Read More >>"> La Nuit (ke Sebelas) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - La Nuit
MENU
About Us  

3 hari kemudian

“Diberitahukan kepada siswi bernama Gemilang Feronnika kelas 11 Ipa 2, tolong menghadap kepada pak Gerno, di ruangannya. Sekali lagi untuk siswi Gemilang, ditunggu di ruang BP. Terimakasih” suara yang keluar dari speaker, pada masing-masing kelas.

Gemi mendengus, kepalanya di sandarkan dimeja, mengadap Gissel yang sedang mengemut permen pingpongnya. Ren mengetuk-ngetuk meja dengan jari telunjuknya. Masalah tentang Gemi bolos 3 hari tanpa keterangan, dan diketahui oleh salah satu guru kalau Gemi berkerja di kantor sebagai Office boy. Menjadi trending topic disekolahan.

Gemi berdiri, membuat gesekan antara kursi dan lantai. Ren dan Gissel menoleh arah Gemi. yang sudah siap mendengar ceramah sang guru yang benar-benar disegani di sekolah ini. Gemi menarik napas dan membuangnya dengan perlahan. Waktu masih dalam jam pelajaran, tetapi kelas Gemi tidak diajar karena gurunya berhalangan masuk.

Perjalan di koridor, semua tatapan mengarah pada Gemi. pikiran Gemi hanya mematangkan jawaban yang akan diberikan sang BP pada Gemi. dan hari ini pula, Gemi sudah tidak berkerja di perusahan Handoko.

Pintu putih dengan knop pintu gold. Gemi mengetuk pintu dan membuka. Matanya sudah menemukan sang raja yang sedang duduk di singgahnya. Dengan wajah menunduk, Gemi mendekati meja pak Gerno. Tangan bergetar dan bibir bawah digigit.

 

“Silahkan duduk” ucap pak Gerno.

“Ba-baik” jawab Gemi, tergagap.

“Saya sangat kecewa pada kamu Gemi. bahkan saya sangat benar-benar merasa terhina. Kenapa kamu melakukan hal itu? Kenapa kamu tidak memberi tau kalau kamu sedang butuh biaya, untuk pengobatan orang tua mu” kata pak Gerno.

 

Gemi membulatkan matanya. Getaran ditubuhnya, menghilang seketika. Dan pertanyaan yang dilontarkan pak Gerno, benar-benar tidak terpikirkan oleh Gemi.

“I-iya pak, maafkan saya”

“Pihak sekolah sudah menyalurkan biaya untuk mu. Dan itu cukup, jadi berhentilah untuk berkerja” ucap pak Gerno.

“Tapi pak”

“Pentingkan belajar dulu. Itu untuk masa depan mu, karir mu, jika kedua orang tuamu mengetahui hal ini, mereka akan kecewa pada mu”

“Baik pak”

“Silahkan kamu kembali ke kelas” perintah pak Gerno.

 

Gemi keluar dari ruangan. Napas Gemi sudah bebas, dan pertanyaan negative pada pikiranGemi benar-benar tidak ada pada Gerno. Tapi itu membuat Gemi sedikit kesal, karena selama Gemi berkerja disana belum mendapatkan bukti apapun.

Jam pelajaran ke 4. Yaitu, Pelajaran olahraga dikelas 11-2 ipa. Gemi, Ren dan Gissel sudah mengganti seragamnya dengan baju olahraga. Gissel masih menyimpan pernyataan, bahwa perusahaan Handoko, dibawah alih Akila. Suasana di ruang ganti, sudah sepi, tinggal Gissel, Ren dan Gemi.

Gissel memasukan seragamnya didalam loker, dan menutup pintu kecil itu sedikit terhentak, membuat Ren dan Gemi menatapnya.

“Ge, Ren. Sebenarnya, ini sedikit aneh, dan gue lupa ngasih tau lu berdua. Jadi pertama kita kekantor ayah Ren. Ada karyawan yang bicara, kalau perusahaan itu diambil alih oleh Akila, dan bokap, lu sekarang, sedangsakit” penjelasan Gissel, sedikit menunduk.

