Loading...
Logo TinLit
Read Story - Anything For You
MENU
About Us  

 

Semenjak hari itu, selama dua hari penuh Lea nggak mau ketemu sama gue. Setiap gue senyum, mukanya cemberut, setiap gue datangin dia menghindar dan setiap gue cuekin dia malah tambah cuek. Gue bener-bener bingung, masa ya baru jadian sehari dia langsung marah besar dan mengacuhkan gue sekejam ini. Gue udah berusaha buat jelasin, tapi Lea sama sekali nggak mau dengerin gue. 

Memang dasar wanita! 

"Ini semua gara-gara gue, Lea jadi marah sama lo."

"Enggak papa kok, Fit. Anggap aja ini ujian buat gue," jawab gue lapang dada. Padahal dalam hati ya gue kesel banget. Lagian, dalam acara apa Fitri megang-megang tangan gue. Kalau buat kasih selamat, dengan sedikit senyum dan ucapan saja kan bisa. 

"Ya udah Fit, gue mau kesana dulu." Fitri mengangguk. Gue langsung ninggalin Fitri dan berjalan menuju kelas. 

Lea adalah salah satu orang yang buat gue jadi semangat ke sekolah, tapi sekarang dia lagi marah gue jadi males. Males karena setiap ketemu dia, wajah Lea berubah masam. Sedih. Seharusnya gue buat dia tersenyum, tapi malah membuatnya cemberut dan dongkol. 

Daren menyambut kedatangan gue, "Ke kantin yok!" ajak Daren. 

"Gue lagi nggak nafsu makan,"

"Seenggaknya nemenin gue. Lagipula, lo nggak mau ketemu Lea apa?" 

"Memangnya dia di kantin?"

"Iya lah. Tadi sih gue liat dia duduk sendirian sambil minum jus. Kasian, punya pacar tapi duduknya sendirian. Siapa sih pacarnya! Nggak becus!" sindir Daren denga lirikin mata seraya mengejek. Gue langsung nepuk pundak Daren lalu berjalan dengan semangat ke kantin. 

Sesampai di kantin, ada kerumunan orang yang tampak senang dan terhibur pada satu objek. Gue nggak peduli karena tujuan utama gue adalah Lea, tapi... Ternyata Lea lah yang jadi objek semua orang. 

Rupanya, ada satu cowok yang lagi menyatakan cinta secara publik kepada Lea. Sialan tuh orang! 

"Eleanor yang cantik, kamu bagaikan bidadari yang sayapnya tak dapat dilihat secara kasat mata! Kecantikanmu mengalahkan ratu kecantikan dan artis-artis Korea. Kaki ku melemah setiap melihatmu. Eleanor, apa kamu bersedia menjadi pacarku? Gue yakin! Lo bakal nyesel kalo nolak gue." Sialan! Belagu banget ni orang. 

Gue langsung maju ke depan dan menarik tangan Lea. Enak aja! Gue memelototi wajah laki-laki yang bernama Bara itu. Bara memang memiliki wajah yang lumayan, tapi sebagai cowok dia adalah anak yang alay. Mendingan juga gue. 

"Eh kotoran cicak! Enak aja lo nyatain perasaan sama pacar gue! Ingat ya! Eleanor ini milik gue!"

"Ed..." Tangan Lea menyambut lengan gue. 

"Kamu diam, biar aku yang nanganin cowok gak tau diri ini! Eh sikat kawat! Lo berani-beraninya bikin pacar gue malu dan jadi bahan perhatian banyak orang,"

"Edgar..."

"Santai saja Lea, gue bakal lindungin elo, lo nggak usah khawatir. Apapun bakal gue berikan buat keselamatan fisik dan harga diri lo," jawab gue tulus dari hati. Ngomong-ngomong, gue sampai lupa, kalau sebenarnya harusnya pakai aku-kamu bukan lo-gue. 

"Edgar sebenarnya dia,"

"Ohh... Dasar cicak kering!" Bagai orang kesetanan gue menarik kerah Bara. Namun Lea menarik-narik badan gue. Karena gue mengacuhkan tarikan itu, seketika Lea memeluk pinggang gue. Saat itu juga gue rasanya seperti membeku. Entah darah gue masih berjalan apa engga, yang jelas gue gak tau harus apa. Ini cewek, meluk gue di depan banyak orang. 

Sorakan dari teman-teman menggema di telinga. Gue yakin para jombloness pasti baper. Lea narik gue keluar dari kerumunan. Tangannya terasa lembut, matanya menatap gue sehingga gue menemukan ketenangan kala itu. Entah kemana dia bakal bawa gue, gue senang. Bawa saja gue jauh-jauh, asalkan di ujungnya gue bakal berduaan sama dia. 

