Read More >>"> La Nuit (ke Delapan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - La Nuit
MENU
About Us  

 

Suasana pagi menjadi suasana yang sangat ricuh, kaum adam berteriak histeris, bahkan ada yang pingsan. Sedangkan kaum hawa, memperlihatkan wajah cengo. Begitukah mereka melihat Ren yang sekarang  tidak menutupi wajahnya, Gemi tersenyum senang ketika seseorang yang mereka jatuhi, sekarang sedang menerjang benteng, yang mereka buat.

Gissel yang baru datang, melihat Ren benar-benar sangat tidak mengenali “Gemi, dia anak baru?” tanya Gissel membisik

“Dia anak lama dengan berpenampilan baru, namanya Ren” jawab Gemi, membalas dengan bisikan. Gissel berdecak kaget. Mulut yang dibuka lebar dan mata yang melotot, membuat Gemi semakin tertawa kencang. “Biasa aja mukanya” lanjut Gemi, mengelus wajah Gissel, agar tersadar.

“Ta-tapi kenapa bisa” tanya Gissel suaranya terdengar Ren.

“Bisa. Lihat aja”

“Hai, Gissel” panggilan Ren, membuat Gissel semakin membulatkan matanya.

“Gue gak mimpikan” ucap Gissel memegang wajah Ren.

“Eits.. muka orang itu. Dari pada lu bingung kaya ngerjain ulangan fisika, sekarang kita masuk kelas” timpal Gemi, menarik tangan Gissel dan Ren, menuju kelas.

Berita tentang Ren. Tersebar luas. Dan guru pun semakin menjunjung tinggi Ren, tidak hanya peringkat dan prestasi yang dia dapat, bahkan perilaku Ren membaik, Ren mulai membuka suaranya, dan berbicara jelas pada guru, dan tidak ada kata tidak menjawab di kehidupan Ren.

Bahkan jabatan Ren yang dulu adalah ketua Mading kembali ketangannya, dan Gissel kembali mejadi wakil ketua madding. Jika diputar kembali sebelum mereka berada di sekolahan itu akan terlihat konyol. Karena Ren sangat keras kepala, tentang rambut yang menjadi taruhannya.

Tidak hanya rambut, Ren harus berbicara, bersosialisasi, dan menjadi murid semestinya. Dan dengan terpaksa, Ren menerima itu semua, karena Gemi mengancam, tidak akan membantu Ren mengumpulkan bukti, jika Ren tidak melakukan hal yang sekarang Ren lakukan.

Gemi, Ren, dan Gissel berjalan menuju ruangan madding. Mereka berencana untuk membuat rencana pertamanya. Perjalanan sedikit terhambat, karena kakak kelas yang sebelumnya pernah menampar Ren, memberhenti langkah mereka bertiga.

“Sekarang, cewek cupu berubah gaya” ucap Via.

“berubah, kaya power rangers aja” timpal Sela temannya.

“Dan sekarang kalian, mau apa, senior terhormat” celetuk Gemi. dengan satu alis yang terangkat.

“Hahaha.. udah  move on sama pacar lu yang meninggal”

“Kak Via, lebih baik, kakak jangan ganggu hidup Ren, kalau hidup kakak tidak mau di ganggu balik” ucap Gissel sedikit kesal.

“Lu tau apa tentang gue”

“Setiap malam, lu keluar bareng om-om dari club. Ups keceplosan” jawab Gissel, dengan nada ejekan.

“Kalau omong di jaga” tangan Via hampir menampar Gissel, tapi tertahan oleh Ren, dengan mata tajamnya menatap Via.

“Kalau lu berani tampar Gissel, sama saja lu  berurusan dengan gue” ucap Ren, di anggukan oleh Gemi. kemudian Ren melepaskan tangan Via dan memberi isyarat pada matanya, agar Via dan Sela pergi.

Gemi dan Gissel tersenyum, sisi dari Ren mulai kembali. Sedang kan senior itu pergi memberi hentakan dikakinya pada permukaan, bertanda kesal.

Perjalanan di sambung, tapi Gemi masih terdiam. Melihat Angga yang sedang berdiri di lapangan menatap Gemi dengan senyuman, Gemi membalas senyuman itu, dan kembali berjalan, menyusul Ren dan Gissel yang sudah melangkah jauh.