Ren mengerutkan keningnya. Mulutnya sedikit terbuka. Gemi pun begitu.

“Lu-itu-Gissel, apa itu benar?” tanya Ren, tergagap.

“Ya-iya” jawab Gissel.

Ren menatap Gemi, Gissel pun juga. Gemi menatap arah depan, tatapannya kosong, sampai ada satu siswi masuk dan menyuruh Gemi , Ren, dan Gissel segera menuju kelapangan.

 

 

Bel pulang sekolah berbunyi. Rencana untuk mendekati Akila akan dimulai, dan Gissel sudah siap untuk mendapatkan cacian maki dari Akila. Dalam perjalanan menuju Mall didaerah Jakarta, ponsel Gemi berdering, tertera nama pak Cau pada layar. Gemi menerima panggilan, diletakkan benda pipih itu ditelinga kanan Gemi.

“Ada apa pak” tanya Gemi.

“Gini ka, ada paket untuk kakak” jawab pak Cau, disebrang sana.

“Pak Cau di rumah atau rumah sakit?”

“Dirumah sakit ka”

“Kalau begitu, paketnya simpan di laci aja, pak” pintah Gemi.

“Baik ka” ucap pak Cau.

Gemi mematikan panggilan itu, dan menyuruh Gissel untuk memutar balik, menuju rumah sakit.

 

Setiba dirumah sakit. Gemi,Gissel, dan Ren, melangkah cepat keruangan rawat Irgi dan Resti. Membuka pintu VIP dengan cara digeser, dan langsung membuka laci ditengah ranjang antara Irgi dan Resti. Sebuah amplop coklat berukuran sedang, hanya berisi satu flashdisk/USB. Ekspresi wajah bingung, melihat flashdisk kecil berwarna hitam.

Gemi mengambil laptop Ren, dan mengecek isi dari USB itu. Hanya ada satu file video yang tersimpan. Gemi memutar video itu, terdapat satu wanita dan dua pria berada di dalam video itu.

“Saya ingin, mereka hidup dalam penderitaan. Seperti mereka melakukan hal yang sama seperti 20 tahun yang lalu. Ingat nama mereka Handoko dan Irgi. Buatlah hidup mereka perlahan demi perlahan menuju akhirnya” Ucap wanita berpakaian, jas putih, rok putih selutut, dan rambut diurai. Berbicara pada dua pria dengan postur tubuh besar.

“Baik bos” jawab 2 pria itu, bareng.

“Tapi, saat ini saya ingin kalian hanya mengintai mereka” kata wanita itu.

Video itu berakhir.

 

“Itu suara Akila. Dan kenapa om Irgi dia sebut, dan ayah gue? Masalah apa lagi ini?” kata Ren.

“Ini pentunjuk, kita harus tau siapa yang mengirim video ini. mungkin dia bisa membantu kita. Dan kita harus tahu masalah apa yang mereka buat 20 tahun yang lalu” ucap Gemi. menutup laptop. Menatap Irgi sang ayah, terbaring tidur di ranjang rumah sakit.

                                                 

Ren menggigit jarinya, rasa khawatir benar-benar terlihat diwajahnya. Kemudian dia mengambil ponsel untuk menelfon Weni, ibunya. Sedangkan Gissel, masih bingung dalam hal ini. matanya tak bisa diam, melirik kanan,kiri,atas,bawah, mencoba untuk mengerti hal ini.

 

 

       

Tahun 2016. Akhir tahun.(November)

Malam hari, pukul 19.45 wib. Jalanan sangat sepi dan sunyi, lampu jalan begitu redup, dan bulan tertutup oleh awan hitam yang sedang melintas. Angin kencang menghembus, buah kapuk, berjatuhan tak terkira.

“Mah, kita mau kemana. aku belum selesai untuk menyiapkan peralatan MPLS pertama” ucap gadis berkepang dua.

Weni menghentikan langkahnya, napasnya dihembuskan sangat kasar. Memegang wajah mungil Ren. “Ren, maafkan mamah, nanti kamu akan bertemu ayah tiri mu” ucap Weni.

