Pagi pun tiba. Yuan, Elias, Ibrahim, dan Hotaru pun bangun dari tidurnya sangat pagi. Ibrahim melaksanakan ibadah sholat, Elias merapikan tempat tidur, sedangkan Yuan dan Hotaru memasak di dapur untuk menyiapkan sarapan.
Setelah sarapan siap, mereka semua pun berkumpul di meja makan. Lalu, Yuan pun memberitahu pada Elias dan Ibrahim mengenai Arvonso dan juga menjelaskan mengenai kekuatan mereka yang didapat berdasarkan kelemahan mereka di dunia nyata.
"Kelemahan, ya? Mungkin itu ada benarnya," ucap Elias.
"Hal itu mungkin ada benarnya. Aku takut dengan api di dunia nyata karena kejadian dimana rumahku terbakar dan membuat ayahku meninggal," jelas Ibrahim.
"Hmm.. Kalau dipikir-pikir, itu bukan kelemahan. Lebih semacam trauma dan ketakutan," pikir Yuan.
Mereka pun mendiskusikan hal itu sejenak. Lalu, mereka akhirnya menyimpulkan kalau orang dari dunia nyata yang dikirim ke dunia ini, diberi kekuatan dari aspek kekurangan fisik dan jiwa yang mereka miliki di dunia nyata.
Yuan pun berangkat bekerja. Elias, Hotaru, dan Ibrahim pun pergi berangkat ke sekolah.
"Hei, hari ini hari Jum'at. Besok libur, kan?" tanya Hotaru pada Elias dan Ibrahim.
"Iya, memang kenapa?" ucap Elias sambil bertanya balik.
"Kalau misalnya kita berjalan-jalan berkeliling kota nanti malam, kalian setuju atau tidak?" kata Hotaru.
Elias dan Ibrahim pun menyetujuinya. Mereka juga berencana mengajak Yuan apabila Yuan pulang lebih awal dari biasanya.
"Hei, tadi kak Yuan menceritakan mengenai orang Italia bernama Arvonso. Apa kau tahu seperti apa wajahnya, Hotaru?" tanya Elias.
"Iya. Aku juga penasaran," celetuk Ibrahim.
"Entahlah. Mungkin berkulit putih dan bermata biru, seperti kebanyakan orang Eropa yang pernah kulihat," jawab Hotaru.
Mereka bertiga memang belum mengetahui seperti apa orang Italia yang bernama Arvonso itu. Karena itu, mereka pun berniat meminta pada Yuan untuk mempertemukan mereka.
***
Yuan sampai di kantornya tepat waktu dan langsung menuju tempat kerjanya. Dia sangat fokus dengan pekerjaannya. Lalu pada saat waktu istirahat, Arvonso pun mengajaknya makan siang di luar kantor.
Yuan sebenarnya ingin memakan bekal sisa sarapan yang ia buat tadi. Karena itu, dia mencoba menolak ajakan Arvonso.
"Kau bawa bekal, ya?" tanya Arvonso.
Yuan pun mengiyakan.
"Ya sudah. Aku mengajak pacarku saja. Pacarku dari dunia ini, lho. Sampai nanti," ucap Arvonso.
Arvonso pun langsung pergi meninggalkan Yuan.
"Hah? Dia punya pacar? Dari dunia ini? Padahal baru beberapa hari aku dan dia ada di dunia ini," batin Yuan.
Yuan pun memakal bekal yang ia bawa.
Lalu, dia pun melanjutkan bekerja. Waktu pun berlalu. Setelah seharian bekerja, dia pun sudah bisa pulang. Kebetulan, Arvonso juga baru saja menyelesaikan pekerjaannya.
Yuan pun menghampirinya.
"Hei, Arvonso. Apa kau mau mampir sebentar ke rumahku?" tanya Yuan.
"Hah? Aku ini sudah punya pacar. Kau tidak usah berharap banyak, hehe," ucap Arvonso sambil tertawa.
"Aku punya tiga adik angkat di rumahku. Mereka ingin bertemu denganmu. Ditambah lagi, mereka juga berasal dari dunia nyata."
"Oh, ternyata. Aku ajak pacarku juga, ya?"
"Terserah," jawab Yuan yang merasa sedikit kesal.
Arvonso dan pacarnya pun berencana pergi ke rumah Yuan. Pacar Arvonso adalah penduduk asli kota Asvon, yang bernama Qiura Annardzon. Qiura merupakan seorang wanita muda yang sangat cantik dan kalem, dengan jas hitam yang mencerminkan seorang wanita karir yang sukses.
"Oh, iya. Namaku Qiura. Kau temannya Arvonso, ya?" kata Qiura.
"Iya. Namaku Lim Xat Yuan. Panggil saja Yuan."
"Oh, baiklah."
"Qiura, kau kelihatan masih sangat muda. Usiamu berapa?" tanya Yuan.
"Oh, umurku 23 tahun. Kalau Yuan? Kau juga kelihatan lebih muda dariku," jawab Qiura sambil memuji Yuan.
