Orang-orang bilang masa sekolah itu adalah masa yang paling indah. Indah karena bisa punya teman yang banyak, bisa dapet gebetan dan kalo hoki bisa jadian. Tapi, tidak menutup kemungkinan bisa menjadi wadah bagi para kaum adam untuk berkreasi menciptakan sebuah julukan bagi teman sepermainannya.
Biasanya hal ini terjadi pada laki-laki, yang namanya bagus dan berkelas, bisa berubah menjadi seperti nama mas-mas dengan kearifan lokal yang sangat kental. Musibah tak diinginkan itu terjadi pada gue. Kenapa disebut musibah? Jelaslah, gue itu murid perempuan normal dan tidak terlalu terkenal di sekolah. Nama asli gue Sandra Junita tapi dijulukin Junet. Nama gue ama mba laundry sebelah komplek masih bagusan dia kali, Intan.
Semua berawal ketika gue duduk dikelas 3 SMP, saat itu ada tiga murid laki-laki yang terkenal badung dan berisik. Sialnya, gue sekelas sama mereka dan duduk di antara mereka selama sebulan. Mari kita sebut mereka Dadi, Didi, dan Dada. Suatu hari ditengah pelajaran mereka ngepung gue dan nanya,
“San, cita-cita lo apa?” tanya Dadi.
“Artis!” Jawab gue asal.
“Wah gila!” Jawab si Didi kagum tapi dengan nada mengejek.
“Artis apaan?” tanya Dada.
Gue memutarbalikkan bola mata tanda jengkel. Sebelum menjawab pertanyaan mereka gue berdecak pelan.
“Gatau ah, mau tau aja.” Jawab gue dengan nada seperti kebanyakan perempuan yang lagi diusilin sama murid laki-laki.
“Udah, lo jadi SPG aja! SPG rokok!” Jawab si Dadi menimpali disusul gelak tawa dari mereka bertiga.
Semenjak itu, tanpa sadar nama SPG rokok menjadi nama yang melekat di diri gue, cuma dua tipe orang yang masih memanggil gue dengan nama asli, guru dan keluarga.
Lama-kelamaan si Dadi, Didi, dan Dada mungkin lelah memanggil gue dengan nama SPG rokok, akhirnya mereka mencari nama lain, muncullah Junaedi. Gue mikir, makin ngaco aja nama gue. Waktu itu, gue cuma bisa pasrah sama itu tiga manusia, karena emang gue pasti kalah bawel dan mereka punya pasukan cadangan yang lebih banyak dan siap memviralkan nama Junaedi di sekolah.
Hanya berseling beberapa hari, otak mereka makin cemerlang. Mereka membuat nama yang lebih efektif, singkat, dan padat. Junet. Sial. Semenjak itu, orang-orang selalu memanggil gue dengan awalan, Jun dan Net.
“Net, geseran dong.”
“Jun, pinjem buku mtk dong.”
“Pagiiii Junettt.”
Apalah daya. Gue hanya mampu menimpali, “Junet Junet aja lo.”
Ada satu hal yang membuat gue sedikit miris. Ketika gue kenalan sama orang baru atau ada guru baru di sekolah.
“Ayo coba kamu berdiri, perkenalin diri kamu.”
Gue bangun dong.
“Nama saya-“
Langsung serentak anak-anak sekelas, “JUNET MS! SPG ROKOK MS!”
Gue pasrah. Entah gue lagi di bully atau memang apa ya gue ga ngerti.
Hal ini terus berlanjut ketika gue masuk SMA. Jujur sih, memang ini salah gue. Gue malah masuk ke SMA yang sama dengan SMP. Jadi, sistemnya sekolah gue punya unit SMP sekaligus SMAnya. Harapan gue pupus. Nama Junet malah makin menyebarluas ketika gue SMA.
Ada dua pertanyaan yang paling sering ditanyain orang-orang baru ketika mereka pertama kali kenalan sama gue.
Satu. Kok bisa nama gue Junet?
Dua. Apa gue beneran pernah jadi SPG rokok?
Tapi, ada untungnya gue punya nama julukan. Dijamin lo bakal punya banyak kenalan dan dianggap anti baper atau tukang ngambek. Jadi alhasil ketika SMA gue masuk ke grup yang suka berisik di kelas. Ketika orang-orang yang memutuskan untuk manggil gue dengan nama Junet, pasti gue deket sama orang itu.
Beberapa bulan setelah itu, nama Junet kini naik level. Sebutan Junet gak cuma berlaku bagi kalangan anak-anak seumuran gue aja tapi udah nyebar sampe ke guru-guru.
“Junet, duduk!”
“Junet, UH ke dua dapet 50.”
“Jun, bantu saya ya bentar pulang sekolah.”
Gue inget banget, ada satu guru baru dulu, mungkin karena dia berusaha untuk lebih dekat dan akrab dengan murid-muridnya, salah satunya gue, suatu hari dia ngedatengin gue yang lagi jajan.
“San, kok kamu bisa sih namanya Junet?” tanya guru itu tiba-tiba.
Karena masih sopan gue jawab, “Iya Sir, biasa dulu anak-anak cowo iseng, eh malah keterusan hehe.” Jawab gue sambil cengengesan.
“Saya panggil nama kamu Junet aja ya, biar kita bisa makin deket.”
Mampus gue. Kalo nolak disangka kurang ajar. Kalo nerima, gue yang berat hati.
“Terserah Mr aja deh hehe.”
Setelah dari guru-guru, kini menyebar sampai ke tante kantin. Tiap kali ketemu di kantin, “Eh, junet beli lo makanan gue sini, ada menu baru.”
Masalahnya nih ya, suara itu tante kantin gede banget, alhasil adek-adek kelas gue tau dan ikut-ikutan manggil Junet. Wow, daebak!
Satu hal yang paling buat gue kesel yaitu ketika gue punya gebetan. Ketika gebetan nanya, “Ada ig ga San?”
Ya namanya gebetan ya, pasti dia stalk ig gue dong. Tiba-tiba, dia chat.
Nama lo Junet? HAHAHA.
Hah, tau dari mana?
Dari ig lo, temen-temen pada manggil lo junet, gue manggil lo Junet juga ya.
Eh, jangan dong.
*Si doi ngirim screenshot*
Ternyata, dia ganti nama username gue jadi Junet. Udah, pupus harapan gue buat ngedeketin doi.
Tapi, dari semua kejadian ajaib yang udah gue lalui selama bertahun-tahun dan mencoba bersyukur dengan nama Junet yang sudah melekat di diri sendiri. Gue mencoba mencari hikmah dan benefitnya, gue jadi banyak temen dan sekarang gue enjoy aja kok.
keep writing kak! hehe
Comment on chapter Bikin Malu Aja!