Loading...
Logo TinLit
Read Story - Memories (Serpihan Kenangan)
MENU
About Us  

Teman

Keesokan harinya, dengan penuh semangat Surya berangkat ke sekolah. Pada hari itu bagi Surya adalah sebuah awal ia untuk bisa mengembalikan ingatan Silva. Sesampainya di Sekolah langsung saja Surya mencari Silva. Ia mencari ke tiap-tiap kelas 1 namun tidak ketemu. Surya bahkan sampai berkeliling sekolah mencari namun tetap juga tidak ketemu. Di lobi tidak ketemu, di Aula tidak ketemu, di ruang guru pun tidak ketemu. Surya sudah sangat lelah berkeliling namun ia belum menyerah. Ada satu tempat lagi ia belum periksa, yaitu toilet wanita. Surya pergi kesana dan melihat apakah ada Silva disana. Namun tetap saja tidak ketemu, malahan bukannya ketemu malah diteriaki para wanita yang ada di dalam toilet yang akhirnya membuat Surya kabur. Dengan kencangnya Surya lari sejauh mungkin agar tidak ada yang mengejar dan melihat kelakuannya tadi. Setelah sudah melarikan diri cukup jauh Surya meghentikan langkah kakinya dan beristirahat sejenak dari kelelahan. Tiba-tiba Surya melihat Silva yang sedang masuk kelas. Dengan segeranya Surya ingin mendatangi Silva tadi namun setelah mau mendatangi Silva tiba-tiba bel sekolah pun berbunyi dan ada guru sangat cepat masuk ke kelas Silva. Surya pun kehilangan kesempatan untuk bicara dengan Silva bahkan bertemu dengan Silva saja belum. Denngan kesalnya surya menyudahkan pencariannya dan pergi ke kelasnya untuk memulai pelajaran. Surya yang kesal tadi sudah merasa sedikit tenang karena sudah tau dimana kelas Silva jadi saat istirahat ia bisa langsung mendatangi Silva di kelasnya dan tak perlu lagi berkeliling kesana-kemari.

Pelajaran awalpun berakhir dan sudah waktunya istirahat. Dengan cepatnya Surya mendatangi kelas Silva dan mencari Silva. Namun Silva tidak ada disana sehingga membuat bingung Surya.

“Haduh kemana sih tu orang?...... Permisi! Apa Kamu ngeliat Silva?”

“Silva? Oh Amelia ya?”

“Iya iya.”

“Tadi Dia keluar kelas tapi ngga tau juga tuh kemana.”

“Terima kasih.”

Dengan segera Surya berkeliling Sekolah mencari Silva. Namun pada akhirnya ia tak menemukannya hingga bel masuk berbunyi, Surya kembali ke kelasnnya dengan wajah yang kesal. Setelah istirahat berikutnya Surya kembali ke kelas Silva dan tak menemukannya lagi. Surya berkeliling sekolah lagi dan tetap saja tak menemukannya. Hal itu terus terjadi lagi dan lagi hingga sekolah usai. Pada hari itu Surya tak dapat bertemu sama sekali dengan Silva dan hari itupun berakhir. Esok harinya Surya kembali mencari Silva namun tetap saja hal seperti hari sebelumnya terjadi lagi hingga. Surya mulai kehilangan semangatnya hingga dia pun menjadi malas untuk pulang ke rumah. Haripun semakin senja sudah saat nya sekolah hendak ditutup dan pada akhirnnya Surya pun pulang dengan rasa malas yang membebaninya. Saat menuju keluar dari gerbang sekolah Surya melihat Silva yang sedang berdiri disamping gerbang. Kemalasan Surya yang membebaninya berubah menjadi semangat yang membara membuat kakinya menjadi ringan melangkah dan ia pun langsung mendatangi Silva. Silva yang melihat Surya mendekat ke arahnya dengan gaya yang konyol membuat Silva menjadi jijik melihatnya. Saat Surya semakin dekat Silva langsung memukul wajahnya dengan tasnya. Surya terjatuh dengan keras, sementara itu Silva terlihat tidak peduli. Surya tidak peduli dengan hal yang terjadi pada dirinya dan mulai bangkit dengan wajah yang semeringai dan kotor habis terjatuh bahkan sampai hidungnya menjadi berdarah. Dengan wajah yang seperti itu membuat Silva semakin jijik dengannya dan akhirnnya menginjak-injak Surya dengan sekuat tenaga.

“Aduh! Aduh! Aduh! Hentikan! Aduh! Udah woi! Sakit gila!”

“Kau juga... menunjukkan wajah... mesum yang menjijikan itu... membuat ku... jijik melihatnya!”

“Sudah-sudah maaf-maaf! Kumohon hentikan!”

“Hmmmmm.....”

Silva menghentikan injakannya kakinya kepada Surya. Surya pun bangkit dari tidurnya dan mencoba berdiri dengan perlahan. Wajahnya menjadi bonyok sekali membuatnya menjadi terlihat lucu. Silva yang melihat itu menjadi tertawa. Surya yang melihat itupun menjadi ikut senang.

“Hahahhaha..... Maaf ya, aku sudah berlebihan. Lagi pula kata ibu Lo itu dari bangsa Aqoas masa bisa luka kalau cuman digituin sih? ”

“Hmmmmmm.... Ya jelas lah! Diinjak-injak dengan sekuat tenaga gitu gimana gue ngga luka coba! Tapi ngga papa juga sih gue masih kuat kok.”

“Tetap aja muka Lo lucu gitu hahahahaha! Jijik benget hahahaha!”

Silva tertawa terbahak-bahak melihat Surya dengan muka bonyoknya. Di sisi lain Surya malah kesal ditertawakan seperti itu oleh Silva. Silva pun akhirnya berhenti tertawa dan dalam sekejab mata langsung berubah wajahnya menjadi dingin lagi menatap Surya.

“Jadi mau ngapain?”

“Gini ya, kenapa Lo ngilang terus sih? Gue udah dua hari ini nyari Lo tapi ngga ketemu-ketemu?”

“Tu kan benar aku kalau Lo itu stalker.”

“Ngga kok! Mana ada!”

“Lah!? Kata Lo tadi mencari-cari aku selama dua hari ini sampai kemana-mana, itu sudah bukti kalau Lo itu Stalker. Udah ngaku aja Lo stalker yang selama ini buntutin aku kan!?”

“Ngga!”

“ngaku!”

“Ngga!”

“ngaku!”

“Ngga!”

“ngaku.”

Mereka pun beradu mulut berkali-kali sampai dokter Nina datang menjemput Silva dengan mobilnya.

“Kenapa kalian ini bertengkar sih!? Udah-udah coba dong akur.”

“Nih Dia nih ngga mau ngaku kalau Dia stalker yang selama ini ngebuntutin aku!”

“Mana ada! Gue juga baru kenal kan sama Lo!”

“Lo bohong! Lo saja tadi udah ngaku ngikutin aku terus sejak kemarin kan!?”

“Itu memang benar..... tapi!”

“Nah berarti Lo stalker yang ngikutin aku selama ini kan?!”

“Itu bukan gue!”

“Lah terus siapa kalau bukan Lo!?”

Mereka semakin beradu mulut membuat dokter Nina manjadi kesal. Akhirnya dokter Nina memisahkan mereka berdua. Silva langsung dibawa masuk ke dalam mobil sementara Surya diluar diajak bicara dengan dokter Nina.

“Jadi ada apa kalian berdua tadi? Sampai bertengkar gitu.”

“Dia tuh nuduh-nuduh Saya stalker mulu kan kesel. Padahal Saya cuma mau berteman doang tapi dua hari ini ngga ketemu-ketemu sama Silva jadi Saya nyari Dia kemana-kemana. Sudah datang sekolah pagi-pagi, sudah tiap istirahat ke kelasnya, sampai nunggu waktu pulang tetap aja ngga ketemu. Trus baru sore ini tadi ketemu tapi malah ngajar berantem gini.”

“Haha gitu ya. Ya jelas ngga bakal ketemu lah.”

“Loh gitu ya. Emangnya kenapa?”

