Oke. Hal pertama yang harus saya sampaikan setelah baca Odd Things adalah saya nggak berhenti ketawa gemes. Cerita ini sukses bikin saya senyum-senyum sendiri di atas kereta.
Mari bicara dulu tentang Odd Things ini. Odd Things bercerita tentang dua orang teman satu kelas bernama Ara dan Ramli. Masalah muncul ketika Ramli merasa Ara tiba-tiba jadi sering mendekatinya, entah itu hanya sekedar menegur sampai ikut ke kantin segala. Ramli yang heran, punya banyak asumsi di kepalanya. Salah satunya, Ara suka dia. Ramli yang sadar kalau dia suka Ara, akhirnya mengungkapkan perasaannya pada Ara. Tapi, ternyata Ara cuma kepingin nebeng bolt-nya.
Ya ampun. Aku tahu ini cerita sedih. Maksudku, Ramli itu kasihan banget. Tapi tetap aja aku senyum-senyum sendiri. Kecanggungan Ramli sama keluguan Ara, interaksi mereka memang semanis itu.
Cerita ini kelihatan fresh dan ringan. Bahasanya lugas, premisnya sederhana. Dari awal, saya ikut penasaran sebenarnya si Ara ini kenapa, sih? Alur penuturannya pas. Jadi renyah dan nggak bikin bingung. Plot twist-nya pun berhasil.
Secara keseluruhan, saya menikmati cerita ini. Kekurangannya, mungkin hanya terdapat pada teknik kepenulisan dan susunan bahasa. Beberapa kali saya menemukan kata 'dan' yang mengawali sebuah paragraf. Juga, beberapa kalimat yang bisa diubah agar menjadi lebih efektif. Seperti penjelasan bahwa Ara dan Ramli hanya teman satu kelas, mungkin tiga kalimat itu bisa lebih diringkas menjadi 'Ara dan ramli teman sekelas, hanya sebatas itu.' Lalu pada kalimat ' "Oh," Ara melihat sekeliling kelas, dan baru menyadari...' bisa diganti dengan 'lantas menyadari' atau menghilangkan kata 'dan'.
Mungkin hanya itu review dari saya. Secara keseluruhan, ceritanya menarik untuk dibaca. Terima kasih.
Mari bicara dulu tentang Odd Things ini. Odd Things bercerita tentang dua orang teman satu kelas bernama Ara dan Ramli. Masalah muncul ketika Ramli merasa Ara tiba-tiba jadi sering mendekatinya, entah itu hanya sekedar menegur sampai ikut ke kantin segala. Ramli yang heran, punya banyak asumsi di kepalanya. Salah satunya, Ara suka dia. Ramli yang sadar kalau dia suka Ara, akhirnya mengungkapkan perasaannya pada Ara. Tapi, ternyata Ara cuma kepingin nebeng bolt-nya.
Ya ampun. Aku tahu ini cerita sedih. Maksudku, Ramli itu kasihan banget. Tapi tetap aja aku senyum-senyum sendiri. Kecanggungan Ramli sama keluguan Ara, interaksi mereka memang semanis itu.
Cerita ini kelihatan fresh dan ringan. Bahasanya lugas, premisnya sederhana. Dari awal, saya ikut penasaran sebenarnya si Ara ini kenapa, sih? Alur penuturannya pas. Jadi renyah dan nggak bikin bingung. Plot twist-nya pun berhasil.
Secara keseluruhan, saya menikmati cerita ini. Kekurangannya, mungkin hanya terdapat pada teknik kepenulisan dan susunan bahasa. Beberapa kali saya menemukan kata 'dan' yang mengawali sebuah paragraf. Juga, beberapa kalimat yang bisa diubah agar menjadi lebih efektif. Seperti penjelasan bahwa Ara dan Ramli hanya teman satu kelas, mungkin tiga kalimat itu bisa lebih diringkas menjadi 'Ara dan ramli teman sekelas, hanya sebatas itu.' Lalu pada kalimat ' "Oh," Ara melihat sekeliling kelas, dan baru menyadari...' bisa diganti dengan 'lantas menyadari' atau menghilangkan kata 'dan'.
Mungkin hanya itu review dari saya. Secara keseluruhan, ceritanya menarik untuk dibaca. Terima kasih.