Misi demi misi Gemi dan Gissel buat. Gissel sudah mengetahui semuanya, bahkan Gissel adalah teman Ren ketika waktu di smp, hanya saja mereka tidak pernah satu kelas, hanya sekedar tahu nama yang mereka tau.

Gissel memberi beberapa ide, dan Gemi pun begitu. Sedangkan Ren memberi tahu dimana saja ayahnya berdiam dan mengabiskan waktu untuk bersenang-senang. Gissel mulai menulis, dan Gemi merancang rencananya. Dan itu tidak membuang tenaga mereka, finalnya mereka membuahkan hasil, satu misi terbuat, dan itu sedikit berat, untuk mereka lakukan.

“Lu yakin sama rencana ini?” tanya Gissel pada Gemi.

“Belum sih, tapi kita coba”

“Gue ragu, itu tempat belum pernah sama sekali kita datangin, apalagi kita masih sekolah. Kalau ada yang kenal kita gimana? Terus ada yang ngadu sama kepala sekolah. Terus ada si Via senior alay itu terus…” belum selesai ngomong, Gemi membungkam mulut  Ren dengan tangannya.

“Gini aja, kita nunggu di luar, sampai ayah lu datang. Gue juga gak berani masuk ketempat haram itu” jawab Gemi, dengan badan yang merinding.

Misi pertama, Mencari tahu mulai dari clubbing dan meletakkan perekam suara di dalam tasnya.

Note : ingin tau suasana di dalam clubbing. Tapi takut untuk masuk:V

----

Malam ini Gemi akan bertemu dengan Gissel dan Ren di sekolah. Memulai rencana tadi siang. Gemi bisa keluar, karena ayah dan ibunya sedang tidak dirumah, dan itu lebih mudah untuk melakukan misi pertama Gemi.

Gemi berjalan, di tempat sepi dan sunyi. Memang jalan itu yang selalu Gemi lewati, untuk sampai ke sekolah. Langkah Gemi dipercepat, entah kenapa perasaan ada yang mengikuti berada di benaknya. Gemi tidak berani untuk melihat kebelakang. Gemi terus melangkahkan kakinya, kepalanya sedikit menunduk, dan berdoa dalam hati.

BRUK!!!

Gemi terjatuh, salah jika jalan hanya melihat permukaan aspal saja. Gemi bergeram, tapi Gemi takut untuk membuka mata. dan merasa kalau orang itu tepat di depan wajahnya. Sedangkan Angga, menatap Gemi dari dirinya. Menatap ibu-ibu yang berada di belakang Gemi, dan kemudian menyamkan tingginya dan Gemi, untuk memastikan kalau Gemi baik-baik saja.

“Hei” panggil Angga

“WAHHH” teriak Gemi.

“Ini aku Angga” kata Angga. Memegang sisi kiri kepala Gemi.

Gemi membuka matanya, dan langsung memeluk Angga. Detak jantung Gemi begitu cepat, sampai rasa getaran ketakutan terlihat di tubuhnya. Gemi melepaskan pelukkan itu. Dan mengatur napasnya.

“Ka, tadi ada yang ngikutin, Gemi. Gemi takut” ucap Gemi, menyatukan kedua tangannya di depan mulutnya.

“Tadi hanya ibu-ibu, di belakang kamu”

Gemi mendelik, dan bergumam –Hah.

“Tapi bayangannya, kaya laki-laki” ucap Gemi, sedikit memanyunkan mulutnya, bingung.

“Kamu mau kemana, malam-malam seperti ini?” tanya Angga, tidak memperdulikan perkataan Gemi.

“Mencari bukti”

“Kalau begitu, hati-hati. Disana tempatnya bahaya untuk kamu” ucap Angga, memegang pucuk kepala Gemi.

“Kalau begitu, Gemi pergi. Dah..” pamit, Gemi. melambaikkan tangannya, dan melanjutkan perjalanannya..

