Hai, nama gue Edgar. Cowok tulen doyan bernafas dan naksir sama cewek. Oh ya, kali ini gue mau cerita pengalaman selama punya pacar. Iya, punya pacar! Gue punya pacar, namanya Eleanor. Kayak nama orang-orang blasteran kan? Iya memang dia itu anak blaster, ayah dia orang Jerman, dan ibu dia orang Indonesia itupun campur Belanda. Elah... Penuh dengan campuran. Gue sih manggilnya Lea doang. Lebih simple.
Kenapa gue tertarik cerita soal ni pacar gue? Iya gue ngerasa hubungan cinta antara gue dan Lea itu unik gitu ya. Gue orangnya penurut karena sayang sama dia, sedangkan Lea hobi banget nindas gue karena gue sayang sama dia.
Tapi, dia selalu bilang kalau misalnya dia marah terus negur gue, ngomel-ngomel itu tanda kalau dia sayang sama gue. Kayak ibu-ibu aja.
Tapi, ya masa setiap hari sih dia ngomel-ngomel? Telinga gue kan sakit. Dikira ini telinga terbuat dari baja gitu ya, sampe kuat? Untungnya sayang, kalau enggak mah, udah gue transfer dia ke planet Mars. Habis, dibumi cuma bikin pusing.
Awal mulanya, gue suka sama Lea karena dia itu orangnya pendiam. Dia jarang ngomong, apalagi kan dia itu murid pindahan, jadi saat itu masih belum punya teman. Padahal, banyak yang mau dekat sama dia. Kelihatan keren gitu kali ya, temenan sama bule.
Gue sih udah suka dari pandangan pertama, waktu itu rambutnya terbang ditiup angin, tangannya dengan perlahan membenahi rambutnya yang mulai berantakan. Saat itu mata kami bertemu sejenak, aku tersenyum tapi Lea cuma menatap saja tanpa membalas senyumanku. Saat berjalan, ada laki-laki yang menghampirinya, entah apa yang dibicarakan laki-laki itu, tapi Lea cuma diam. Jangankan membalas ucapan, ia sama sekali tidak menoleh.
Saat itu juga aku berpikir, Lea pasti akan sangat sulit untuk ditaklukkan. Tapi, justru itulah tantangannya. Jika aku berhasil mendapatkannya, maka aku pasti hebat sekali. Hehehehehe....
Tapi...
"Putri Meghan Eleanor, aku.. Aku.."
"Apa?" tanya Lea saat sedang membaca buku dan aku datang menemuinya untuk menyatakan perasaan.
Kakiku lemah, jantungku berdebar-debar saat mata coklat Lea menatapku, sedetik kemudian ia kembali pada bacaanya dan membolak-balik halamannya. Firasatku mengatakan, jika pengakuan ini akan ditolak mentah-mentah.
"Aku.. Suka sama kamu, Lea. Kamu orangnya cuek. Aku suka."
Mungkin bego bener ya alasanku. Dari sekian banyak alasan, misalnya kamu cantik, kamu baik, atau kamu pintar. Aku malah milih, kamu cuek? Bodoh sekali.
Lea menutup halaman bukunya dengan kuat, ia berdiri lalu menatapku dari atas ke bawah. Bibirnya berubah-ubah bentuk, kepalanya mengangguk-ngangguk, rasanya aku mau pergi saja sebelum sakit hati mendengar penolakan.
"Kalau kamu suka sama aku, terus urusan aku apa?" Kok dia malah pakai aku-kamu sih?
"Ya, aku mau nawarin diri buat jadi pacar kamu," Yaelah.. Jadi kayak salles aja. Nawarin barang, kali yak!
Tapi ya namanya juga gue nggak berpengalaman nembak cewek. Jadi, ya wajar aja rada aneh pas nembaknya.
"Boleh.."
Gue diterima? Semudah itu gue diterima? Nggak nyangka! Dari sekian banyak orang yang mengincar dia, malah aku yang keterima? Wah..
"Tapi...." Ets, ternyata belum selesai. Nah, dari sini lah semuanya dimulai. Hal-hal buruk namun manis menimpaku. Hal-hal yang aku pikir membahagiakan, ternyata mencekik dan hampir membuatku terbunuh. Tapi tak apalah, semua ini karena cinta.
"Kamu harus selalu ada di saat aku butuh, nggak boleh membentak apalagi sampai bersikap kasar, terus harus selalu nurutin apa yang aku mau, dan yang penting jangan pernah mendua. Aku benci cowok yang selingkuh." Yaelah, ini mah kekerasan namanya. Tapi akan aku usahakan dulu.
"Iya akan aku usahakan."
"Apa? Jadi kamu nggak serius sama aku." Emang aku salah ngomong ya?
"Ya serius, makanya akan aku usahakan buat kamu,"
"Harusnya kamu janji kalau kamu bakal ngelakuin itu buat aku, apapun yang terjadi! Jangan bilang akan diusakan, kalau ternyata usahamu tiba-tiba nggak membuahkan hasil, gimana? Kan repot!" MasyaAllah.. Galak bener ni cewek. Baru aja satu menit yang lalu nerima cinta gue. Masa sekarang udah kena semprot.
"I... Iya, aku akan lakukan yang terbaik buat kamu. Karena aku sayang kamu, aku janji."
"Nah, gitu kan enak dengernya. Em, aku haus nih. Beliin minum dong. Jangan yang dingin, ya? Terus jangan yang manis-manis juga."
Aku menarik nafas panjang, "Kamu nggak suka aku suruh-suruh?" Matanya langsung melotot.
"Bukan gitu Lea. Yaudah, mana uangnya?"
"Pakai uang kamu lah... Katanya sayang, masa beliin minum aja nggak mau korban duit. Buaya buntung dong jadinya." Seketika aku ingin pingsan karenanya!!
Jadi beginilah semuanya dimulai.
Edgar.
***
Hai.. Hai..
Gue mau buat cerita nuansa baru nih. Biar nggak boring waktu nulis. Semoga kalian terhibur ya.
Salam kece dari penulis norak.
Erii Ying..
Hehehehhe... Enggak apa ada sedihnya sedikit ππ
Comment on chapter Part1