“Pertama, Silva itu selalu saya antar pas sebelum bel masuk makanya kamu ngga sempat ketemu sama Dia.”

“Oh iya kemarin saya ngeliat sih Silva masuk kelas tapi setelah itu langsung bel masuk.”

“Tu kan. Trus yang kedua, Saat istirahat Silva selalu pergi ke UKS buat minum obat sama melakukan pemeriksaan ringan karena anjuran dari rumah sakit waktu kita baru ketemu dulu.”

“Oh jadi selama ini tiap istirahat Silva di ruang UKS, Saya ngga pernah mikir nyari Dia disana, haduh.”

“Lalu yang ketiga, karena saya dapat waktu jaga pagi hingga sore di rumah sakit makanya Silva selalu pulang senja nunggu jemputan saya.”

“Oh pantas waktu pulang saya nunggu-nunggu sampai nyerah ngga ketemu-ketemu.”

Silva yang sudah lama menunggu membuka jendela dan berbicara dengan mereka berdua.

“Ibu ngapain sih ngeledeni Dia. Ayo cepat pulang! Buang-buang waktu aja disini.”

“Iya bentar-bentar, yang sabar ya Nak Surya. Semangat! Kamu pasti bisa jadi temannya.”

“Ayo buruan Bu!!!!”

“Iya, sudah ya Surya Ibu pergi dulu.”

Dokter Nina dan Silva akhirnya pulang meninggalkan Surya dengan wajah yang masih bonyok dan berdarah itu.

Keesokan harinya, setelah jam istirahat di sekolah Surya langsung menuju UKS agar bisa bertemu dengan Silva. Silva yang sudah menduga hal itu terlihat kesal saat melihat Surya yang masuk ruang UKS.

“Ngapain Lo kesini?!”

“Mau ngga jadi teman gue?”

“Ngga! Cih males banget”

“Ayolah masa gitu aja ngga mau.”

“Ngga mau dan ngga sudi!”

“Ayolah kumohon jadilah teman gue.”

“Ngga!”

Surya meminta berkali-kali agar bisa menjadi teman namun tetap saja Silva menolak hingga bel masukpun berbunyi dan akhirnya permintaan Surya ditolak oleh Silva. Tak patah semangat setiap bertemu dengan Silva, Surya selalu mengajaknya untuk berteman namun tetap saja Silva menolak. Keesokan harinyapun seperti itu lagi, Surya setiap saat bertemu dengan Silva selalu meminta Silva untuk menjadi temannya dan juga selalu saja ditolak. Selama berhari-hari Surya berusaha agar bisa berteman dengan Silva dan selalu saja Silva menolak permintaan Surya. Berhari-hari sudah berlalu dan masih saja keinginan Surya tidak dikabulkan Silva membuat Surya mulai patah semangat dan ingin menyerah. Sepulang sekolah saat itu Surya benar-benar putus asa hanya duduk-duduk dikelasnnya sambil uring-uringan tak jelas ingin melakukan apa. Ia merasa malas mendatangi Silva yang ada di depan gebang sekolah untuk meminta berteman. Wahyu dan Yahya yang lagi main game di nintendo dengan santaipun di kelas bersama Surya mulai menenangkan Surya yang sedang galau itu.

“Kenapa galau mulu nih? Ngga bisa temenan sama cewek ya?”

“Kok Lo Yu.... gimana ngga tau kelakuan Lo beberapa hari ini menunjukkannya dengan sangat jelas.”

“Emangnya pengen banget ya Lo sama tu cewek. Ngebet banget tiap hari nyariin Dia... ya kan Yu?”

“Bener banget. Lo nafsuya sama Dia?”

“Iya tuh jangan-jangan Lo konak ya? Bhahahaha....”

“Enak aja gue nafsu. Kalian tuh yang sengean sama semua cewek!”

“Iya maaf-maaf..... Ya give gua max potion dong sekarat nih. Monsternya brutal amat.”

“Ah oke... ah emang gila, damagenya kuat banget.”

“Oke thanks.... Eh jangan nafsu nyerang Ya, gerakan monsternya susah banget diprediksi.”

“Ah... ah gila! Gila! Mati gue.”

“Tenang masih ada satu defeat lagi.... Ah gila ni monster brutal amat... yah yah yah mati.”

“Yaelah katanya tenang. Eh ternyata kalah juga.”

“Ya emang susah kalau ngga ngajak Surya. Sur main dong! Lo ahlinya nih.”

“Ngga ah males banget gue Yu.”

“Yaelah bener-bener galau ni Anak. Gimana nih Ya?”

“Hmmm Jadi, sebenarnya apa terjadi sih sampai mau banget Lo temenan sama tu cewek?”

Surya menceritakan kembali kisahnya saat dulu pernah berteman dengn Silva walapun sebenarnya saat lama sekali Surya sudah mengisahkan cerita ini kepada mereka berdua. Surya hanya mencoba mengingatkan mereka kembali. Juga Surya menceritakan tentang segala kejadian yang menimpa Silva baik itu kecelakaan, amnesia, dan penyakit jantungnya serta kesusahan Surya untuk menjadi temannya. Wahyu dan Yahya pun memikirkan banyak hal untuk memberikan solusi kepada Surya.

“Oh jadi yang Lo cari selama ini Silva itu? Tapi kesian juga ya sampai dapat musibah besar kayak gitu.”

“Iya tapi kesian lagi Surya nya Yu. Dituduh-tuduh stlaker sama mesum hahahahah... Kocak banget Lo Sur.”

“Iya sih itu lebih menyakitkan lagi hahaha... mungkin sekarang gue akan memanggil Lo Surya sang stalker mesum hahahahaha.”

“Bagus juga tuh Yu, mungkin aja Surya malah beneran jadi penjahat kelamin nantinya bhahahaha.”

“Aggghhhhhh!!!!!!!!... berhenti menggoda dan menghina gue dong! Itu menyakitkan sekali tau!”

“Iya maaf-maaf”

“Sorry mas broh.”

“Terserah kalian.... Jadi, sekarang bagaimana caranya biar Silva mau jadi teman gue nih?”

“Hmmmm... coba tanya sama Yahya tuh sang lelaki penakluk wanita..... dan waria hahaha.”

“Enak aja waria-waria.... itu mah kerjaan lo... kemaren aja lo mau ngedekatin om-om waria kan?”

“Eh gila lo.... jangan asal ngomong dong!”

“Hmmmm gimana caranya ya Sur? Hmmm.....”

“Woi Ya jangan kacangin gue!”

“Gimana kalau Lo coba minta kontaknya dulu, nomor telpon atau id Line-nya gitu kek. Setidaknya kalau bisa dapat kontaknya kan Lo jadi punya kesempatan ngobrol sama Dia tiap saat. Ya setidaknya kan Lo jadi punya kesempatan buat menjelaskan segala kesalahpahaman ini sama ngubah kesan negatif Lo dari pandangannya.”

“Hmmmmm... patut dicoba tuh Sur.”

“Gue ngga yakin guys dapat minta kontaknya.”

“Jangan putus asa gitu lah. Belum mencoba mana tau, ya kan Yu.”

“Iya bener tuh kata Yahya... Dont mind, dont mind.... tenangkan aja pikiran Lo itu dulu. Gue yakin kok kalau pasti berhasil. Fight!”

“Baiklah mungkin hal ini akan gue coba.”

“Nah gitu dong... Ini baru Surya yang selalu bersemangat namun juga menyebalkan.”

“Apa katamu Yu!!!!!!”

Akhirnya Surya kembali bersemangat langsung memeluk dan mencekik ringan leher Wahyu. Mereka bertiga pun mulai bermain game bersama dan bergembira hingga hari senja. Sepulang dari sekolah saat itu Wahyu dan Yahya memilih pulang duluan sementara Surya menunggu Silva di depan gerbang sekolah. Tak selang beberapa lama Silva keluar dari sekolah dan mereka bertemu. Surya menyapanya dengan lambaian tangan yang ringan. Tapi Silva malah jengkel dan membuang muka dari Surya.

 “Jadi gini....”

“Ngga mau!”

“Lah. Gue belum ngomong apapun kok!?”

