"Iya aku suka kok, Bal. Tapi, ini pasti mahal kan? Kamu kenapa abisin uang kamu cuma buat hadiah aku?"
"Sayang, itu kan uang hasil kerja aku sendiri, jadi terserah aku kan mau pake buat apa. Aku tau kamu tuh orangnya hemat, suka menabung. Tapi masa' aku gak boleh kasih hadiah buat pacar aku sendiri? Ya udah, aku pakein, ya."
"Makasih Iqbal."
Hari itu Iqbal pun memberi pelukan mesra untuk Deva.
***
Di sisi lain, Nathan sedang mempersiapkan hadiah apa yang akan dia berikan pada mantan kekasihnya itu. Dia kemudian teringat akan kenangan masa lalunya, di mana saat itu dia merayakan ulang tahun Deva dalam suasana romantis.
Nathan memutuskan untuk memberi Deva sebuah novel, tak lupa dia menyisipkan sepucuk surat yang berisi curahan perasaannya. Dia menitipkan hadiah itu pada teman Deva di kampus. Deva pun akhirnya menerima hadiah dari Nathan.
Dear Vana,
Happy Birthday Va! I wish all the best for you.
Aku tau, semua ini gak begitu penting buat kamu. Aku yakin bahkan kamu gak peduli lagi aku inget ulang tahun kamu apa gak. Tapi Vava, aku gak akan pernah lupa apa pun itu semuanya tentang KAMU.
Vava, aku harap kamu suka sama hadiah aku. Aku bahkan gak berani kasih langsung ke kamu. Mungkin aku terlalu takut kalo kamu bakal semakin menjauh dari AKU.
Vava... Satu hal yang perlu kamu inget. Kak Nathan akan selalu mencintai kamu. Kakak masih sayang kamu seperti dulu. Satu kata yang bisa melukiskan kamu di hidupku cuma satu yaitu CINTA.
Jonathan Aryatama
***
Deva benar-benar merasa bingung selesai membaca surat itu. Dia tak ingin perasaan Nathan dapat merusak hubungannya dengan Iqbal.
Namun, Nathan memang tak pernah menyerah. Dia selalu berusaha mencari kesempatan untuk bisa memiliki cintanya lagi.
***
Saat itu, Deva dan Nathan tergabung dalam satu kepanitiaan untuk mempersiapkan event kampus. Bahkan Nathan yang berwenang sebagai ketua organisasi kampus yang menunjuk Deva secara langsung untuk masuk kepanitiaan meskipun dia tahu Deva tak ada pengalaman organisasi.
"Va, kamu masih sibuk kerjain proposalnya? Aku bawain sesuatu buat kamu. Kamu minum sama makan dulu, ya! Aku gak mau kamu sakit."
"Kak Nathan, makasih buat perhatian Kakak ke aku sekarang. Tapi Kak, aku gak butuh ini. Urusan antara kita cuma sebatas event ini aja, gak lebih."
Event itu memang sukses membuat Nathan dan Deva jadi lebih dekat. Nathan tak segan memberikan berjuta perhatian pada Deva. Entah ada apa, selama mereka bekerja bersama, Deva sering sekali terjatuh ke pelukan Nathan. Itu membuat mereka saling berdekatan dan bertatapan.
***
Ketika waktu menunjukkan jam di mana matahari hampir tenggelam, Tuhan seperti menunjukkan jalan untuk Nathan agar bisa bersama cintanya.
"Vava, kamu kok masih di sini? Kamu gak mau pulang? Pacar kamu gak jemput?"
"Sebenernya aku baru mau pesen taksi Kak, Iqbal mendadak gak bisa jemput."
"Ya udah, sama kakak aja. Kak Nathan anter kamu pulang."
"Ehm, tapi. Gak usah deh, Kak."
"Ayolah, Va, aku gak keberatan, kok. Daripada kamu di sini sendiri lama nunggu taksi. Ayo, Va."
"Ya udah deh, Kak. Makasih."
Dalam perjalanan mengantar Deva pulang, Nathan menyempatkan diri mampir ke suatu tempat karena ada urusan.
"Va, gak apa-apa kan kalo aku ke sini sebentar? Aku lupa kalo ada urusan di sini. Aku cuma bentar, kok."
"Gak apa, Kak. Lagian aku gak mungkin halangin urusan Kakak."