**

Sampainya di sekolah, tepatnya di warung depan sekolah. Gissel dan Ren sudah di sana. Mereka memulai perjalanan. Beruntungnya Gissel membawa mobil, dan tidak usah menunggu lama bis datang. Gemi masuk kedalam mobil, dan diberi sorakan oleh Gissel, karena Gemi terlambat datang. Gissel mengendarai mobil brio merah, sedangkan Ren  duduk di kursi penumpang depan, dan Gemi di belakang

Perjalanan tidak mengahabiskan waktu sampai setengah jam. Mereka memparkirkan mobilnya sedikit jauh dari tempat target. Mereka mengedarkan pandangannya, banyak sekali wanita malam, dan juga pria yang keluar masuk ketempat haram itu. Dengan berat hati, Ren dan Gissel turun, memastikan kalau ayah Ren tepat berada di sana.

5menit

10menit

15menit.

Gemi menunggu di dalam mobil, rasa khawatir berada di hatinya. Gemi ingin mengetahui keadaan Ren dan Gissel didalam sana. Berjalan begitu tergesah-gesah, dan memasuki tempat itu lewat samping, dimana kata teman Gissel, kalau disana, tempat masuk umur 17 tahun.

Gemi ragu untuk masuk kedalam, hari ini, malam ini, dan detik ini, Gemi memasuki tempat haram itu. Sangat berat, berat sekali. Baru satu langkah, Gemi masuk kedalam, rasa ingin keluar dari tempat itu sudah di dalam pikirannya. Bau alcohol sangat menyengat dan membuat Gemi terasa pusing, dan juga suara music yang begitu keras, seperti memecahkan gendang telinga.

Gemi terus berjalan, hidungnya dia tutupi. Dan terus menerobos masuk walau orang sedang berasik joget. Gemi melihat Ren dan Gissel yang sedang duduk di bar, dan berbincang dengan petugas yang memberikan bir kepada pelanggan.

Gemi berjalan menuju Ren dan Gissel. Tapi langkahnya terhenti ketika Gemi melihat Via kakak kelasnya dengan kondisi mabuk berat. Via tertawa dengan teman-temannya, dan Via tidak peduli apa yang telah di lakukan laki-laki itu terhadap dirinya. Gemi berusaha untuk tidak ikut campur, dan terus berjalan menuju Ren dan Gissel.

“Heh. Lu lama banget sih” kata Gemi tepat berada di kuping Ren dan Gissel, membuat mereka menutup kuping, sebelahnya masing-masing.

“Gemi, kayanya bokap gue belum datang kesini” jawab Ren.

“Iya, Ge. Kata temen lama gue, mereka kenal banget sama ayah Ren, soalnya dia langganan banget di tempat ini, tapi dia bilang udah beberapa minggu ini ayah Ren gak pernah datang” penjelasan Gissel.

“Terus gimana ini, kita udah datang kesini tapi, gak dapat apa-apa” ucap Gemi, sedikit berteriak.

“Kita harus keluar” ucap Ren. Menarik tangan Gemi dan Gissel, juga Langkahnya sedikit tergesah-gesah.

Suasana dalam clubbing dengan di luar sangat berbeda jauh. Ren, Gemi dan Gissel, kembali menghirup udara yang bersih, tidak seperti didalam, bau alcohol, rokok dan juga vape. Membuat pernapasan mereka terganggu.

“Syukur, kita masih beri iman yang kuat” ucap Gissel.

Gemi melihat Gissel dan kemudian mencubit pipi Gissel sampai Gissel merintih kesakitan

“AAAHHH!!!” teriak Gissel.

“Oh, kalau misalkan kita sedikit lama disana, iman lu gak kuat?” Timpal Gemi

“Yaa, bukan gitu. Lu liat kan, disana dalamnya Cogan semua” celetuk Gissel.

“Jadi, lu harus hati-hati, cogan kebanyakkan maen di tempat itu” timpal Ren.

“Kok, sekarang gue yang tertindas ya” ucap Gissel, melesukkan wajahnya.

“Gemi, Gemi,Mi, Mi” panggil Ren, menepuk pundak Gemi. dan disaat itu juga Gemi sudah berdeham iya.

“Apa!” ucap Gemi, sedikit terhentak, tapi langsung ditutup oleh Ren.

“Itu, sekeretari bokap gue. Namanya Akila Gimana kalau kita ikuti dia” kata Ren, memberi ide.

Gemi mengangguk. Ren dan Gemi berlari menuju mobil sedangkan Gissel berjalan seakan sudah meminum air haram itu, jalannya tergontai-gontai bagaikan ikan lumba-lumba. Gemi menarik Gissel, dan menduduki Gissel di kursi belakang. dan Gemi-lah yang menyetir mobil.