“Mau temenankan? Iya ngga mau!”

“Ngga! Ngga gitu juga sih.”

“Trus?”

“Gini, ya seengganya boleh ngga gue minta kontak Kamu?”

“Ngga!”

“Yah ayolah cuma minta kontak kok.... masa gitu doang ngga mau.... id line kek atau nomer telpon.”

“Ngga mauuuuuuuuuuu....”

“Pelit amat.”

“Biarin!”

Disaat pertengkaran mereka pada sore itu tibalah dokter Nina menjemput Silva.

“Berantem lagi nih? Kapan akurnya kalau gini terus.”

“Ini nih Bu, pengen minta-minta kontak lah sama Silva.... ya mana Silva mau.”

“Silva nya ni Dok... masa cuma minta kontak doang ngga mau. Gimana ngga sebel coba.”

“hahaahahahhaha...... Surya, Silva itu loh ngga punya ponsel.”

“Loh gitu toh. Kenapa ngga bilang coba? Rese amat jadi orang.”

“Ngapain juga bilang sama Lo.”

“Udah ah... jangan berantem, Kamu ni ah juga Sil orang cuma mau temenan sama Kamu aja masa ngga boleh gitu.”

“Hm!”

“Maaf ya Surya... Silva emang belum saya beliin ponsel makanya Dia selalu nunggu sampai sore di sekolah... nunggu saya pulang kerja.”

“Yah gitu toh.... ngga bisa deh dapat kontaknya Silva.”

“Makanya jangan keras kepala coba! Ayo Bu kita pulang. Bikin kesel aja disini.”

“Tenang aja Surya, besokkan libur... jadi saya punya rencana mau beliin Silva ponsel.”

“Wah beneran nih?!”

“Ibu kok bilang ke Dia sih!”

“Ya kan ngga papa juga... Ibu kan khawatir... Lusa nanti kan Ibu ada pekerjaan di luar kota jadi setidaknya kamu punya orang yang bisa kamu hubungi selain Ibu kalau nanti kenapa-kenapa.”

“Kan cuma ngehubungin Ibu aja juga ngga papa toh. Lagi pula kenapa harus Dia sih. Males banget!”

“Yang kenal Kamu selain Surya emangnya ada? Kamu emangnya punya temen? Coba nyapa orang aja ngga kan?!”

“Yaaa ituu..ngga sih.”

“Tuh kan makanya nurut aja sama ibu.”

“iya deh iya Hm!”

“Bagus gitu dong............. Jadi gitu Surya. kerena saya khawatir sama Dia nanti kalau saya tinggal Dia keluar kota makanya saya mau ngebeliin ponsel buat Silva jadi kamu nanti bisa minta kontaknya deh.”

“Oh gitu..... bagus deh.”

“Yaudah kami pulang dulu ya.”

“Iya dok hati-hati ya.”

“Oh iya Saya minta nomor telpon Kamu dong Sur kalau aja nanti saya ada perlu sama Kamu.”

“Ih ngapain minta kontak Dia sih! Ngga penting banget!”

Surya dengan wajah jengkel terhadap Silva mengambil ponselnya dari saku celananya. Dokter Nina dan Surya pun bertukar nomor telpon.

“Makasih kontaknya ya, kami pulang dulu.”

“Iya Dok, Makasih juga buat kontaknya Dok!”

Mereka berdua akhirnya pergi meninggalkan Surya sendirian di gerbang sekolah di hari yang senja itu. Surya terlihat bahagia sekali akhirnya bisa mendapat kemajuan dari kerja kerasnya harini walaupun tak seperti yang harapankannya. Surya pun pulang dengan suasana hati yang bahagia. Sampai pulang kerumahpun Surya masih memasang wajah semeringainya membuat ibunya senang melihatnya. Malam itupun mereka sekeluarga makan dengan gembira penuh canda dan tawa.

Hari sekolah diawal minggupun dimulai. Seperti biasa disetiap hari seperti ini Surya selalu bangun telat karena begadang main game dan akhirnya selalu dibangunkan ibunya dengan cara yang kasar. Surya pun bersiap dan berangkat ke sekolah dengan penuh semangat dan hati yang gembira. Di depan gerbang sekolah Surya bertemu dengan Silva.

“Hei Silva, udah punya ponsel.”

“Menurut Lo!”

“Ya punya dong.”

“Yaudah ngapain nanya kalau udah tau.”

“kalau begitu minta kontaknya dong.”

“Nanti.”

“Yah kok nanti sekarang aja.”

“Nanti pokoknya nanti!”

“Eh tunggu dulu dong!”

“Nanti aja!”

Silva pun meninggalkan Surya tanpa bisa mendapatkan kontak ponselnya lalu bel masuk sekolah berbunyi. Surya tetap tak menyerah saat istirahat ia mencari Silva untuk meminta kontaknya lagi.

“Silva, boleh minta kontaknya?”

“Nanti nanti aja yaaaaa!”

“Ehhhh!!!!!”

Akhirnya tetap saja ditolak Silva. Setiap saat setiap waktu setiap ada kesempatan pada hari itu Surya berusaha untuk meminta kontak dari Silva namun Silva terus-terusan saja menolak dengan kata “Nanti” hingga akhirnya sekolah usai. Surya sudah sedari awal ingin pulang sekolah terkejut saat melihat Silva keluar sekolah lebih cepat daripada biasanya. Saat mleihat Surya, Silva dengan sigap pergi menjauh dari Sekolah secepatnya. Surya yang sadar Silva sedang mencoba melarikan diri dengan sigap mula mendatangi Silva dan memulai lagi untuk meminta kontak Silva.

“Mau kabur ya?”

“Ngga kok! Mau pulang!”

“Lah emangnya ngga di jemput sama dokter Nina?”

“Kan Ibu dulu dah bilang kalau harus kerja keluar kota mulai harini jadi aku pulang jalan kaki.”

“Tapi kan rumah Kamu di kota sebelah emang kuat jalan kaki.”

“Lo pikir deh masa aku kuat jalan kaki sampai kota sebelah. Ya naik kereta lah!”

“Oh jadi Kamu mau ke stasiun kereta toh buat bisa pulang.”

“Ya iya lah! Banyak nanya pula. Bikin rese aja!”

“Hmmm... ngomong-ngomong nih Silva, minta id-linenya dong! Atau nomor telponnya kek!”

“Nanti kan kata aku. Mulai tadi pagi udah ku bilang nanti masih aja keras kepala!”

“Kamu ini kenapa sih!? Nanti-nanti mulu?

“Ngga papa! Pokoknya nanti ya nanti.”

“Ah masaaaa gituuuuuu amaaatttttt.”

“terserah aku dong maunya kapan.”

“Ahhh Kamu ini beneran udah punya ponsel belum sih?”

“Ya jelas dong!”

“Trus Kamu ngga bawa ponselnya.”

“Pasti ku bawa! Kalau nanti Ibu nelpon aku gimana jadinya.”

“Trus kenapa seharian ini waktu ketemu kamu, kamu ngga pernah make atau bahkan ngeluarin ponsel kamu?”

“Ehhhhhh... hmm.. ya suka suka aku dong mau make atau ngga!”

“Ah jangan-jangan, Kamu ngga bisa makai ponsel ya?”

“..........................................”

“Hm bener kan gue?”

“..........................................”

“Jadi gitu ya bener Kamu ngga tau cara makai ponsel hmmmmm....”

“Aaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!! Berisik! Berisik! Berisik!”

“Lah gitu aja kok malu?”

“Pasti aku malu lah.... Orang-orang di kelas banyak yang main pakai ponsel tapi aku ngga tau sama sekali cara makenya. Nanti aku malu diketawain dibilangin kampungan lah kalau ketahuan gaptek.”

“Hahahahaha ngga bisa makai ponsel toh hahahahaha payah amat.”

“Tu kan! Lo aja ngetawain aku!”

“Hahahahaha habis sudah zaman kayak gini masih ada yang ngga bisa make ponsel.”

“Habis gimana, emang baru kali ini aku punya ponsel jadi mau gimana lagi.”