Ren memundurkan langkahnya 2 kali. Mentapa mata Weni tak percaya. “Ma-mah, apa itu. Mamah bercandakan. Mamah gak mungkin ngelakuin itu kan? Se-sejak kapan mah” tanya Ren, wajah kecewa terlihat jelas, air mata sudah mengalir di pipi, cubby-nya.

“Maafkan mamah” jawab Weni. Memegang tangan Ren, tapi, dielak oleh Ren.

“Sejak kapan, mah?” tanya Ren.

“2 bulan setelah sidang” ucap Weni. Menelan ludahnya dengan susah payah.

“Itu sangat lama, dan mamah baru memberi tahu aku?”

“Maafkan mamah” Weni memeluk Ren, yang sudah berlinang air mata, begitu dengan Weni, isakan tangisnya terdengar.

 

Tahun 2018

Suara ketukan pintu, membangunkan tidur Ren, dan mengusap wajahnya, setetes air mata keluar, berdengus kesal, mengingat mimpi, yang menjadi bunga tidurnya.

Ren melihat jam dinding, waktu menunjukan pukul 06.30 wib. Kemudiian suara panggilan nama Ren terdengar kembali. Ren turun dari kasur dan menuju sumber suara. Diruang makan sudah terlihat ayah-ibu Ren, dan juga 2 perempuan yang sedang asik mengoles selai di roti.

“Gissel, Gemi. kenapa lu disini” tanya Ren, bernada bingung.

“Oh itu, tadi malam, Gissel temenin gue tidur dirumah sakit, terus tante Weni menelfon, untuk sarapan pagi disini” jawab Gemi, meletakkan roti yang sudah di letakkan selai.

“Tercyduk kau, disekolah gaya-gaya sok pendia---“ belum selesai Gissel berbicara, Gemi mengoles selai roti di mulut Gissel, kemudian mata Gemi melotot tajam, seperti singa ingin menerkam. Sedangkan Gissel ikut melolot menatap Gemi, kemudian mengusap selai dengan jari telunjuknya, dan menjilat jarinya yang terdapat selai.

Weni menatap Gemi dan Gissel, kemudian Ren. Weni meletakkan hidangan yang disantapan di meja makan. “Gemi Gissel. Kalian mau menginap di sini, selama tante dan om Doni keluar negeri” ucap Weni. Ren mengerutkan keningnya.

“Mamah mau pergi? Kenapa mamah gak bilang ke aku” tanya Ren.

“Tadi malam mamah ingin memberitahu, tapi kamunya kelihatan kecapean” jawab Weni “Gimana menurut kalian” lanjut Weni, bertanya pada Gemi dan Gissel.

“Kalau saya tidak bisa, karena tidak ada yang menjaga ayah dan bunda” ucap Gemi.

“Kalau Gissel sih bisa aja. Tapi aku kasihan sama Gemi, gak ada yang menemani dia dirumah sakit, katanya takut ada yang ngesot-ngesot gitu” kata Gissel, mencairkan suasana.

 

Weni hanya tersenyum. Gissel dan Gemi pun tertawa, sedangkan Ren hanya terdiam, asik dengan sarapan paginya.

“Mah, hari ini aku mau ke Girta” kata Ren.

Weni hanya mengangguk, sebagai jawaban.

 

“Girta siapa? Pacar lu Ren?” tanya Gissel.

“Terus siapa?”

Gissel dan Gemi, mengangguk dan bergumam oh, barsamaan.

“Kita boleh ikut” tanya Gemi. Ren hanya mengangguk.

 

 

Didepan gerbang yang tertulis Tempat Pemakaman Umum. Gemi membesarkan matanya, dan mengingat memori, dimana Gemi menguntit Ren. Sedangkan Gissel, menggidik ketakutan.

“Ohh.. jadi waktu itu, Ren kesini menemui kakaknya” ucap Gemi pelan, tapi masih terdengar oleh Ren.

“Lu pernah ngikutin gue? Kapan?” tanya Ren, membuat Gemi tersenyum seperti kuda.

