Hidup di negri Verania tidak seperti hidup di duniaku dulu, negri ini penuh dengan hal aneh dan tak bisa di bayangkan, aku sendiri heran bagaimana aku bisa berada di negri ini dan nahasnya aku langsung di buru oleh Soul Hunter, bahkan yang mengejutkannya aku memiliki keluarga di sini, aku tidak yakin tapi mereka memanggil ku Inaya, yah nama yang bagus, lagi pula aku juga lupa dengan namaku sendiri. Mendapat nama baru itu cukup memyenangkan, dan yang membuatku tercengang, mereka adalah para pembasmi Soul Hunter yang bernama S.o.S, dan aku adalah mangsa buruan.
Soul Hunter adalah sekelompok mahluk yang mengincar jiwa-jiwa tak berdosa, mereka menghisap jiwa yang lemah dan penakut, mereka akan menghisap sampai seseorang itu menjadi abu. Mereka bisa muncul di mana saja dan kapanpun, mereka berbentuk asap hitam lekat dan sangat ganas, jika lengah sedikit yakinlah jiwamu akan lenyap.
Entah kenapa para Soul Hunter itu sangat ingin memakan jiwaku, dan lagi setiap kali aku berjalan sendiri, tidak lebih dari dua atau tiga Soul Hunter akan mengejar dan menyerangku. Huft, itu selalu membuang tenagaku.
Kini aku sedang berjalan di pinggiran kota,mungkin berjalan-jalan sebentar bisa menenangkan diriku yang lelah ini,bbelum berapa lama aku berjan tiba-tiba...
Craasshh!!
Aku terkaget dengan tebasan tiba-tiba itu, mataku membulat lebar, barusan kilatan bercahaya itu, itu adalah pedang milik Erick.
Aku menoleh ke belakang,dan betapa terkejutnya aku, melihat dua Soul Hunter meleleh menjadi cairan hitam dan didepannya berdiri seseorang dengan pedang besarnya, benar itu adalah Erick, ia menatap ku datar dan menyandarkan pedangnya di bahu, mata hijaunya menatapku lekat.
"Inaya, kemana rasa pekamu? Kalau tak ada aku tadi, sudah pasti kau akan jadi abu."
Kata-kata nya membuyarkanku dari terbengong yang cukup lama.
Erick, dia adalah saudaraku yang paling dingin dan menyebalkan di negri ini, ia kuat dan hebat, gerakannya cepat dan aku selalu merasa terlindungi jika didekatnya, itu cukup nyaman. Menyebalkannya ia sangat dingin dan pendiam, tapi sekali berbicara itu sangat menyebalkan.
"Itu, aku sangat lelah Erick, dalam sehari ini aku sudah bersembunyi 13 kali dari kejaran Soul Hunter, aagghh!! Aku lelah!!"
Aku hampir berteriak frustasi, bayangkan saja aku harus berlari dan sembunyi sampai 13 kali dari para Soul Hunter, tenaga ku sudah hampir habis, sampai rasanya rasa pekaku sudah hilang, aku tak merasa apapun sekarang.
"Berisik, kenapa kau tidak pulang, malah jalan-jalan disini? Merepotkan sekali."
Apa katanya? Merepotkan? Apa dia serius dengan ucapannya?! Benar, inilah yang tidak kusuka dari Erick,dia terlalu malas untuk mencariku jika aku hilang tapi ia tetap mencari, menyebalkan nya dia.
"Kalau tidak mau cari, kenapa mencariku? Kenapa tidak suruh Alen, atau Fiori. Huh.."
aku mendengus kesal, dia selalu saja begitu, aku ini berbeda dari dia dan saudaraku yang lain. Aku tidak memiliki kemampuan seperti mereka yang hebat dalam membasmi Soul Hunter, malah aku yang jadi sasaran Soul Hunter, menyebalkannya dia selalu mengeluh jika mencariku.
"Mereka sibuk, kau fikir cuma kau yang butuh di selamatkan dari kejaran Soul Hunter? Kebetulan saja aku sedang senggang."
Pembohong! Dasar, alasannya terlalu mainstream,aku sudah sering dengar.