“Yaudah sini gue ajarin. Sekalian nemenin Kamu sampai stasiun.”

Dalam perjalanan menuju stasiun Surya menemani Silva sambil mengajarkan berbagai hal cara menggunakan ponsel. Silva yang sangat kebingungan awalnya bisa dengan cepat mengerti apa yang diajarkan oleh Surya. Dalam perjalanan itu Surya mengajarkan banyak hal berbagai hal tentang ponsel yang ia tau. Silva begitu kagum dengan banyaknya manfaat dan kecanggihan dari ponsel smartphone yang dimilikinya. Ia begitu kagum sampai-sampai mengangkat ponselnya ke atas setinggi-tingginya bahkan sampai kelepasan dan mau terjatuh. Untung nya dengan sigap Silva dapat menangkap ponselnya sebelum terjatuh membuat mereka berdua tertawa kecil akan hal itu. Mereka pun menjadi akrab berbincang berbagai hal tentang ponsel dan sebagainya hingga akhirnya sampailah mereka berdua di stasiun.

“Udah Lo nganterinnya sampai depan sini aja. Makasih ya udah ngajari gimana cara makai ponsel. Aku sampai pusing dengan semua pelajaran yang Lo beri tadi.”

“Haha... itu masih belum seberapa. Akan gue ajarin lagi nanti lebih banyak tentang ponsel bahkan tentanng semua alat elektronik zaman sekarang.”

“Aagghhhh... bisa-bisa nanti kepala ku meledak deh.”

“Hahaha....”

“Aku pulang dulu ya.”

“Iya hati-hati........”

“................................ Oh iya lupa! Mau minta kontak kan.... nih aku bagi ID-line sama nomor telpon aku. Mumpung udah bisa make hehe.”

“Beneran nih!?”

“Iya masa bohong. Sekalian sebagai ucapakan terima kasih karena sudah mau ngajarin aku.”

“Oke-oke.”

“Begini kan caranya?”

“Iya betul-betul. Wah udah hebat ya Lo.”

“Silva gituuuuu.”

Mereka berdua pun saling berbagi kontak line mereka satu sama lain.

“Okeh aku pulang dulu ya......................... Sampai jumpa.”

“Sampai nanti.”

Sesudah Silva masuk Surya langsung meloncat kegirangan kesana-kemari dengan bahagianya. Akhirnya Surya berhasil mendapatkan kontak Silva dan tidak hanya itu tetapi juga sudah bisa menjalin hubungan yang baik dengannya. Surya pun pulang ke rumahnya dengan langkah kaki yang begitu ringan ia rasakan diikuti dengan wajah yang bahagia sambil memegang dan menatap kontak line dari Silva di ponselnya. Pada malam harinya Surya yang lagi tidur-tiduran di kasur kamarnya ingin sekali sesegeranya menghubungi Silva.

“Gue chat ngga ya? Chat deh........... Hmmmmmmm....... sebaiknya ngga usah dulu deh. Kan baru juga tadi sore dapat kontaknya masa langsung ngechat. Keliatan agresif nanti gue............. tapi kalau ngga ngechat nanti ngga adaa kemauan..... aduh gimana nih? Chat aja deh! Tapi, kalau ngga ngebalse gimana.... malahan udah pasti ngga ngebales......... tapi kan tadi hubungan kami udah baik bisa aja Silva mau ngebales chat gue......... tapi kan tadi moodnya emang lagi bagus kalau aja sekarang malah balik jadi dingin kagi ke gue jadi ngga mau bales deh chat gue.... ngecahat cewek emang sesusah ini ya? Nyebelin banget...  Hmmmmm.... Hmmmmm..... Aghhhhhh!!!!!!!!! Gue bingung!!!!!!!!!................................. Oke! Gue chat aja dulu! Masalah balas ngga dibalas itu belakangan....... Oke halo Silva ini gue Surya.... Lo lagi sibuk ngga......... oke ini dia......... kirim!”

Dengan nekatnya Surya pun mengirim pesan Line kepada Silva. sembari hati yang deg-degan menunggu balasan dari Silva malam itu Surya pun mengisi menunggunya dengan bermain game bersama dengan Wahyu dan Yahya dengan cara online. Malam sudah semakin larut dan Surya masih saja belum mendapatkan balasan dari Silva. Surya pun menunggu dan menunggu dengan melakukan berbagai macam hal hingga dia sudah merasa mengantuk. Akhirnya ia pun tertidur dan tak mendapatkan balasan pesan dari Silva hingga malam itupun berakhir.

Keesokan harinya, setelah Surya dibangunkan dengan kasar oleh ibunya ia melihat kembali layar hpnya namun masih saja tidak ada balasan. Surya pun merasa kecewa dengan dirinya sendiri dan hanya memikirkan hal buruk saja.

“Hmmm.... tu kan ngga ada balasan, di read juga ngga tuh....gue juga terlalu berharap ah.”

“Ngomong apa sih Kamu? Cepetan ah nanti telat sekolah! Udah jam berapa nih?!”

“Aggghhhhh telat-telat udah sianggggggg!!!!!!”

Seperti biasa Surya bergegas untuk menyiapkan diri dan pergi ke sekolah. Setibanya di sekolah Surya  berjalan melalui lorong sekolah dengan sembunyi-sembunyi, mungkin dia merasa malu apabila bertemu dengan Silva makanya hal itu terjadi. Ia pun sampai di kelasnya dengan aman tanpa bertemu dengan Silva dan pelajaran pun dimulai. Waktu semakin berlalu dan istirahat pertama dimulai. Surya hanya ada di kelas tidak ingin keluar padahal sudah diajak keluar oleh Wahyu dan Surya tapi ia tetap saja mengurung diri di dalam kelas. Istirahat berikutnya pun sudah dimulai dan diajaklah kembali Surya ke kantin oleh Wahyu dan Yahya namun ia masih saja menolak tawaran kedua temannya tersebut. Dipaksalah Surya untuk ikut akhirnya Surya pun mau ikut membeli makan di kantin dengan terpaksa. Mereka pun menuju kantin sekolah untuk membeli makanan. Sebelum pergi ke kantin sekolah mereka harus melewati kelas Silva dan UKS yang akan hal itu membuat risih perasaan Surya takut apabila nanti bertemu dengan Silva. Biasanya mereka berdua selalu saja tanpa sengaja bertemu dan berpas-pasan namun pada hari ini Surya merasa beruntung karena belum ada bertemu dan berpas-pasan sama sekali dengan Silva hingga sampai di kantin sekolah. Dan saat kembali pun Surya juga tidak bertemu dengan Silva membuatnya merasa lega.Waktu pun berlalu dan Akhirnya sekolah usai. Pada hari itu Surya merasa senang karena sama sekali tak bertemu dengan Silva. Saat Surya pulang bersama kedua temannya itu, ia mulai merasa bingung mengapa tak pernah bertemu dengan Silva.

“Hmmmmmmm...kenapa ya gue hari ini ngga ada ketemu sama sekali sama Silva?”

“Itukan karena Lonya aja yang ngehindar dari dia hari ini kan?”

“Hmmmm.... Surya ni yeeee. Jadi yang kemaren berhasil ya?”

“Heheheh berhasil dong Ya.”

“Hmmmmmmm..... Ciyeeeee.”

“Ciyeeeeeeeee.”

“Udah kah kalian, tapi tetap aja ini aneh tau!”

“Aneh kenapa?”

“Entah kenapa gue ngga ketemu sama sekali hari ini sama Dia, padahal biasanya ada aja ngga sengaja ketemu atau pas-pasan sama Dia. Dan juga seharusnya kita yang pulang jam segini bisa ketemu sama Dia. Karena Dia sekarang pulangnya jalan kaki ngga di jemput lagi.”

“Mungkin aja Dia lagi sakit.”

“Hmmm... bisa jadi tuh Yu.”

“Surya, itu ada temen gue yang sekelas Silva. kita tanya ada sama Dia.”

“Wah aku tertolong sekali Ya.”

“Hmmmm... Yahya, temen Lo banyak ceweknya ya. Nyebelin amat.”

“Lo ngiri ajah ah Yu.........Hei! Lala....”

“Eh Yahya, ada apa?”

“Apakah Silva masuk sekolah harini?”

“Amelia!?”

“Oh jadi di kelasnya sering dipanggil Amelia ya.”

“Iya.....Dia ngga masuk harini.”

“Tu Sur. Ngga masuk katanya.”

“Jadi Silva sakit ya La?”

“Ngga tau, soalnya Amelia absen harini ngga ada surat sakit atau kabar apapun dari Dia.”

“loh aneh. Ada apa ya? Gue jadi khawatir nih.”

Tiba-tiba kantong celana Surya bergetar. Ternyata ada panggilan masuk dari dokter Nina. Tampak sekali suara yang penuh kecemasan didengar Surya.

“Halo Surya, Kamu ada ketemu dengan Silva ngga? Dari kemarin malam ngga bisa saya hubungi. Sudah saya hubungi ke ponselnya sama telepon rumah tapi tetap ngga ada balasan.”

“Beneran Dok!? Silva hari ini juga ngga masuk sekolah.”

“Hah! Ya ampun.... dimana sih tu Anak..... jangan-jangan Dia kenapa-kenapa. Aduh gimana ini? Gimana nih! Gimana nih! Saya harus gimana!!!!! Hiks... hikss... hiksss”

“Oke Dokter tenang aja dulu. Biar Surya sama teman Surya mencari Silva disini. Dokter coba hubungi polisi dulu.”

“Oke, Sur.”

“Saya tutup dulu telponnya ya Dok.”

Surya pun menutup telepon dan mengatakan yang apa yang sebenarnya terjadi terhadap Silva kepada teman-temannya.

 “Silva hilang.”

“Loh gimana bisa?!”

“Ibunya mulai tadi malam tidak dapat menghubunginya.... dan kita tau bahwa Silva ngga turun sekolah harini......... teman-teman bantu gue mencari Dia!”

“Tak perlu Lo minta gue dengan senang hati akan ngebantuin Lo.”

“Gue pun.”

“Terima kasih banyak Wahyu, Yahya.”

“Permisi, Aku juga mau ngebantu boleh? Lagi pula Silva kan temen sekalas aku.”

“Boleh kok La. Kami jadi terbantu karena ada Lo jua.”

“Okedeh.”

“Baiklah, Lala Lo coba cari disekitar sekolah sekalian tanya-tanya sama orang disekitar.”

“Baik!”

“Kita bertiga akan mencarinya ke seluruh kota.”

“Oke!”

“Baiklah!”

“Ayo mulai! Tanya setiap ada orang yang kalian temui!”

Mereka berempat mulai melakukan pencarian. Mereka mulai menyebar dan menanyai setiap orang yang ditemui. Mereka semua sangat cemas terutama Surya, ia sangat sigap dan cepat berkeliling kota menanyai orang-orang sekaligus melihat sekitar kalau saja bisa tak sengaja melihat Silva. waktu demi waktu mereka bertanya kesana-kemari namun tetap saja tak mendapatkan informasi sama sekali hingga haripun sudah gelap. Mereka pun berkumpul untuk membagi informasi.

“Ada yang nemu petunjuk ngga!?”

“Nihil”

“Sama”

“Ngga juga”

“Aduh gimana nih?! Gimana gimana gimana.”

“Anu Surya.”

“Apa La!? Aku lagi mikir nih.”

“Katanya Silva ngga bisa dihubungin ibunya kemarin malam kan?”

“Iya........ Eh tunggu...... kemarin senja aku nemenin Dia sampai ke stasiun kereta... berati saat Dia sudah sampai di stasiun berikutnya harinya sudah malam. Berarti Dianya hilang waktu udah sampai di kota sebelah.”

“Ayo kita langsung ke kota sebelah!”

“Oke! Makasih ya Lala.”

Mereka bergegas menuju stasiun untuk pergi ke kota sebelah. Hari semakin gelap saat mereka sampai disana. Mereka memutuskan berpencar dan mencari informasi disana. Namun saat malam itu orang-orang yang beraktifitas sangat sedikit jadi mereka sangat kesusahan mencari informasi. Alhasil mereka sama sekali tak mendapatkan petunjuk apapun.

“Gimana ada ketemu petunjuk ngga?!”

“Ngga sama sekali”

“Susah Sur.”

“Ini udah mau larut malam orang-orang pada di dalam rumah semua.”

“Aduh gimana nih?! Ngga ada petunjuk sama sekali! Harus gimana! Gimana! Gimana! Gimana!!!!!!”

“Lo coba tenang Sur.”

“Mana mungkin gue bisa tenang Ya! Silva hilang dan ngga ada petunjuk sama sekali. Kemungkinan besar Dia diculik gimana gue bisa tenang coba! Gimana kalau di dalam bahaya!”

Wahyu langsung melayangkan pukulannya ke wajah Surya untuk membuatnya tenang.

“Lo emangnya bisa apa kalau kelakuan Lo kayak gini. Ngga dapat apa-apa kan?!  Pakai otak Lo jangan pakai emosi Lo! Makanya tenang. Yang paling tau Silva disini hanya Lo seorang. Jadi Lo harus mikir apa yang mungkin bisa Lo lakukan sekarang.”

“................................................... oke maafin gue Yu, maafin gue semuanya.”

“Nah gitu dong!”

“Hmmmm Sur.... Silva itu orangnya bagaimana menurut Lo?”

“Orang yang sombong selalu penyendiri dan selalu nuduh-nuduh gue yang ngga jelas.”

“Oke sekarang gue mau nanya sama Lala. Gimana Silva orangnya kalau di kelas?”

“Hmmmm... aku juga ngga begitu tau orangnya itu penyendiri dan misterius gitu.”

“Ah informasi kalian sama sekali ngga berguna.”

“Oh iya aku baru sadar Ya!”

“Ada apa Yu?”

“Gue kan sering pulang senja lebih senja daripada Silva karena kegiatan volly. pada saat itu gue selalu ngelihat orang yang mencurigakan selalu duduk di bangku taman deket sekolah dan di tempat itu bisa langsung melihat ke depan sekolah... orang itu selalu ada disana mulai dari pulang sekolah sampai hari senja. Gue pikir itu cuma orang yang tinggal dekat dengan sekolah tapi saat hari ini gue ngga ngeliat orang itu sama sekali.”

“Itu berarti! Selama ini emang Silva diikutin orang dong! Pantas aja gue dituduh yang ngga-ngga sama Dia. Ternyata emang ada stalker toh.”

“Berarti orang itu yang ngeculik Silva dong!”

“Bener La. Kemungkinan besar saat orang itu tau Silva ngga diantar pulang sama ibunya lalu melancarkan aksinya.”

“Aduh terus bagaimana ini dong! Kita ngga punya cara sama sekali nih biar bisa nemuin Silva!”

“tenang Sur!.......................................................................................................... eh tunggu bukannya Lo harini bilang kalau Lo udah berhasil dapat kontaknya Silva?”

“Iya aku dah dapat.”

“Kita sudah dapat jalan keluarnya.”

“................... Lo bener! Ayo sekarang.”

Di lain sisi, Satu malam yang lalu telah terjadi penculikan terhadap seorang gadis SMA yaitu Silva. Silva yang tak sadarkan diri akhirnya membuka matanya. Silva yang masih setengah sadar merasa kebingungan telah berada dimana. Dia merasa berada di kasur sebuah kamar yang tak dikenalnya.

“Loh? Aku dimana ? loh kok tanganku ngga bisa gerak. Oh iya aku kan mau ke rumah dan......”

Silva yang tak sadar tanggannya sedang diikat tiba-tiba didatangi oleh seseorang lelaki ke kamar itu.

“Siapa?”

“Lo ngga perlu kenal gue.... gue cuman ngelaksanain pekerjaan doang.”

“Apaan nih?! Apa maksudnya!? Lo nyulik aku ya?!”

“Kan dah gue bilang! Gue Cuma ngelaksanain pekerjaan gue doang jalang!”

“Brengsek amat ngatain gue Lo! Lepasin gue ngga! Dasar penjahat brengsek!”

