotaru pun menyuruh Ibrahim menggunakan kekuatan apinya untuk membakar kertas yang telah ia gambari pohon.
"Memang tak bisa kalau disobek? Atau dihapus?" tanya Ibrahim.
"Halah, sekalian memperkenalkan dirimu. Sebetulnya, dihapus dengan penghapus saja juga hilang," jawab Hotaru.
Ibrahim benar-benar menolaknya. Namun, Elias tak habis akal. Dia menutup mata Ibrahim dan menyuruhnya menjentikkan jari. Dari jentikan jarinya keluar api.
"Dia ini namanya Ibrahim. Dia bisa mengeluarkan api, lho," ucap Elias untuk memperkenalkan Ibrahim.
Axuru, Aleza, Reyzax, dan Nedami sangat kagum dengan bakat mereka.
Setelah semuanya memperkenalkan diri, rapat mengenai cara kerja APF pun dimulai.
Rapat pun berlangsung dengan lancar. Di tengah-tengah rapat, Aleza memberi usulan.
"Bagaimana kalau kita merekrut wanita bersayap dari Zachax yang sedang tenar itu?"
Semuanya pun setuju dengan usul itu.
"Untuk itu, kita harus membuat APF lebih terkenal agar bisa menarik perhatiannya," jelas Arvonso.
Rapat pun dibubarkan. Semuanya pun pergi meninggalkan rapat. Sementara itu, Arvonso menemui Yuan di ruangannya.
"Bagaimana rapatnya, Arvonso?" tanya Yuan.
"Berjalan lancar. Anggota baru itu juga sepertinya bisa dipercaya."
"Begitu, ya."
Yuan pun meminta Arvonso untuk menghubungi Qiura. Arvonso pun menelepon Qiura.
<Halo, Qiura?>
<Oh, Arvonso. Bagaimana rapatnya? Maaf aku tidak bisa ikut.>
<Lancar. Kau tidak harus ikut rapat, kau kan sudah sibuk dengan menjadi direktur perusahaan.>
<Tidak bisa begitu, lain kali aku akan sempatkan waktu.>
<Baiklah, jangan paksakan dirimu.>
<Sudah dulu, ya. Aku sedang agak sibuk. Sampai jumpa.>
<Sampai jumpa.>
Qiura menutup telepon. Arvonso dan Yuan pun memutuskan untuk membereskan beberapa berkas sebelum pulang.
Kebetulan mereka berdua diberi cuti oleh Qiura. Begitu juga dengan Elias, Hotaru, dan Ibrahim. Karena itu, Yuan pulang ke rumah bersama Arvonso.
***
Elias, Hotaru, dan Ibrahim berjalan pulang ke rumah mereka. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Aleza dan Nedami. Aleza dan Nedami tampak kebingungan.
"Halo, Aleza dan Nedami," sapa Elias.
"Halo," jawab Aleza dan Nedami bersama-sama.
"Kalian sedang apa disini?" tanya Hotaru.
"Uang kami hilang dan kami ingin naik kereta untuk pulang ke Zachax," jawab Aleza sembari menatap ke arah stasiun.
Elias, Hotaru, dan Ibrahim ingin mencoba membantu. Tapi mereka sendiri juga tidak mempunyai uang.
Seketika, terlintas ide di kepala Elias.
"Hotaru, kau menggambar uang saja. Nanti pasti akan muncul uang," saran Elias.
"Wah. Benar juga," kata Ibrahim setelah mendengar saran Elias.
Aleza dan Nedami pun tersenyum bahagia.
"Boleh saja," kata Hotaru.
Lalu, Hotaru pun menggambar tiga uang pecahan 50 Shard yang merupakan pecahan terbesar mata uang Shard di buku gambarnya.
Uang pun muncul. Lalu, Hotaru memberikan uang itu pada Aleza dan Nedami.
"Terima kasih, kak Hotaru. Jujur, kekuatan kakak sangat keren," puji Aleza sekaligus berterima kasih pada Hotaru.
Hotaru pun menyimpan kertas yang telah ia gambari uang. Dia menyimpan kertas itu karena apabila kertas itu sobek atau terbakar, maka gambar yang telah menjadi nyata juga akan hilang.
Aleza dan Nedami pun pamit dan pergi ke stasiun untuk pulang ke Zachax.
"Wah. Kalau begitu, gambarlah beberapa ponsel untuk kami agar bisa menghubungi kak Yuan dengan mudah," pinta Elias.
Namun, Hotaru menolak hal itu. Dia berkata bahwa sesuatu yang didapat orang dari hasil kerja keras, akan lebih berharga daripada sesuatu yang didapat dengan instan.
"Kau benar Hotaru, kita harus bekerja keras agar dapat sesuatu," ucap Ibrahim yang setuju dengan Hotaru. Mereka pun pulang ke rumah mereka.
Sementara itu, Aleza dan Nedami sedang menunggu kereta jurusan Zachax tiba.
"Hei, Aleza."
"Iya, Nedami?"
"Lihat, disana ada seorang perempuan yang terlihat sedih."
Nedami dan Aleza mencoba menghampiri perempuan dewasa yang tertunduk lesu sambil duduk di sebuah kursi.
"Kakak, ada apa? Kok menangis?" tanya Aleza sambil mengelus punggung perempuan itu.
"Tidak apa-apa, kok."
"Cerita saja, kak. Siapa tahu kami bisa membantu," bujuk Nedami.
Perempuan itu pun bercerita kalau dia habis dipecat dari pekerjaannya.
"Kami turut prihatin, kak. Omong-omong, apa kakak mau pergi ke Zachax?" tanya Nedami.
"Iya. Tapi, pesangonku baru dikirim besok. Aku sekarang tidak punya uang sama sekali."
Aleza dan Nedami pun merasa kasihan dengan perempuan itu. Nedami lalu pergi membeli tiket kereta untuk perempuan itu.
"Ini, kak. Tiket kereta dan beberapa uang untuk kakak. Kami turut prihatin dengan masalah yang kakak alami," kata Nedami sambil menyerahkan tiket dan uang.
Perempuan itu sangat berterima kasih pada Nedami dan Aleza. Lalu, mereka bertiga pun berjalan ke kereta bersama-sama.
"Kalau boleh tahu, nama kakak siapa ya?" tanya Aleza.
"Oh, namaku Alexavia Michelle. Panggil saja Michelle. Kalian kembar, kan?"
"Iya, kami kembar."
"Nama kalian?"
"Namaku Aleza Friana. Dan ini kakakku Nedami Friana," ucap Aleza.
Kereta itu sangat ramai sehingga Michelle terpisah dengan Aleza dan Nedami.
Tak terasa, kereta pun sudah sampai tujuan. Aleza dan Nedami pun turun dari kereta.
"Untung kita mendapat beberapa uang dari kak Hotaru ya, Aleza?"
"Iya, kita bisa menolong orang. Tapi, jalan kita masih jauh untuk menjadi seorang pahlawan."
"Kita harus membuat ayah dan ibu bangga," ucap Nedami dengan penuh semangat
nice story
Comment on chapter Dunia yang Berbeda