"Sudahlah... aku mau pulang, kalau mau membasmi Soul Hunter, pergi sana, aku akan pulang sendiri jika aku sampai rumah dalam bentuk abu, kau yang akan di basmi Ayah."
Aku berbalik melangkah pergi, sekarang rasakan ancamanku, memangnya cuma dia saja yang bisa mengancam dan bicara seenaknya, dasar menyebalkan.
"Anak kecil kemarin sore sudah berani mengancam ya, awas kau.."
sial dia akan beraksi, oh tidak aku harus lari sebelum ia menangkapku, menurutku dia lebih seram dari para Soul Hunter.
"Kyaaa!! Erick menyeramkan!!"
Aku berlari lebih kencang,aku tidak mau di tangkap, dia akan membuatku berantakan sebelum sampai rumah.
Aku berlari sekuat yang ku bisa,tenagaku benar-benar habis sekarang, astaga, rasanya aku mau jatuh, tidak, aku tidak akan berhenti, rumah ada di depan sana dan aku pasti bisa sampai dengan kakiku sendiri. Aku terus berlari dengan Erick masih mengejar di blakangku.
"Kyaa!! Ayah! Tolong aku!!"
Aku melihat Ayah sedang menyiram bunga Dandelion miliknya, syukurlah aku bisa lolos dari Erick yang menyebalkan itu.
"Ayah!!"
Laki-laki yang ku panggil ayah itu menoleh dengan wajah bingungnya. Dia adalah ayahku di negri ini, tegas dan baik hati, juga sama pendiamnya seperti Erick, tapi aku menyukai ayah, dia sangat peduli dan mementingkan keluarganya terlebih dulu, kadang sikapnya bisa sangat ceria seperti Fiori.
Aku bersembunyi di balik punggung ayah, Erick berhenti mendadak tepat di depan ayah, sungguh nyali nya akan menciut jika berhadapan dengan ayahnya, rasakan.
"Ada apa Inaya?,Erick..."
"Ayah, Erick menyebalkan!!"
"Tidak, aku tidak melakukan apapun,,"
"Bohong ayah! Dia akan memakanku."
Aku masih bersembunyi di balik punggung ayah. Lihat saja wajahnya sudah pucat, Erick tidak akan bisa menentang kata Ayah jadi ia akan kikuk sekarang, ayolah aku ingin lihat wajahnya memerah karna takut sekarang.
"Jelaskan pada ayah apa yang terjadi sebenarnya... Inaya, ayo masuk dan bantu Alen di dalam."
"Baik ayah.."
Aku masuk ke dalam, ah sial ayah menyuruhku masuk padahal aku ingin lihat wajah Erick yang ketakutan.
Di dalam aku melihat Fiori dan Alen sedang membawa beberapa senjata ke dalam gudang. Terlihat mereka sangat sibuk sekarang.
"Oh,Inaya kau sudah pulang??" Sapa Alen melihatku sekilas, ia sedang membawa beberapa pedang dan panah.
"Ya,aku disini. Barang dari mana ini? Banyak sekali." Aku melihat-lihat semua senjata itu semuanya bercahaya dan bagus.
"Kiriman senjata dari pusat. Apa kau mau satu?" Tanya Fiori.
Aku menggeleng. Menggunakan nya saja aku tidak bisa,aku melihat Fiori memegang sebilah belati,warnanya sangat bagus,dengan ukiran naga emas,rasanya aku tertarik dengan belati itu.
"Fiori,apa itu belati mu?" Aku duduk di sampingnya.
"Bukan,aku baru saja menemukannya..indah bukan? Apa kau mau?" Fiori menyodorkannya padaku. Aku ingin menolak tapi hatiku menginginkan belati itu,
"Apa boleh?"
Plak!
"Haha.... Tentu saja saudariku!! Ambilah.."
Sial ini sakit sekali. Kenapa juga harus mukul?! Meski dia hanya bercanda tapi jujur saja,meski begitu pukulannya benar-benar kuat dan sakit.