“Yaa sejak. Eemm. Waktu itu, kapan ya gue lupa” jawab Gemi, gugup. Sebenarnya Gemi memang lupa, kapan dia menguntit Ren.

 

Ren melangkahkan kakinya terlebih dahulu. Menuju makam yang tertulis Girta Angga Perwira. Gemi melihat tanggal lahir dan wafatnya. Kemudian ikut duduk disisi pemakaman. Ren mengsuap kepala batu nisan.

“Ka, aku bawa teman, namanya Gemi dan Gissel. Aku juga bawa sesuatu untuk kakak” kata Ren, mengambil sebuah satu buket bunga tulip ungu, didalam tasnya.

“Ini favorit kakak. Bunga tulip warna ungu” lanjut Ren.

 

Ren meletakkan bunga tulip itu diatas tanah yang berunduk. Membersihkan daun-daun yang berada di sekitar pemakaman Girta, dan memberi doa setelah itu menebarkan bunga-bunga.

Waktu semakin siang, Gissel memberitahu agar mereka cepat untuk meninggalkan pemakaman. Karena, mereka harus menemukan bukti lainnya. Dan hari ini, mereka akan menemui Handoko, ayah kandung- Ren.

 

Rumah bercat putih, megah mewah, tanaman yang terurus. Mobil brio Gissel berhenti tepat, didepan gerbang rumah Handoko. Ketika itu satpam mengetuk kaca mobil tepat disebelah Ren.

“Kakak Ren, kakak Ren kenapa kesini” tanya satpam, yang bertulis nametag Anto.

“Saya mau ketemu ayah” jawab Ren.

“lebih baik kakak pergi, sebentar lagi nyonya akan pulang. Jika tau kakak ada disini, ini akan menjadi masalah” ucap Anto, wajahnya penuh kekhawatiran.

“Maksud pak Anto apa? masalah seperti apa, saya kesini hanya ingin menemui ayah saya”

“Saya tau kak, tapi jika kakak ingin menemui bapak, nanti malam jam 8. Ayah sudah bisa ditemukan. Dan sekarang kakak pergi, saya mohon, saya tidak mau kakak kenapa-kenapa” ucap pak Anto. Matanya penuh ketakutan.

 

Gissel menjalankan mobilnya, ketika persimpangan jalan, mereka bertemu mobil Akila. Gissel mengerem tiba-tiba Gemi Ren pun menoleh arah belakang, dan melihat mobil Akila, kemana dia akan membelok. Gissel kembali melajukan mobilnya, menuju rumah Gissel, sebagai Basecamp mereka.

Sampai dirumah Gissel, ada mobil Zip hitam, dan mobil vios terparkir dihalaman rumah Gissel. Gissel tersenyum senang, dan cepat-cepat membuka seatbelt dan berlari kecil memasuki rumah megahnya.

 

“Dad, Mom. Kenapa gak ngasih tau kalau mau pulang?” tanya Gissel, memeluk ayah dan ibunya yang sedang duduk santai disofa tengah.

 

Ren dan Gemi masuk dengan ragu, kemudian bersalaman kepada orang tua Gissel.

 

“Tadi pagi, sekitar jam 10. Dan bibi bilang kalau kamu menginap dirumah sakit, siapa yang sakit?” Kata wanita paruh baya, bergaya highstyle. Ibu Gissel, bernama Nova.

“Orang tua Gemi mom, yang pernah aku ceritakan” jawab Gissel.

“Gemi? oh, semoga orang tua mu lekas sembuh ya, Gemi” ucap Jhosua, ayah Gissel.

 

Lelaki berumuran 19 tahun menuruni anak tangga, sambil meminum susu kotak, rasa coklat. Memakai kaos hitam dan celana pendek selutut, memandang Gissel dengan senyum liciknya.

 

“What, Mom. Kenapa dia ikut ke Indonesia” teriak Gissel.

“Zio sudah lulus dari SMA, dan dia akan kuliah disini” jawab Nova.

“Kenapa gak kuliah disana”

“Terserah yang mau belajar, kenapa lu yang ribet” timpal Zio. Menyentil kening Gissel.

 

Kemudian Zio melihat Ren dan Gemi, terukir senyuman, untuk menyapa. Ren dan Gemi pun kembali senyum dengan kaku. Gissel, menatap tajam mata Zio yang sedang melirik Ren.

“Guys, ayo” ajak Gissel, menarik tangan Gemi.

 

Setiba di kamar Gissel. Gissel langsung merebahkan badannya di kasur queen sizenya. Diikuti Gemi dan Ren. Mereka memejamkan matanya, kemudian Gissel bersuara.

“Kalian ada yang ngerasa aneh gak?” tanya Gissel.

Gemi dan Ren berdeham.

“Masalah yang kita hadapi penuh teka-teki. Pertama diambil alihnya perusahaan, kedua USB dan ketiga tadi. iya gak sih?” lanjut Gissel.

Ren dan Gemi mengangguk. Kemudian Zio masuk tanpa mengetuk pintu dahulu, membuat Gissel, Gemi dan Ren otomatis bangun dari tidurnya.

“Kebiasaan, kalau mau masuk ketuk pintu dulu” ketus Gissel.

“Sorry deh. Gue kesini Cuma mau minta Id line temen lu doang” kata Zio menatap Ren. Gissel melihat arah dimana Zio menatap. Gemi terkejut mendengar hal itu dan melihat Zio yang sedang menatap Ren.

“Ren?” ucap sama Gemi dan Gissel

“Oh namanya Ren. Emm, besok malam gue jemput lu jam 7. Oke” kata Zio, dan langsung meninggalkan kamar Gissel.

Ren terdiam, matanya melebar, dan badannya kaku. Gemi menyenggol pundak Ren, dengan pundakya. Gemi memainkan alisnya dan tersenyum.

“Baru kali ini, gue liat abang gue genit” ucap Gissel.

“Maksudnya, abang lu baru kali ini ngajak cewek jalan?” tanya Gemi

“Iya, biasanya dia gak mau jalan sama cewek kecuali gue. Dan tadi, akhirnya abang gue bisa normal juga” ucap Gissel dengan tangan yang diusapkan kewajahnya bertanda syukur. “Ren, gue mau lu terima abang gue, gapapa deh lu jadi kakak ipar gue. Abang gue ganteng, udah cocok deh, lunya cantik abang gue ganteng. KELOP deh.” lanjut Gissel.

“Apaan sih lu, kita disini mau diskusi bukan ngomongin hal aneh” jawab Ren, menghidupkan ponselnya.

“Yaelah, sensi amat neng” celetuk Gemi. dan tawaan menjadi akhir cerita. Gissel mengambil buku cacatan misi mereka. Dan meletakkan dihadapan Gemi yang sedang memainkan ponselnya.

Ren baru saja membuka aplikasi email. kemudian mendapatkan notifikasi email dari pitraa3@yahoo.com. Kemudian membuka isi pesa itu..

‘Restoran Kelinci Dua. Pukul 15.00 wib.’

“Guys, gue dapat email dari putraa3@yahoo.com tertulis, restoran kelinci dua” ucap Ren.

“Gue juga dapet” kata Gissel

“Lu berdua dapat, gue juga sama” ucap Gemi.

“Sepertinya ini orang yang sama yang mengirim USB. Sebaiknya kita harus berangkat sekarang” ucap Gemi.

Mereka bergegas, dan meninggalkan rumah Gissel, tanpa pamit kepada Zio yang sedang asik memainkan ps3 sendirian diruang tengah. Bahkan pertanyaan Zio pun dihiraukan. Waktu menunjukan pukul 14.50 wib. Gemi mengendari mobil Gissel, seperti berada di rute balapan.

“Sel, hidupin hospot nya” kata Ren. Yang sedang menghidupkan leptopnya. Dan dijawab Gissel dengan anggukan.