“Ini kan, cafe deket perusahaan bokap tiri gue” ucap Ren, ketika tiba dikafe coffe “Perusahaan bokap tiri gue sama bokap kandung gue kan jauh” lanjutnya.

“Kalau begitu, gue aja yang masuk, dan lu disini jagain Gissel. Dia itu terlalu menghirup bau alcohol” kata Gemi, melepaskan seatbelt, dan beranjak pergi.

Gemi masuk kedalam, dengan topi berwarna hitam, dan juga kacamata polos. Matanya menjalar, kesetiap sudut pengunjung cafe, tapi yang bernama Akila tidak berada di lantai satu. Gemi menaiki anak tangga menuju lantai dua dan disana Gemi menemukan Akila, sekretaris ayah kandung Ren, sedang berbincang dengan pria sepantarannya.

Gemi duduk pas di samping mereka, dan tepatnya, Gemi duduk di tengah-tengah orang yang sedang berpacaran.

“Kakak, aku duduk sebentar ya disini. Lagi ada proses syuting” ucap Gemi, berbisik kepada mereka berdua. Dan anggukan sebagai jawaban. Gemi memberi jempolnya bertanda terimakasih

Gemi, memainkan ponselnya, dan juga memainkan bangkunya seakan, bangku itu, sedikit, demi sedikit mundur, mendekati meja Akila.

“Ini bayaran mu” ucap Akila. Memberikan amplop coklat, kepada pria dihadapannya.

“Oke, terima kasih Bos” jawab Pria itu. Sambil memasukan uang kedalam kantung jaket.

“Benar tidak ada jejak sekalipun?”

“Sepertinya tidak”

“Oke, sekalipun dia polisi, itu tidak membuat saya takut”

Gemi membulatkan matanya, memikirkan perkataan Akila. Setelah itu, ponsel Gemi bergetar, Gemi tidak melihat siapa yang menelfon dan langsung menerima panggilan itu.

“Apa benar anda Gemilang, anak dari  Irgi Purnama dan Resti Novitasari?” kata wanita sebrang sana.

“Iya, betul” ucap Gemi pelan.

“Orang tua anda, mengalami kecelakaan, dan sekarang berada di Rumah sakit Ciputra” Gemi terpaku, mendengar pernyataan ini.

Gemi berlari meninggalkan caffe itu, air mata Gemi sudah membendung di matanya, dengan cepat, Gemi mengendarai mobil Gissel. Gissel dan Ren yang berada di dalam mobil hanya mengerutkan keningnya, pertanyaan yang di lontarkan Ren dan Gissel tak dijawab satu pun. dan dalam perjalanan tidak ada satu orang pun yang bersuara hanya tangisan Gemi, dan suara mobil berlalu lalang yang mengisi dalam kesunyian.

Tiba dirumah sakit, Gemi langsung cepat keluar dari mobil. Gissel dan Ren ikut keluar dan mengejar Gemi yang sudah masuk kedalam. Tidak ada pertanyaan untuk reesepsionist.  Gemi langsung berlari menuju ruang UGD. Dan tepat, dimana Doni dan Weni-orang tua Ren, sudah berada di ruang tunggu terlebih dahulu.

“Gemi, tenang, kamu harus sabar. Kita berdoa, insya allah ayah dan ibu mu tidak kenapa-kenapa” ucap Weni, memegang pundak Gemi, yang sedang berdiri di depan pintu UGD.

“Ayah, ada apa ini?” tanya Ren pada Doni

“Orang tua Gemi mengalami kecelakaan ketika mereka ingin datang ketempat perusahaan teman ayah” penjelasan Doni

“Yaampun” ucap Ren.

Gissel dan Ren saling memegang tangan, sedangkan Gemi menangis tanpa henti, melihat ayah dan ibunya berada di dalam ruangan operasi. Dan hening bercampur suara isakan mengisi di lorong rumah sakit.

Gemi mengingat perkataan Akila, sekretaris dari ayah kandung Ren. Berbicara jika dia tidak takut dengan polisi sekalipun.

“Akila” gumam Gemi.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • Fatmafetty

    EBI-nya Bung. Masih berantakan.