Fiori adalah gadis tomboy dan ceria,ia paling hebat dalam menggunakan tehnik dua pedang,kadang sembrono tapi menyenangkan,dia adalah perempuan satu-satunya dikeluarga ini selain aku tentunya,ia yang paling menyenangkan dari semua saudaraku.
"Kau seperti biasa... menyiksa ku dulu baru membuatku senang.." aku mengelus pundakku yang sakit karna ulahnya
"Santai saja,Inaya... hm... gunakan belati itu dengan baik ya.. itu bagus untuk dirimu yang tidak pernah pegang senjata sebelumnya..."
ini yang ku suka darinya,penuh pengertian. Ah senangnya punya saudari seperti dia,meski agak aneh dan kasar sebagai perempuan,ia cukup baik dan perhatian.
"Tentu saja,aku akan mencoba melawan Soul Hunter dengan ini.." aku tersenyum bangga.
"Jangan senang dulu... kau yakin akan melawan Soul Hunter dengan itu? Yang ada jiwamu duluan yang lenyap." Alen keluar dari gudang dengan badan penuh debu,ah rasanya aku akan bersin sekarang.
Hatchi!!!
Benarkan aku akan bersin,huh hidungku gatal!! Alen membawa debu. Huft. Aku mengusap-usap hidung ku yang mulai gatal. Alergi ini menggangguku.
"Inaya,kau tak apa?" Fiori memegang pundakku aku hanya menggeleng. Rasanya aku akan bersin lagi setelah ini.
Hatchi... Hatchiii...
Bagus,debu nya sudah menyebar di hidungku.
"A-Alen... ganti bajumu..hidung..ku..Gatal!! Hatchiii...!!"
Aku kembali bersin kali ini sangat keras.
"Alergi lagi.. baiklah aku akan ganti baju." Alen berjalan santai ke arah kamarnya sambil menepuk-nepuk bajunya,oh tidak! Debunya akan mengotori hidungku.
"Alen,hentikan itu,debunya menyebar tuh!!" Aku berteriak sangat keras.
Alen,laki-laki itu hampir sama dengan Erick,sama-sama menyebalkannya. Sikapnya cuek dan tidak peduli,kalau bicara seenaknya,tapi entah kenapa ia selalu patuh dengan apa yang ku katakan,cukup baik. Ia sanga membenci Soul Hunter, dan ia akan dengan cepat memanah Soul Hunter jika melihatnya,matanya sangat tajam dan gerakannya gesit. Anggap saja seekor kelinci. Seperti kelinci juga ia sangat lucu.
"Fiori,dimana ibu?" Aku menoleh ke seluruh ruangan,kelihatannya ibu tidak ada di rumah.
"Ibu sedang pergi... katanya akan menemui Tn.Sam aku tidak tau itu siapa... tapi kelihatan penting." Ibu menemui seseorang,tidak biasanya. Tapi,ibu memang seperti itu selalu sibuk,dan ibu sangat hebat jika berhadapan dengan Soul Hunter.
"Oh ya,kenapa kalian tidak berkeliling kota seperti biasa? Bukankah banyak Soul Hunter diluaran sana.."
"Tidak,akhir-akhir ini jarang ada Soul Hunter,"
"Kecuali ada dirimu, Inaya"
Alen sudah mengganti bajunya,ia bilang kecuali ada aku? Itu artinya Soul Hunter hanya akan muncul jika aku berkeliaran? Astaga,seakan aku ini adalah makanan paling lezat didunia?!
"Alen,itu menyakiti hatiku... apa mereka tidak akan memakan jiwa orang lain?! Hanya aku? Ck,dasar.memang selezat apa jiwaku sampai mereka ingin memangsaku"
Aku mengerucutkan bibirku,dia selalu begitu,Kata-katanya selalu tidak mengenakan.
"Selezat pizza dan ayam goreng!!" Fiori dan Alen berteriak bersamaan.
Apa-apaan mereka ini,sekongkol meledek ku hah?
"Apa kalian bilang, huh... menyebalkan!!" Aku berjalan ke arah kamarku,tidak lupa aku membawa belati yang tadi diberikan oleh Fiori.