“Emangnya Lo bisa apa hah?! Dasar jalang!”

“Aduh!”

Lelaki itu langsung menampar wajah Silva dengan begitu keras. Tidak puas dengan satu pukulan ia pun memukulnya berkali-kali hingga wajah Silva banyak memar. Akhirnya dengan penuh tenaga lelaki itu menendang Silva sampai terjatuh dari kasur dan terguling ke lantai. Silva pun mulai kehilangan kesadarannya dan akhirnya pingsan. Saat Silva terbangun hari sudah menunjukkan bahwa sudah pagi. Begitu terang kamar yang ada di lantai dua itu tersinari cahaya matahari. Silva pun sadar telah diculik di dekat rumahnya. Dia mencoba untuk berteriak meminta pertolongan namun dengan sigap lelaki yang membuat pingsan Silva membekap mulut Sillva dengan sapu tangan lalu memberikan Silva pelajaran karena berani mencoba untuk berteriak tadi. Disiksa lah Silva, dipukul ditendang sampai memar seluruh tubuhnya. Setelah sudah puas lelaki itu menyudahi siksaannya terhadap Silva. Silva pun hanya bisa diam dan tak melakukan apa-apa berharap ada yang datang menyelamatkannya. Haripun sudah senja, Silva hanya diam tak beraktivitas dan tak makan sama sekali. Matanya menujukkan begitu putus asanya ia saat itu. Tiba-tiba lelaki itu datang lagi. Dia tidak hanya sendiri tapi juga bersama 3 orang lain.

“Tuh tugas gue selesai kan... Cuma ngeculik doang mah gampang.”

“Hmmm..... bagus juga kerjaan mu.”

Seorang lelaki paruh baya yang sudah cukup berumur. Sekitar 40-an tahun dengan badan yang besar dan gemuk penuh jenggot dan kumis di wajah itu mendatangi Silva dengan tatapan mesum yang menjijikan. Dibukalah bekapan dari mulut Silva oleh orang itu.

“Akhirnya aku dapetin Kamu sayang!!!! Hahahahha setiap hari setiap saat aku selalu memperhatikan Kamu. Aku ingin sekali bersama Kamu selamanya tapi Nenek tua itu selalu saja bersamamu membuat ku kesal. Tapi kemarin aku lagi liatin Kamu dari kursi seberang taman sekolah hanya ngelihat Kamu pulang jalan kaki bersama teman Kamu membuatku senang sekali Jadi aku langsung meminta bantuan lelaki gila ini dan akhirnya... akhirnya aku berhasil membawamu ke sini.”

“Oh jadi Lo stalker yang selama ini ngikutin aku! Dasar brengsek! Bejad! Gila! Lepasin aku sekarang juga!”

“Uhhhhh cup cup cup... tenang dong sayang sekarang kita suduh bersama jangan kasar gitu dong.... Ayo kita langsung main aja hihihihi.”

“Gila Lo! Anjing Brengsek! Mati Lo!”

Lelaki itu mulai mendekati Silva dengan tatapan yang mesum. Dia ingin memeluk Silva namun ditahan oleh si penculik.

“Nanti dulu dong! Gue ngga suka ngeliat yang kayak gitu!

“Yaudah tinggal keluar dari sini apa susahnya!”

 “Bayaran gue mana dulu!”

Tiba-tiba teman dari lelaki itu memanggilnya.

“Woi Lo ngapain aja sih? Nanti dulu lah main sama Dia. Kita pesat dulu, ayo kalian berdua keluar.”

“Oh iya ayo kita keluar dulu. Kami bawa banyak obat. Mau? Sekalian diluar aku bayar.”

“Hmmm boleh juga.”

Silva pun kembali di bekap dan mereka berdua pergi keluar kamar itu. Silva selamat dari kelakuan hina lelaki itu. Ia mulai merasa takut, mulai cemas, dan tak berdaya hingga meneteskan air mata berharap ada yang datang menolongnya secepatnyna sebelum terjadi apa-apa dengan dirinya. Mereka diluar tampak asik berpesta narkoba sementara Silva hanya berputus asa tak bisa melakukan apa-apa. Haripun semakin larut, mereka pun menyelesaikan pesta mereka malam itu. Terdengar suara hentakan kaki yang banyak menaiki tangga menuju kamar Silva di culik. Segala perasaan Silva saat ini hanya dipenuhi dengan ketakutan yang teramat besar. Mereka pun akhirnya masuk ke kamar tersebut. Hanya ada lelaki stalker dan dua orang yang tak dikenal Silva disana dan si penculik tidak ada. Mereka yang dalam keadaan mabuk mulai mendekati Silva. Tali yang mengikat Silva dilepas mereka. Baju silva dilepaskan dengan paksa oleh mereka sampai kancing baju Silva terlepas dari bajunya dan hanya tersisa pakaian bagian bawah dan dalaman atas saja lagi. Silva berusaha berdiri dan lari namun salah satu teman stalker itu berhasil memegang rok sekolah Silva dan menjatuhkan Silva ke lantai hingga merobek sebagian roknya. Kedua teman stalker itu langsung memegang kedua tangan Silva. Silva semakin ketakutan, stalker itu mulai menjamah tubuh Silva. Silva langsung menendang-nendang wajah stalker itu sekuatnya namun stalker itu langsung menangkap kedua kaki Silva dan membuka selangkangannya lebar-lebar. Silva semakin takut, tangan stalker itu mulai menjamah ke dalam rok Silva. Silva pun meneteskan air matanya berpasrah dengan apa yang telah terjadi.

“Ayo sayang kita bersenang-senang hihihi.”

Tiba-tiba terdengar suara berisik dari luar kamar.

“Woi ada ribut apa itu!?”  

Langsung saja setelah itu pintu kamar tersebut terpental bersama dengan sang penculik yang tidak ikut masuk ke kamar tadi. Ternyata Surya lah yang membuat keributan tersebut. Dengan wajah marahnya Surya datang menyelamatkan Silva. Betapa terkejutnya Surya melihat keadaan Silva yang penuh dengan luka lebam dan pakaian yang seadanya itu. Surya benar-benar marah emosinya sudah tak dapat dikendalikannya lagi dan langsung saja memukul stalker itu sekuat tenaga. Dua teman stalker mencoba menyerang Surya namun Surya dengan sigap menangkis kedua serangan dari mereka berdua. Ditangkaplah tangan salah satunya dan dilemparkannya ke salah satu orangnya lagi hingga mereka terpental ke arah satlker itu. Surya langsung mencoba memukul mereka yang berkumpul dengan kepalan tangannya sekuat tenaga sampai mengenai mereka bertiga dan lantainya pun ambruk dan jatuh ke lantai bawah. Surya langsung melompat kebawah lubang itu dan memukul mereka semua. Tanpa belas kasian segala tendangan dan tinju di lancarkan pada mereka bertiga. Surya benar-benar dikendalikan oleh emosinya. Satu dari mereka bahkan di tendang Surya sampai keluar dari rumah tersebut melalu jendela. Yang satu lagi sudah tak sadarkan diri dan hanya si stalker yang masih sadarkan diri. Di duduki lah staljer itu dan dihajar lah wajahnya tanpa ampun oleh Surya sampai wajahnya benar-benar babak belur.

“Brengsek Lo! Brengsek Lo! Mau Lo apain Silva Hah! Dasat Brengsek!”

Surya terus saja memukul stalker itu walaupun ia sudah tak sadarkan diri lagi. Disaat emosi yang terus keluar dari Surya, tanpa Surya sadar orang yang telah ditendang sampai keluar tadi sudah berada di belakang Surya dan siap memukul Surya dengan potongan kayu yang besar. Surya pun tak bisa mengelak dari serangan tersebut. Tiba-tiba ada yang menangkap tangan orang tersebut dan membantingnya ke lantai dengan sangat keras hingga pingsan. Rupanya itu ayahnya Surya yang datang menyelamatkannya. Teman-temannya pun ikut bersama ayah Surya. Semua penjahat itu sudah babak belur dan tak sadarkan diri. Silva pun mengenakan pakaiannya yang lepas tadi berusah untuk menutupi tubuhnya dan pergi ke lantai bawah menuju Surya lalu langsung memeluknya erat dengan segala tangisan ketakutan yang menghantuinya. Mereka pun menghubungi dokter Nina, polisi dan ambulan. Akhirnya situasi sudah aman tekendali dan mereka pun akhirnya berhasil menyelamatkan Silva dari insiden itu.