    Comment on chapter Pertama
Similar Tags
INTERTWINE (Voglio Conoscerti) PART 2
2973      818     2     
Romance
Vella Amerta—masih terperangkap dengan teka-teki surat tanpa nama yang selalu dikirim padanya. Sementara itu sebuah event antar sekolah membuatnya harus beradu akting dengan Yoshinaga Febriyan. Tanpa diduga, kehadiran sosok Irene seolah menjadi titik terang kesalahpahaman satu tahun lalu. Siapa sangka, sebuah pesta yang diadakan di Cherry&Bakery, justru telah mempertemukan Vella dengan so...
Finding Home
1945      914     1     
Fantasy
Bercerita tentang seorang petualang bernama Lost yang tidak memiliki rumah maupun ingatan tentang rumahnya. Ia menjelajahi seluruh dunia untuk mencari rumahnya. Bersama dengan rekan petualangannya, Helix si kucing cerdik dan Reina seorang putri yang menghilang, mereka berkelana ke berbagai tempat menakjubkan untuk menemukan rumah bagi Lost
Rumah Jingga.
2018      765     4     
Horror
"KAMU tidAK seharusnya baca ceritA iNi, aku pasti meneMani di sAmpingmu saaT membaca, karena inI kisahku!" -Jingga-
CHERRY & BAKERY (PART 1)
3619      888     2     
Romance
Vella Amerta—pindah ke Jakarta sebagai siswi SMA 45. Tanpa ia duga kehidupannya menjadi rumit sejak awal semester di tahun keduanya. Setiap hari dia harus bertemu dengan Yoshinaga Febriyan alias Aga. Tidak disangka, cowok cuek yang juga saingan abadinya sejak jaman SMP itu justru menjadi tetangga barunya. Kehidupan Vella semakin kompleks saat Indra mengajaknya untuk mengikuti les membuat cu...
A Ghost Diary
4819      1503     4     
Fantasy
Damar tidak mengerti, apakah ini kutukan atau kesialan yang sedang menimpa hidupnya. Bagaimana tidak, hari-harinya yang memang berantakan menjadi semakin berantakan hanya karena sebuah buku diary. Semua bermula pada suatu hari, Damar mendapat hukuman dari Pak Rizal untuk membersihkan gudang sekolah. Tanpa sengaja, Damar menemukan sebuah buku diary di tumpukkan buku-buku bekas dalam gudang. Haru...
Rembulan
758      419     2     
Romance
Orang-orang acap kali berkata, "orang yang gagal dalam keluarga, dia akan berhasil dalam percintaan." Hal itu tidak berlaku bagi Luna. Gadis mungil dengan paras seindah peri namun memiliki kehidupan seperti sihir. Luna selalu percaya akan cahaya rembulan yang setiap malam menyinari, tetapi sebenarnya dia ditipu oleh alam semesta. Bagaimana rasanya memiliki keluarga namun tak bisa dianggap ...
Praha
262      157     1     
Short Story
Praha lahir di antara badai dan di sepertiga malam. Malam itu saat dingin menelusup ke tengkuk orang-orang di jalan-jalan sepi, termasuk bapak dan terutama ibunya yang mengejan, Praha lahir di rumah sakit kecil tengah hutan, supranatural, dan misteri.
Orange Haze
345      240     0     
Mystery
Raksa begitu membenci Senja. Namun, sebuah perjanjian tak tertulis menghubungkan keduanya. Semua bermula di hutan pinus saat menjelang petang. Saat itu hujan. Terdengar gelakan tawa saat riak air berhasil membasahi jas hujan keduanya. Raksa menutup mata, berharap bahwa itu hanyalah sebuah mimpi. "Mata itu, bukan milik kamu."
Cute Monster
621      346     5     
Short Story
Kang In, pria tampan yang terlihat sangat normal ini sebenarnya adalah monster yang selalu memohon makanan dari Park Im zii, pekerja paruh waktu di minimarket yang selalu sepi pengunjung. Zii yang sudah mencoba berbagai cara menyingkirkan Kang In namun selalu gagal. "Apa aku harus terbiasa hidup dengan monster ini ?"
IMAGINE
335      232     1     
Short Story
Aku benci mama. Aku benci tante nyebelin. Bawa aku bersamamu. Kamu yang terakhir kulihat sedang memelukku. Aku ingin ikut.