"Ya udah, kamu ikut aku ke dalem aja, yuk! Gak apa-apa, kok."
"Gak usah deh, Kak. Aku tunggu di luar aja. Aku gak mau ganggu Kakak."
"Oke. Ya udah, aku masuk dulu, ya."
Setelah urusan Nathan selesai, mereka melanjutkan perjalanan. Namun, sampai di rumah Deva, kedatangan Deva dan Nathan justru memicu keributan dengan Reza.
"Deva, kenapa kamu bisa sama dia?"
"Kak Reza, kak Nathan cuma anter aku pulang, kok. Iqbal gak jadi jemput aku."
"Iya, Za, gue cuma mau anter Vana karena gue gak bisa biarin dia di kampus sendiri nunggu taksi. Apalagi ini udah hampir malem."
"Halah, gue tau ini alesan lo. Kenapa? Lo mau deketin adek gue lagi?"
"Za, lo salah paham. Gue--"
"Udah deh, lo gak perlu bicara apa pun lagi. Dan kamu Dek, masuk sekarang! Kakak kayak gini karena kamu harus inget, gimana perasaan Iqbal kalo dia liat kamu deket sama mantan kamu lagi."
"Iya Kak Reza, aku tau. Aku minta maaf. Tapi, kak Nathan gak salah apa-apa. Kenapa Kakak kasar sama dia? Kakak pikir dia nyakitin aku? Gak, Kak. Kak Reza juga tau kan, waktu itu salah paham aku sama kak Nathan udah jelas. Aku sekarang gak ada apa-apa lagi sama kak Nathan. Kok Kak Reza gitu, sih? Dulu kalian best friend kan?"
"Deva, kamu masuk. Kita bicara nanti di dalem. Dan lo Nat, lo pulang aja sekarang. Gue gak mau emosi gue gak bisa terkendali nanti. Sorry, Nat, mending lo pergi sekarang."
"Oke gue pamit pulang. Tapi lo jangan emosi ke Vana ya, Za!"
"Gue lebih ngerti gimana cara jaga adek gue."
Nathan pun pulang. Sementara Reza terus melanjutkan omelannya pada Deva. Sebenarnya alasan Reza bersikap seperti itu sederhana saja. Reza hanya tak ingin hubungan Iqbal dan Deva jadi berantakan hanya karena salah paham dengan kehadiran Nathan dan akhirnya Deva jadi sedih. Semua itu semata mata hanya karena rasa sayang Reza yang begitu besar pada Deva.
"Happy Anniversary Sayang. Ini hari yang spesial karena tepat setahun yang lalu kamu terima cinta aku. I'm so happy!"
"Waktu berasa cepet banget ya, Bal. Kita kayaknya baru kenal kemarin, tapi ternyata udah setahun aja."
"Hemm, pokoknya hari ini waktu aku full buat kamu. Aku udah ambil cuti dari rumah sakit hari ini Sayang."
Hari itu Iqbal menghabiskan waktu berdua dengan Deva. Iqbal terus memberi kejutan demi kejutan pada Deva. Hingga pada puncaknya ada hal yang benar-benar mengejutkan Deva. Apa yang disampaikan Iqbal malam itu di apartemennya sungguh membuat Deva sulit berkata-kata.
"Sayang, aku seneng banget hari ini. Ehm, kamu juga seneng kan Sayang?"
"Iya Iqbal. Mana mungkin aku gak seneng hari ini? Kita kan jarang-jarang bisa berdua jalan bareng gitu."
"Kamu bener Sayang. Deva, sebenernya aku mau bicarain sesuatu sama kamu. Yaa semoga aja ini gak rusak semua kesenangan dan suasana hati kamu."
"Hah, emang ada apa sih, Bal? Kamu bikin aku penasaran aja deh."
"Oke Sayang. Gini. Aku sama kamu, kita selama ini jalin hubungan bukan sekadar main main kan? Maksud aku, orientasi kita ke depannya ke arah yang serius kan? Ya, kamu pasti dah ngerti. Sekarang kamu kan udah lebih dewasa. Aduh, aku emang gak pinter basa basi, jadi Devana Putri Aryan, detik ini juga aku Aditya Iqbal Maulana meminang kamu untuk jadi pasangan hidup aku. Will you marry me?"