Kejadian itupun berlalu. Polisi telah datang untuk menangkap para Penjahat itu.  Silva langsung dibawa ke rumah sakit untuk dirawat. Sementara itu Surya dan teman-temannya ingin ikut ke runah sakit namun Surya di cegat oleh salah satu polisi karena ingin diminta keterangan tentng insiden ini. Akhirnya Surya harus terpaksa menetap di tempat dan yang lainnya menyusul Silva ke rumah sakit. Pada akhirnya Surya menjelaskan kronologi yang telah terjadi hingga mwmakan banyak waktu. Disisi lain mereka yang pergi untuk menjenguk Silva tidak diperbolehkan dulu untuk menemuinya karena Silva harus melakuakan banyak perawatan dan pemeriksaan terhadap segala penyakit yang di deritanya. Dan juga hari itupun sudah semakin malam merekapun harus sekolah esok.  Jadi Surya yang masih di tempat kejadian dengan yang lainnya yang sedang berada di rumah sakit memutuskan untuk menjenguknya dilain hari.

Keesokan harinya, Setelah pulang sekolah Surya dan teman-temannya ingin pergi menuju rumah sakit untuk menjenguk Silva. Akan tetapi Surya yang lupa mengerjakan PR membuat Surya dihukum untuk mengerjakan PR-nya saat pulang sekolah dan akhirnya yang lain pun pergi ke rumah sakit meninggalkan Surya yang sedang dihukum. Haripun semakin senja dan Surya berhasil menyelesaikan PR-nya. Surya menghubungi teman-temannya menanyakan kabar dan ternyata mereka semua sudah pulang ke rumah masing-masing. Pada akhirnya hanya Surya seorang diri pergi menjenguk Silva di rumah sakit. Setelah sampai Surya dengan segera masuk ke kamar Silva dirawat. Akan tetapi saat Surya disana dia tidak melihat Silva melainkan seorang banci yang lagi yang lagi sakit sedang ganti baju disana.

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA.............. Siapa Kanuaaaa!!!! Kurang ajar oiiiii!!!! Satpam! Satpam! Tolong!!!!”

“Maaf-maaf!”

Surya langsung berlari pergi dari kamar itu dengan rasa penuh ketakutan apabila ada orang yang datang. Setelah beberapa jauh akhirnya Surya beristirahat sejenak mengisi tenaganya. Tiba-tiba terdengar suara yang sedang memanggil Surya. Surya melihat kesana kemari rupanya itu adalah Silva yang sedang memanggilnya. Dia terlihat tampak sehat dan bersemangat saat itu. Surya pun mendatangi Silva dengan wajah yang gembira.

“Silva kamu kok disini? Mau ngapain? Emangnya udah sehat?”

“Iya udah ngga papa kok. Tadi habis pemeriksaan dan katanya aku udah boleh pulang.”

“Oh Syukurlah.”

“Ngomong-ngomong tadi aku denger ada yang teriak...... jangan-jangan Lo ya yang bikin keributan tadi?

“Ahhhh ituuuu....“

“tuh kan bener! Pasti Lo ke kamar aku dirawat kemaren?”

“Iya. Eh malah ketemu sama banci! Udah itu di teriakin lagi ya gue larilah.”

“Hahahahahahhaaha..... Lo sih ngga nanya sama yang lainnya. Aku udah pindah kamar tau!”

“Iya sih gue juga lupa nanya sama yang lain.”

“Hahahahaha lo sendiri sih ceroboh... yaudah ayo!”

Surya pun mengikuti Silva menuju ke kamarnya dirawat saat ini. Setelah sampai disana terlihat barang-barang tampak sudah dibereskan. Dokter Nina pun ada disana dan menyapa serta sedikit mengobrol dengan Surya. Setelah itu Dokter Nina pergi meninggalkan mereka berdua untuk mengurus administrasi serta keluarnya Silva dari rumah sakit. Surya pun duduk disana dan disedukanlah oleh Silva minuman untuknya.

“Ah ngga perlu rebot-repot.”

“Ah ngga papa kok.”

“yaudah.... makasih ya.”

“Sama-sama.”

“Jadi Silva, gimana tadi waktu yang lain datang kesini?”

“Asik banget. Jujur aku seneng banget... baru kali ini aku ngobrol-ngobrol sama orang yang seumuran. Walaupun mungkin aja dulu aku pernah juga kayak gitu tapi itu telah terlupakan.

“(Oh iya Silva kan Amnesia).”

“Kami ngobrol macam-macam asik banget dah pokoknya ngomongin kisah lucu mereka keburukan kebaikan mereka segala basa-basi yang ngga jelas gitu deh................”

“(Akhirnya Silva bisa santai sama gue... yes! dulu ah dia ngejauh mulu sampai-sampai jijik lah sama gue haduh itu bikin hati gue sakit banget.......).”

“Kami juga ngomongin Lo!”

“Eh gue?! kalian bicara apa tentang gue?”

“Ya kata mereka Lo itu orangnya malesan, suka main game, bangunnya telat, bau, sama ngga suka mandi katanya.”

“Ahhhhhh diam-diam! Gue ngga kuat dengernya.............. Huh sudah kuduga mereka pasti ngomongin yang buruk aja.”

“Kami juga ngomongin hal baik dari Lo kok. Katanya Lo itu orangnya pedulian banget dan ngga mudah menyerah. Ya aku pun ngerasa kalau Lo itu gitu........ Ya piikirin aja aku dah pandang Lo menjijikan aja lo masih ngga nyerah buat bisa interaksi sama aku hihi.”

“Wahhh aku jadi malu hehe.”

“Hihi.... sama juga kami ngomongin kisah Lo sama aku waktu kecil.”

“Eh?!”

“Iya kata Yahya sama Wahyu kita dulu pernah main disini walaupun mereka ngga terlalu mengingat ceritanya katanya.”

“Oh gitu.”

“Iya...................................................................”

“........................................................................”

“Anu................................................... maaf ya.”

“Maaf buat apa?”

“Maaf aku udah kasar sama Lo, udah ngga sopan sama Lo................ dan................ maaf juga udah ngelupain Lo....... jujur aku ngga ingat sama sekali saat kita dulu....... bahkan aku ngga ingat sama sekali tentang diriku sendiri.”

“Ohhh itu........... ngga papa kok. Jangan khawatir..... mau bagaimana lagi emang kenyataannya kaya gini.... aku baik-baik aja kok hihi.”

“Makasih ya.........”

“Iya sama-sama.”

“Dan terus dari ingatan aku

“Apaan? Apa kamu ingat suatu hal?

“Iya..... aku ingat hanya satu hal.”

“Apa itu?”

“Saat itu yang kuingat hanyalah kegelapan... padahal saat kecelakaan itu katanya terjadi saat siang hari. Tapi saat di kegelapan itu aku merasa sedang memegang tangan seseorang. Ya aku ngga tau pastinya mungkin aja saat itu ada orang yang nyelamatin aku atau aku lagi nyelamatin seseorang. Atau mungkin juga itu tangan dari Ibu kandungku dan mungkin saja itu hanya halusinasi aku aja.”

“Apa kamu sudah berusaha buat mengingat siapa orang itu?”

“Aku berusaha untuk mengingatnya tapi hal itu membuat kepalaku sakit. Semakin ku mencoba mengingatnya semakin sakit kepalaku. jadi akupun mengurugkan niatku.”

“Ahhh begitu...”

“Ya setelah itu aku sadar dan ngga ingat apa-apa lagi. Jujur aku pun kaget dengan yang terjadi pada diriku sendiri....... hal yang menimpaku ini benar-benar menyakitkan.... sudah Amnesia.... jantungan lagi.... hikss... aku merasa mau mengakhiri hidup ini saja hikss......”