Gemi tetap focus pada jalan. Dan Ren, melihat alat perekam yang terkoneksi dengan alat pelacak di mobil Akila di leptop. Dilayar laptop Ren, penuh dengan rute jalan, seperti maps. Dan ada tanda bulat hijau, berada di jl. Kelinci dua, tepatnya di restoran Kelinci Dua.

“Guys, apa email dari putraa3 itu tahu segalanya. Karena Akila ada ditempat itu” ucap Ren.

Gemi menambahkan lajunya, dan terus menambah kecepatan. Beruntungnya, jalan saat ini sedang renggang, dan juga tak ada polisi yang menjaga jalan saat itu.

Tiba di restoran Kelinci dua. Mobil Gissel di parkiran tepat dibelakang mobil Akila. Dan saat ini Gissel yang akan melihat keadaan di dalam restoran. Gissel memakai microphone mini, dan kamera tersembunyi, yang diletakkan diranselnya. Dan juga alat perekam yang akan diletakkan ditas Akila.

Mata Gissel melihat seisi ruangan itu, dan menemukan Akila duduk di pojok ruangan sendirian. Gissel mendekati meja Akila, dan sedikit menyandungkan kakinya dengan sengaja, meletakkan alat perekam disisi tas yang tertutup tali.

“Maaf bu, saya tidak sengaja. Saya kira tante itu tante saya. Soalnya tante mirip banget sama tante saya” ucap Gissel berbohong.

“Oh, iya”

“Kalau begitu saya, minta maaf” ucap Gissel, hanya anggukan dan senyum manis Akila sebagai jawaban. Gissel duduk agak jauh dari Akila, dan meletakkan ranselnya, diatas meja.

Keadaan di dalam mobil, Ren sedikit takut jika, Gissel ketahuan ketika ia meletakkan alat rekaman ditas Akila, dan beruntungnya Gissel berhasil. Napas lega dihembuskan Gemi dan Ren.

Kemudian datang pria, pria itu menutupi wajahnya, dengan topi hitam dan masker hitam. Duduk dimana Akila menunggu. Ren dan Gemi saling melirik, seakan bertelepati menanyakan siapa pria tersebut.

“Anda harus waspada, karena ada seseorang yang mematai anda” kata pria itu. Membuka pembicaraan. Akila menautkan alisnya.

“Siapa?” tanya Akila.

Pria itu mencodongkan badannya, dan mengisyratkan kepada Akila agar telinganya mendekati mulutnya. “Anak dari Irgi” jawab pria itu. Setelah kembali duduk seperti biasa.

Gemi melebarkan matanya, dan tangan Gemi bergetar. Suara pria itu masih terdengar karena tas Akila berada di atas meja, dan alat perekam tepat di samping mereka

“Apa kamu mengenalnya” tanya Akila.

“Kita satu sekolah” ucap pria itu.

“Habisi dia” kata Akila, setelah itu pergi meninggalkan pria itu.

Ren meletakkan laptopnya dijok belakang. Kemudian Akila keluar dari restoran, sedangkan Gemi dan Ren menundukan badannya, karena kaca mobil Gissel dari arah depan terlihat jelas didalam. Mobil Akila melaju, kemudian suara teriakkan keluar dari speaker laptop. Ren mengambil laptop itu, hanya lantai putih yang terekam.

Ren dan Gemi berlari menuju tempat yang tidak asing, yaitu toilet wanita. Setibanya Gemi dan Ren datang, sudah ada beberapa pegawai mengerumi toilet tersebut. Gemi dan Ren, memaksa masuk, dan melihat keadaan Gissel yang sudah pingsan dan mengeluarkan darah pada kepalanya.

“Gissel!” teriak kencang Gemi dan Ren. Satu pria membopong Gissel sampai mobil. Dan segera menghantarkan Gissel kerumah sakit.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • Fatmafetty

    EBI-nya Bung. Masih berantakan.