"Ah, tidak. Aku berumur 25 tahun. Kau masih muda tetapi jabatanmu direktur? Hebat sekali."
Mereka berdua pun terus berjalan sambil berbincang-bincang. Sementara itu, Arvonso memilih diam karena dia tak paham obrolan wanita.
Setelah berjalan lama, mereka pun sampai. Waktu masih jam sembilan malam. Yuan pun teringat kalau dia dan Elias serta adiknya yang lain akan mengajaknya jalan-jalan. Yuan pun berpikir untuk mengundurnya menjadi besok malam.
Yuan pun membuka pintu rumahnya.
"Kak Yuan, selamat datang. Eh, ada tamu ternyata. Silahkan masuk," ucap Hotaru.
Hotaru pun mempersilahkan Yuan dan dua orang teman kerjanya untuk masuk.
Lalu, mereka semua pun duduk di kursi yang ada di meja makan. Hotaru pun menghidangkan makanan yang telah ia masak.
"Wah, terima kasih suguhannya. Kelihatannya enak," puji Qiura.
"Silahkan dimakan. Elias dan Ibrahim juga," ucap Hotaru.
Mereka semua pun memakan hidangan yang telah disediakan. Setelah semuanya selesai, Yuan pun memperkenalkan Arvonso dan Qiura pada adik-adiknya.
"Laki-laki ini adalah Arvonso Luigina. Dia orang yang berasal dari Italia," kata Yuan.
Elias, Hotaru, dan Ibrahim pun memperkenalkan diri mereka masing-masing.
"Weh, Arvonso dari Italia? Perkenalkan, aku Qiura Annardzon. Pacarnya Arvonso," tukas Qiura dengan senyuman di wajahnya.
"Memangnya kau tahu Italia, Qiura?" tanya Arvonso pada Qiura.
Qiura pun menggelengkan kepala. Lalu setelah mereka saling memperkenalkan diri, mereka pun saling berbicara tentang kekuatan dan dunia nyata.
Qiura pun mencoba mengikuti obrolan mereka. Namun, obrolan mereka semua terasa aneh. Qiura pun mencoba untuk bertanya.
"Maaf, apa yang kalian obrolkan? Aku sama sekali tidak paham."
Yuan dan Arvonso pun berhenti mengobrol. Yuan dan Arvonso seakan lupa kalau Qiura adalah orang asli Kota Asvon.
"Kita bicara tentang dunia nyata, kak Qiura. Bagaimana dengan kekuatan kak Qiura?" ucap Elias dengan bahasa Asvon yang telah ia kuasai.
Qiura pun bingung. Lalu, Yuan pun memberitahu adik-adiknya bahwa Qiura adalah orang asli Kota Asvon.
Arvonso pun memberitahu semuanya kepada Qiura. Arvonso pun berkata bahwa dia berasal dari dunia lain dan juga memiliki kemampuan spesial dan kekuatan.
"Dari dunia lain? Kemampuan spesial? Kekuatan? Ah, aku tak paham. Apa kalian sedang membicarakan sebuah kartun?" tanya Qiura.
Bukannya mengiyakan, Yuan malah meminta Hotaru untuk menggambar sebuah benda mati. Hotaru lalu menggambar setangkai bunga mawar, lalu muncullah bunga mawar diatas kertas gambarnya.
"Wow, keren. Apa itu sulap?" tanya Qiura pada Hotaru.
Hotaru pun menjawab bahwa itu adalah kemampuan spesialnya. Sebenarnya Yuan ingin Ibrahim menunjukkan kekuatannya. Namun karena Ibrahim takut pada api, Yuan pun tidak bisa memaksa. Yuan pun meminta Elias dan Ibrahim memberitahukan kekuatan mereka pada Qiura.
"Begitu, ya. Kalian semacam alien. Hihihi," kata Qiura sambil tertawa.
Setelah itu, Yuan mencoba membaca pikiran Qiura. Yuan pun mengetahui kalau Qiura belum sepenuhnya percaya dan akan menanyakan kekuatan yang dimiliki Arvonso.
Belum sempat Qiura bertanya pada Arvonso, Yuan pun langsung berbicara.
"Hei, Qiura. Kau akan bertanya pada Arvonso mengenai kekuatan Arvonso, kan? Dia itu tidak punya kekuatan, melainkan dia menjadi orang yang jenius."
"Iyakah? Tapi, kenapa kau tahu aku akan menanyakan itu pada Arvonso?"
"Karena aku bisa membaca pikiran orang lain. Itulah kekuatanku."
Arvonso pun mencoba meyakinkan Qiura. Qiura pun akhirnya mempercayai Arvonso dan mereka semua. Qiura juga berjanji tidak menceritakan hal itu pada siapapun.
Hari sudah larut malam. Karena itu, Qiura dan Arvonso memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Arvonso mengantar Qiura sampai ke rumahnya.
"Sampai besok, Arvonso!" ucap Qiura sambil melambaikan tangan.
Lalu Arvonso pulang ke rumahnya.
nice story
Comment on chapter Dunia yang Berbeda