“Silva! Kamu jangan gitu!”

“Aku harus bagaimana coba!? Aku harus ngapain!?”

Silva berteriak dengan keras menyangkal perkataan Surya waktu itu sampai membuat Surya diam membisu tak bisa berkata apa-apa.

“Jujur aja aku merasa sangat putus asa. Aku bahkan ngga mau berteman bahkan berinteraksi dengan orang-orang disekitar. Ya bagiku ngapain ngebuat ikatan dengan seseorang kalau pada akhirnya dalam waktu dekat aku akan tiada. Aku akan dilupakan juga pada akhirnya... bahkan aku sendiri sudah melupakan jati diriku yang sebenarnya!”

“Jangan menyerah semudah itu! Kami ngga akan ngelupain Lo! Kami disini akan bantu Lo! Aku, Wahyu, Yahya sama Lala pun akan membantu kamu agar ingatan kamu bisa kembali.”

“Percuma aja Surya, aku yakin ngga bakal kembali kok. Aku sudah berusaha untuk mengingatnya mencoba berbagai hal tapi itu malah membuat kepalaku sakit. Aku pun lebih memilih untuk menyerah saja. Ditambah lagi aku sudah berobat kemana-mana namun tidak mendapat hasil yang memuaskan.... malahan umurku udah ngga bisa ditolong lagi kan.”

“Jangan menyerah! Apabila hal itu yang terjadi.............. apabila ingatan mu ngga bisa kembali.........aku......... kami......... kami akan membuat ingatan yang baru untukmu....tidak! kenangan! tapi kenangan baru untukmu........ kami semua akan mengisi hari-harimu dengan hal yang menyenangkan agar kamu bisa hidup bahagia dan tidak berputus asa lagi. Aku berjanji!”

Surya mengatakan hal itu dengan penuh semangat disertai isak tangis. Ingus yang mulai keluar dari hidungnya, mulut yang gemetar akibat rasa tangis yang ditahan, dan air mata yang mulai bercucuran dari matanya terlihat jelas di wajah Surya.

“Terima kasih banyak ya Surya.... aku juga akan berusaha hikss... untuk tak hikss... berputus asa lagi..... dan juga hikss... selalu... hikss hikss.. bahagia hingga hikss... akhir hayat.”

Silva pun menjawab dengan penuh isak tangis pula. Melihat hal itu Surya pun mulai tersenyum kecil merasa lega karena Silva sudah tidak berputus asa lagi.

“Nah gitu dong... Kamu harus kuat dan harus bahagia... kami pun akan membantu kamu kan.”

“Iya makasih banyak ya udah mau bantuin. Lo emang temen yang baik deh.”

“Ehhh hmmmmm... ahhhhhhh.... tunggu dulu kita kan belum temenan.”

“Iya ya hahahhaahaha aku selalu kabur tiap kali ketemu Lo hehehehe.”

“Iya sebel bener gue! huh!.....”

“Hahhahahahhaaha.”

“Hahahahhahaahha... oke gue ulang lagi deh walaupun dulu udah pernah gue bilang sih hehe.

“Baiklah.”

“Sekali lagi................. maukah, kamu berteman denganku?”

“Iya.”

Di senja hari itu Silva pun menjawabnya dengan wajah penuh senyuman disertai bekas air mata yang membekas di wajahnya dan sedikit air mata tercerai di udara keluar dari matanya menambah pesonanya Silva saat itu dan membuat Surya menjadi terpana. Dan akhirnya mereka berdua pun kembali berteman lagi.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Rania: Melebur Trauma, Menyambut Bahagia
160      132     0     
Inspirational
Rania tumbuh dalam bayang-bayang seorang ayah yang otoriter, yang membatasi langkahnya hingga ia tak pernah benar-benar mengenal apa itu cinta. Trauma masa kecil membuatnya menjadi pribadi yang cemas, takut mengambil keputusan, dan merasa tidak layak untuk dicintai. Baginya, pernikahan hanyalah sebuah mimpi yang terlalu mewah untuk diraih. Hingga suatu hari, takdir mempertemukannya dengan Raihan...
Secret World
3507      1231     6     
Romance
Rain's Town Academy. Sebuah sekolah di kawasan Rain's Town kota yang tak begitu dikenal. Hanya beberapa penduduk lokal, dan sedikit pindahan dari luar kota yang mau bersekolah disana. Membosankan. Tidak menarik. Dan beberapa pembullyan muncul disekolah yang tak begitu digemari. Hanya ada hela nafas, dan kehidupan monoton para siswa kota hujan. Namun bagaimana jika keadaan itu berputar denga...
Confusing Letter
937      518     1     
Romance
Confusing Letter
AMBUN
455      324     1     
Romance
Pindahnya keluarga Malik ke Padang membuat Ambun menjadi tidak karuan. Tidak ada yang salah dengan Padang. Salahkan saja Heru, laki-laki yang telah mencuri hatinya tanpa pernah tahu rasanya yang begitu menyakitkan. Terlebih dengan adanya ancaman Brayendra yang akan menikahkan Ambun di usia muda jika ketahuan berpacaran selama masa kuliah. Patah hati karena mengetahui bahwa perasaannya ditiku...
Can You Love Me? Please!!
3916      1188     4     
Romance
KIsah seorang Gadis bernama Mysha yang berusaha menaklukkan hati guru prifatnya yang super tampan ditambah masih muda. Namun dengan sifat dingin, cuek dan lagi tak pernah meperdulikan Mysha yang selalu melakukan hal-hal konyol demi mendapatkan cintanya. Membuat Mysha harus berusaha lebih keras.
About Secret Admirer
671      421     0     
Romance
Untukmu yang bernasib sepertiku Hanya bisa menyimpan sebuah nama Selalu menyimpan rasa rindu dan cinta Namun tak bisa memiliki hati dan raganya Menyelami lautan rasa penuh luka Merajut kisah sendiri bersama puluhan rasa dalam diam Berharap dia tahu tanpa kita mengatakannya Hatinya berisik, mulutnya bungkam Selamat menikmati 😃😃 Based on true story 🌃🌃
Orkanois
2633      1021     1     
Fantasy
Ini adalah kisah yang ‘gila’. Bagaimana tidak? Kisah ini bercerita tentang seorang siswa SMA bernama Maraby, atau kerap dipanggil Mar yang dengan lantang menginginkan kiamat dipercepat. Permintaannya itu terwujud dengan kehadiran Orkanois, monster bertubuh tegap, berkepala naga, dengan tinggi 3 meter, dan ia berasal dari planet Orka, planet yang membeku. Orkanois mempunyai misi berburu tubuh ...
Somehow 1949
9748      2318     2     
Fantasy
Selama ini Geo hidup di sekitar orang-orang yang sangat menghormati sejarah. Bahkan ayahnya merupakan seorang ketua RT yang terpandang dan sering terlibat dalam setiap acara perayaan di hari bersejarah. Geo tidak pernah antusias dengan semua perayaan itu. Hingga suatu kali ayahnya menjadi koordinator untuk sebuah perayaan -Serangan Umum dan memaksa Geo untuk ikut terlibat. Tak sanggup lagi, G...
Dandelion
6575      1806     0     
Romance
Kuat, Cantik dan Penuh Makna. Tumbuh liar dan bebas. Meskipun sederhana, ia selalu setia di antara ilalang. Seorang pemuda yang kabur dari rumah dan memilih untuk belajar hidup mandiri. Taehyung bertemu dengan Haewon, seorang gadis galak yang menyimpan banyak masalah hidup.
Haruskah Ku Mati
52618      5839     65     
Romance
Ini adalah kisah nyata perjalanan cintaku. Sejak kecil aku mengenal lelaki itu. Nama lelaki itu Aim. Tubuhnya tinggi, kurus, kulitnya putih dan wajahnya tampan. Dia sudah menjadi temanku sejak kecil. Diam-diam ternyata dia menyukaiku. Berawal dari cinta masa kecil yang terbawa sampai kami dewasa. Lelaki yang awalnya terlihat pendiam, kaku, gak punya banyak teman, dan cuek. Ternyata seiring berjal...