    Comment on chapter Pertama
Similar Tags
INTERTWINE (Voglio Conoscerti) PART 2
2973      818     2     
Romance
Vella Amerta—masih terperangkap dengan teka-teki surat tanpa nama yang selalu dikirim padanya. Sementara itu sebuah event antar sekolah membuatnya harus beradu akting dengan Yoshinaga Febriyan. Tanpa diduga, kehadiran sosok Irene seolah menjadi titik terang kesalahpahaman satu tahun lalu. Siapa sangka, sebuah pesta yang diadakan di Cherry&Bakery, justru telah mempertemukan Vella dengan so...
Finding Home
1945      914     1     
Fantasy
Bercerita tentang seorang petualang bernama Lost yang tidak memiliki rumah maupun ingatan tentang rumahnya. Ia menjelajahi seluruh dunia untuk mencari rumahnya. Bersama dengan rekan petualangannya, Helix si kucing cerdik dan Reina seorang putri yang menghilang, mereka berkelana ke berbagai tempat menakjubkan untuk menemukan rumah bagi Lost
Rumah Jingga.
2018      765     4     
Horror
"KAMU tidAK seharusnya baca ceritA iNi, aku pasti meneMani di sAmpingmu saaT membaca, karena inI kisahku!" -Jingga-
CHERRY & BAKERY (PART 1)
3619      888     2     
Romance
Vella Amerta—pindah ke Jakarta sebagai siswi SMA 45. Tanpa ia duga kehidupannya menjadi rumit sejak awal semester di tahun keduanya. Setiap hari dia harus bertemu dengan Yoshinaga Febriyan alias Aga. Tidak disangka, cowok cuek yang juga saingan abadinya sejak jaman SMP itu justru menjadi tetangga barunya. Kehidupan Vella semakin kompleks saat Indra mengajaknya untuk mengikuti les membuat cu...
A Ghost Diary
4813      1497     4     
Fantasy
Damar tidak mengerti, apakah ini kutukan atau kesialan yang sedang menimpa hidupnya. Bagaimana tidak, hari-harinya yang memang berantakan menjadi semakin berantakan hanya karena sebuah buku diary. Semua bermula pada suatu hari, Damar mendapat hukuman dari Pak Rizal untuk membersihkan gudang sekolah. Tanpa sengaja, Damar menemukan sebuah buku diary di tumpukkan buku-buku bekas dalam gudang. Haru...
Rembulan
758      419     2     
Romance
Orang-orang acap kali berkata, "orang yang gagal dalam keluarga, dia akan berhasil dalam percintaan." Hal itu tidak berlaku bagi Luna. Gadis mungil dengan paras seindah peri namun memiliki kehidupan seperti sihir. Luna selalu percaya akan cahaya rembulan yang setiap malam menyinari, tetapi sebenarnya dia ditipu oleh alam semesta. Bagaimana rasanya memiliki keluarga namun tak bisa dianggap ...
Praha
262      157     1     
Short Story
Praha lahir di antara badai dan di sepertiga malam. Malam itu saat dingin menelusup ke tengkuk orang-orang di jalan-jalan sepi, termasuk bapak dan terutama ibunya yang mengejan, Praha lahir di rumah sakit kecil tengah hutan, supranatural, dan misteri.
Orange Haze
345      240     0     
Mystery
Raksa begitu membenci Senja. Namun, sebuah perjanjian tak tertulis menghubungkan keduanya. Semua bermula di hutan pinus saat menjelang petang. Saat itu hujan. Terdengar gelakan tawa saat riak air berhasil membasahi jas hujan keduanya. Raksa menutup mata, berharap bahwa itu hanyalah sebuah mimpi. "Mata itu, bukan milik kamu."
Cute Monster
621      346     5     
Short Story
Kang In, pria tampan yang terlihat sangat normal ini sebenarnya adalah monster yang selalu memohon makanan dari Park Im zii, pekerja paruh waktu di minimarket yang selalu sepi pengunjung. Zii yang sudah mencoba berbagai cara menyingkirkan Kang In namun selalu gagal. "Apa aku harus terbiasa hidup dengan monster ini ?"
IMAGINE
335      232     1     
Short Story
Aku benci mama. Aku benci tante nyebelin. Bawa aku bersamamu. Kamu yang terakhir kulihat sedang memelukku. Aku ingin ikut.