"Kamu itu kenapa sih nggak mau dengerin aku?" Kirain bakal ada momen romantis. Tau-taunya, dia masih ngomel kayak biasanya. Tapi setidaknya ini lebih baik, daripada dia cuma diam? Malah bikin suasana mendadak horor. Diamnya cewek itu berarti tanda kalau kita lagi ada salah sama mereka. 

"Apa yang aku nggak dengerin, Lea? Selama ini aja kamu cuma diam aja." Faktanya! Lea yang nggak mau dengerin gue. Tapi sekarang dia malah bersikap seolah dia yang tertindas. Ah, dasar cewek. 

"Tadi! Kamu tau nggak sih, tadi itu Bara ngapain?"

"Kok kamu jadi belain dia?" ucapku dengan nada kesal. 

Lea mendadak memasang muka sedih. Nggak biasanya dia kayak gini. Pasti ada gue salah lagi. Ah... Salah aja terus! 

"Kok kamu jadi kasar sama aku?"
"Aku nggak ada kasar sama kamu, Lea." 

Memangnya tadi aku ada ngomong kasar? Aku cuma...  

"Tadi! Aku itu nggak belain Bara! Tapi kamu yang salah! Kamu nggak tau apa-apa. Bara itu cuma latihan drama sama aku, buat tugas bahasa Indonesia. Kamu malah langsung marah-marah aja! Kan kasian Bara!" Panjang banget kayak jalan anyer sampai panarukan! Sekalinya ngomel panjang bener! 

Tapi, apa bener tadi gue salah paham? Lagian, kalau dilihat dari kondisinya, mereka nggak kelihatan kayak latihan. Ya bagaimana mau mengambil kesimpulan?

"Kenapa harus latihan di kantin? Memang nggak ada tempat lain?" jawab gue sinis. 

"Ya terserah kami mau latihan dimana, kok kamu sewot!" jawabnya hampir membuat gunung di kepala gue meletus. Nih anak! 

"Oke.. Oke.. Lupain masalah itu. Aku ngaku salah. Sekarang dengerin aku soal masalah yang sebelumnya," Lea berkacak pinggang, matanya menatap entah kemana. 

"Aku sama Fitri nggak ada apa-apa. Kemarin itu dia pegang tanganku, karena mau kasih selamat buat hubungan kita. Kamu seharusnya waktu itu jangan salah paham, lalu marah tanpa tau apa-apa. Kalau kayak begitu, siapa yang susah? Kan kita juga? Lain kali, dengerin penjelasanku. Jangan terus menghindar, nanti yang ada masalahnya nggak selesai-selesai." jawabku panjang lebar. Lea hanya mengangguk-ngangguk 

"Jadi, jangan marah lagi ya,"

"Tapi kamu beneran nggak main cewek kan?"

"Enggaklah! Aku sudah beruntung banget punya kamu. Jadi nggak perlu cari yang lain, cukup menjaga apa yang aku miliki, dan itu kamu, sayang." Seketika senyuman manis terbentuk di bibir merah Lea. Ia menatapku dengan ceria. 

"Tapi ingat!" Seketika wajahnya berubah serius. 

"Kalau sekali kamu ketahuan selingkuh, akan aku pastikan kamu tidak akan pernah sedetik pun melihat wajahku." Ngeri banget! Apa dia mau bunuh diri jika aku selingkuh? 

"Kamu mau bunuh diri?"

"Enggak! Tapi kamu yang bakal aku bunuh!" Eh buset deh! Lama-lama ni cewek bisa jadi psikopat.

Tapi anggap aja itu motivasi biar gue selalu setia dengannya. Semangat! Walau dapat ancaman yang mengerikan dari pacar sendiri. 

"Yang, aku mau makan ice cream rasa vanila." pinta Lea seketika. 

Ah... Apa sih yang nggak, buat kekasih gue yang sangat...... Gue sayangi ini?

Thanks sudah baca... 
Seee you next chapter. 

Erii Ying

Babay...  πŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜Š

​​​​​​​

How do you feel about this chapter?

0 2 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (6)
  • Eriiyingg

    Hehehehhe... Enggak apa ada sedihnya sedikit πŸ˜‚πŸ˜‚

    Comment on chapter Part1
  • zufniviandhany24

    Waah.. Ini bukannya lucu, jatoh ceritanya malah sedih ya kakπŸ˜‚
    Jangan lupa mampir dicerita aku ya kak "Phsycopath vs Indigo"😁

    Comment on chapter Part1
  • Pat

    Hahahaha kocak nih Kakak Lea, Cerewet tapi tetap cantik.

    Comment on chapter Part1
  • Eriiyingg

    Ayooo bacaaa

    Comment on chapter Part1
  • Eriiyingg

    Terima kasihhh...

    Comment on chapter Prolog
  • Pat

    Renyah banget nih!!!

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags